Tujuh

4.9K 368 12
                                    

"Zheyan kak" Kata Zheyan memperkenalkan diri kepada orang-orang didalam sana, terlihat mereka semua memfokuskan perhatian kepada dia adik kelasnya ini. Yah, Zheyan duga pasti mereka semua adalah kakak kelas inti geng Phoenix IPA saat ini.

Terlihat laki-laki yang bertanya tadi menggangguk menerima jawaban Zheyan. Dia terlihat acakan dengan Celana sekolah abu-abu dengan kaus hitam tanpa lengan dibadannya. Wajahnya terlihat tegas, matanya tajam dan hidungnya mancung. Zheyan pikir pasti dia juga salah satu primadona sekolah sama seperti Glenn dan Bayu, dengan tinggi 189 cm dan badan proposional membuat para wanita pasti banyak yang menyukainya.

"Oh! Gua inget, lu yang kemaren bantu misahin Glenn sama Adit kan? " Tanya seorang cewek sambil beranjak dari duduknya, terlihat sedikit tomboy dengan rambut pendeknya. Dia memakai seragam abu-abu dengan rok di bawah lutut dan baju seragam yang tidak terkancing, menampilkan baju kaus hitam di baliknya.

Cewek itu berjalan kearah Zheyan, dapat dilihat olehnya nama yang tertera di seragam itu. Sesampainya didepan Zheyan, siswi yang bernama Intan itu menepuk pundak Zheyan sambil mendongak menatapnya.

"Lu cakep ya" Kata Intan frontal.

"Ih sayang! "

Terdengar suara teriakan manja dari laki-laki dipojok ruangan. Matanya menatap nyalang kearah Zheyan, melihat itu Zheyan hanya bisa tersenyum kikuk. Bingung harus bagaimana.

Intan mengedikkan bahu tak peduli, sambil berjalan kearah pacarnya Dion di pojok ruangan. Terlihat laki-laki dengan baju seragam acakan menatap cemberut kearahnya.

Terdengar beberapa tawa mengejek dari orang-orang didalam ruangan itu, melihat tingkah duo sejoli tersebut.

"ABANG DAVIN! " 

Tak lama terdengar teriakan yang berasal dari Glenn yang baru saja muncul dari arah tangga, dengan seenaknya menubruk sang ketua geng yang sudah di angap sebagai abangnya sendiri itu, lalu memeluknya sebentar.

Davin yang mendapat pelukan dari Glenn, mendorong Glenn geli. Masih tidak terbiasa dengan kebiasaan Glenn yang terlalu friendly tanpa memikirkan orang itu. Terlihat Glenn yang seolah terpukul dengan reaksi Davin.

Zheyan yang melihat itu menganggukkan kepalanya pelan mengerti dengan reaksi kesal Davin. Dia yang baru kenal saja sudah dirangkul-rangkul oleh Zheyan dan kadang di tarik paksa. Benar-benar seperti buldozer yang menyerap energi orang lain.

"Kenalin bang, ini Zheyan" Kata Glenn memperkenalkan, sambil merangkul Zheyan layaknya teman dekat. Dia tersenyum lebar yang malah terlihat seperti orang bodoh di mata orang-orang di sana.

Zheyan yang dirangkul hanya bisa pasrah, mana Glenn dengan sengaja menyender kearahnya, membuat Zheyan harus menopang beratnya.

Davin melihat itu memutarkan bola matanya kesal melihat Glenn yang tidak sopan, dia beranjak dari duduknya dan berdecak "ck, dah tau. Tadi kenalan, lu telat dodol" Kata Davin sambil menoyor Glenn pelan.

"Gak sopan lu sama cewek" Kata Davin sambil melepaskan rangkulan Glenn kepada Zheyan.

Orang-orang disana melongo tercengang, mendengar ucapan Davin, terlihat tidak mengerti pada ucapannya. Bukankah Zheyan cowok? Pikir mereka semua.

Zheyan yang mendengar itu pun kaget, dia tidak menyangka Davin akan mengenali dirinya perempuan. Pasalnya hanya beberapa orang yang mengenali dia sebagai perempuan pada saat pertama kali bertemu, itu pun kebanyakan karena saat dia memakai rok, sekarang dia sedang pakai celana. Ini benar-benar tidak terduga.

"Maksud lu siapa yang cewek bang? " Tanya Glenn heran, namun tidak digubris oleh Davin. Langsung saja Davin menatap Zheyan.

"Sini HP lu" Kata Davin sambil mengulurkan tangannya kepada Zheyan.

