Intan ditingal sendiri bersama Zheyan, terlihat didepannya Zheyan yang sudah membuka seragamnya menyisakan kaus tanktop hitam di badannya.
Sedikit terkejut dengan pernyataan ketuanya dan Zheyan didepannya, Intan mendekat, mencoba mengobati Zheyan sesuai perintah ketua geng Phoenix.
Intan mendudukkan dirinya dibelakang Zheyan dan bertanya, "Dimana lukanya Yan?"
Zheyan membuka sedikit kausnya memperlihatkan punggungnya yang putih. Terlihat luka lebam kebiruan di pinggang atas Zheyan, Intan meringis melihat itu. "Kayaknya harus dikompres dulu deh Yan" Katanya.
Dia berjalan kearah kulkas yang memang terdapat disana, mengambil es batu lalu membungkusnya dengan kain.Zheyan meringis pelan merasakan perih di punggungnya, sensasi dingin dari es meminimalisir rasa sakit.
"Dasar anak-anak brengsek!" Umpat Intan kesal masih sambil mengompres punggung Zheyan, dia kesal melihat Zheyan yang terluka sekarang.
"Gua gak terima Yan lu luka gini, padahal ada aturan tak tertulis buat gak nyakitin cewek dari jurusan lawan" Kata Intan. Yah, geng Phoenix dan Compas memang bermusuhan sejak lama. Permusuhan mereka sudah seperti aliran darah yang tidak pernah berhenti dari generasi ke generasi. Namun, ada satu larangan yang mereka harus patuhi, yaitu tidak melibatkan siswi perempuan saat berkelahi. Namun melihat Zheyan sekarang, tentu saja dia tak terima!
Zheyan mendengar itu cuman bisa tersenyum masam. Yah, Ini sudah terjadi, mau bagaimana lagi? Pikirnya.
"Walaupun gua juga gak sadar sih lu cewek" Kata Intan blak-blakan, membuat Zheyan yang mendengarnya meringis kecil, "tapi kebiasaan mereka buat nyeret-nyeret orang gak bersalah tuh gak bisa dibiarin!" Ucap Intan menggebu-gebu, dia sangat kesal sekarang dengan kelakuan dua geng ini. Mereka bermusuhan tanpa berfikir, sudah seperti setan yang mengamuk.
Intan menyudahi kompresannya, lalu mulai mengoleskan salep di luka memar itu.
"Lu harus laporin kejadian ini ke sekolah!" Kata Intan ngegas, sambil menarik kembali kaus Zheyan ke bawah menutupnya, menandakan pekerjaannya disitu selesai. Dia berputar dan duduk didepan Zheyan, menatap mata Zheyan meyakinkan.
"Tapikan gak ada buktinya kak, terus kalau aku ngelaporin Compas, Phoenix juga pasti kena" Kata Zheyan. Dia memang kesal sekaligus takut dengan kejadian ini, tapi teman-teman yang membantunya sekarang tidaklah salah. Apalagi mendegar cerita Intan bahwa mereka tidak menyerang perempuan, sepertinya mereka salah paham padanya mengira Zheyan laki-laki. Zheyan lebih tidak mau lagi.
Mendengar itu Intan cemberut, dia mengarahkan wajah Zheyan menghadap kearahnya. Melihat luka disudut bibir Zheyan. "Muka lo yang cakep ini jadi luka" Ucap Intan sambil mulai mengobati luka itu.
Zheyan sedikit menunduk, mencoba menyamakan tinggi wajahnya dengan Intan, sesekali meringis menahan sakit saat betadine dioleskan ke lukanya.
Tak butuh waktu lama pengobatan dari Intan selesai, Zheyan kembali memakai seragamnya sambil berjalan ke arah tangga. Dia turun masih dengan tangannya sibuk mengancingi baju seragamnya.
Terdengar suara bising memasuki indra pendengar Zheyan, di lantai bawah terlihat orang-orang berkerumun didepan pintu masuk. Merasa penasaran Zheyan menghampiri, mengecek apa yang diributkan mereka disana.
Sesampainya di pinggir kerumunan, terlihat ditengah sana terdapat motor scoopy berwarna putih terlihat penyot disana-sini. Zheyan mengusap wajahnya kasar, "sialan" Umpat Zheyan kecil. Sekarang dia harus membawa motornya ke bengkel.
...
Zheyan mengetuk pintu rumahnya pelan, tak lama pintu terbuka menampakan Gerald disana. Zheyan meringis kecil mendapati wajah Gerald yang sudah keras menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN SALAH PAHAM [HIATUS]
HumorZheyan Andirahman, Cewek dengan tinggi 185cm yang sering di sangka cowok karena tinggi dan bentuk badannya. Sering didekati cewek-cewek dan di salah pahami sebagai gay, membuat Zheyan menghadapi hal-hal yang cukup absurd dan penuh kesalahan pahaman...