Zheyan yang masing kaget tadi reflek memberikan handphone nya, terlihat Davin mengetikan sesuatu disana.

"Nih nomor gue, kalo ada apa-apa langsung telpon aja" Kata Davin sambil menyerahkan kembali benda pipih itu. Lalu mengacak rambut Zheyan dan langsung berlalu pergi turun kearah tangga.

Mendapati itu Zheyan hanya bisa melongo sambil menatap handphone ditangannya, terlihat disana kontak baru yang diberi nama "Davin", dengan satu pesan dari handphonenya yang bertuliskan " P". Sepertinya Davin juga sudah menyimpan nomornya sekarang.

"Kalau gitu gua sekarang balik deh" Kata Zheyan memecah keheningan, terlihat semua orang disana masih bingung akan perkataan ketuanya tadi. Zheyan juga merasa canggung sekarang, tidak mungkin dia tiba-tiba berkata "gua sebenernya cewek" . Itu akan terasa aneh menurutnya.

"Misi kak " Kata Zheyan sedikit menunduk dan berlalu pergi.

...

Langit sudah mulai gelap, Zheyan mengendarai motornya pelan menuju rumah. Jalanan sedikit macet disore itu, adzan maghrib sudah berkumandang beberapa saat lalu. Ini pertama kalinya dia pulang sesore itu, dikota barunya ini.

Tak lama dia sampai dijalanan yang sudah lumayan sepi, tak jauh didepannya terlihat perempuan yang dicegat oleh dua orang pria, perempuan itu sepertinya habis dari minimarket didekat sana dilihat dari kantong plastik yang dibawanya.

Zheyan menyipitkan matanya, memfokuskan apa yang terjadi disana sambil melajukan motornya pelan. Menyadari bahwa perempuan itu adalah temannya Elena, tanpa pikir panjang dia mengarahkan laju motornya kearah mereka.

Elena yang sadar ada motor mengarah kepadanya mengalihkan pandangannya. Terlihat motor scoopy putih yang berhenti disampingnya, diatas motor terdapat Zheyan yang masih menggunakan seragam sekolah. Elena kaget, dia tidak menyangka akan bertemu orang yang dia hindari disana.

"Ada apa ini? Elena? " Kata Zheyan sambil melirik kearah dua pemuda disana tajam, lalu menatap Elena bertanya.

"Oh itu.. -" Elena yang bingung menjelaskan situasinya kepada Zheyan berfikir sejenak, dia masih kaget dengan kehadiran Zheyan. Ditambah lagi dia bingung bagaimana memberi taukan bahwa dia sedang diganggu saat mau pulang.

Sadar Elena yang kebingungan menjelaskan, Zheyan turun dari motornya menghampiri dua orang pria yang terlihat masih seumuran mereka itu, dia yakin tanpa dijelaskan pun, bahwa Elena sedang di ganggu.

Dua orang remaja yang mendapat tatapan tajam dari Zheyan yang berdiri didepan Elena bergidik, saat ini Zheyan terlihat menakutkan dimata mereka dengan tatapan tajam dan wajah datarnya. Ditambah tingginya membuat dua remaja itu ciut, berfikir bahwa mereka pasti akan kalah melihat perbedaan tinggi mereka.

Tanpa berkata mereka beranjak pergi, seolah tidak terjadi apa-apa. Zheyan masih menatap kepergian mereka dengan tatapan yang tajam, sampai suara Elena menginterupsi nya.

"Emm-makasih Zheyan" Kata Elena malu-malu, di tidak menyangka akan ditolongin cogan saat pulang dari minimarket saat dicegat dua remaja jelek menurutnya.

Zheyan berbalik menunduk menatap Elena, "kamu gak papa? " Tanyanya.

Elena yang mendapat pertanyaan itu diam, jantungnya sekarang tidak kuat! Masa bodo lah dia ditolak kemarin karena Zheyan tidak suka perempuan, cogan begini mana bisa dijauhin!.

Zheyan yang tidak mendapatkan jawaban dari Elena menatap khawatir. "Aku anterin aja yah? " Tawar Zheyan,  pasalnya bukankah Elena hari ini ijin sakit? Takut kenapa-kenapa dijalan.

Elena yang mendapat tawaran itu mengangguk cepat, mengiyakan.

Zheyan melepas helm nya dan memakaikannya kepada Elena, lalu beranjak kembali menaiki motornya.
"Yuk! " Katanya, diikuti Elena yang naik ke motornya, mereka menuju ke rumah Elena dengan arahan jalan darinya.

JANGAN SALAH PAHAM [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang