Taehun baru saja menyelesaikan soal-soal ujiannya. Ia melirik Hyunsoo sebentar, laki-laki itu masih saja mendiamkannya.
"Kau lebih pintar, Choi Taehun. Jangan melihat jawabanku," ucap Hyunsoo yang menyadari lirikan Taehun.
Taehun menghela nafasnya, jika seperti ini ia lebih memilih Hyunsoo mengomel sepanjang hari dari pada mendiamkannya seperti ini.
"Punyaku bahkan sudah selesai."
Hyunsoo tak lagi menggubris ucapan Taehun. Jujur, ia masih marah karena ucapan Taehun kemarin.
"Hyunsoo-ya, kau masih marah padaku?" tanya Taehun.
"Menurutmu," jawab Hyunsoo seraya beranjak untuk mengumpulkan lembar jawabannya.
Taehun segera menyusul Hyunsoo, ia harus meminta maaf lagi padanya.
Setelah mengumpulkan lembar ujian Taehun terus mengikuti Hyunsoo kemanapun laki-laki itu melangkah hingga membuat sang empu jengah."Ya! Choi Taehun. Berhenti mengikutiku."
"Aku tidak akan berhenti sebelum kau memaafkanku." Taehun benar-benar tidak mau kalah.
Hyunsoo menghela nafas lelah, Temannya yang satu ini memang sedikit berbeda dari yang lain. "Aku marah diam salah, aku marah mengomel juga salah. Jadi saat aku marah aku harus apa? Baiklah, untuk kali ini aku memaafkanmu. Tapi jika kalimat itu keluar lagi dari mulutmu-"
"Aku tahu." Dengan cepat Taehun menyela ucapan Hyunsoo. Senyuman lega terbit di bibirnya, dengan perasaan senang Taehun menarik lengan Hyunsoo. "Ayo makan siang, Kyungjun Hyung sudah menunggu."
Hyunsoo hanya mengikuti kemana Taehun membawanya. Jujur, ia sangat senang melihat Taehun yang seperti ini, menurutnya ini adalah sisi lain Choi Taehun.
••••••
"Omo! Kau bekerja?!"
Taehun memejamkan matanya kala Hyunsoo berteriak kaget. Hyunsoo mereka sudah kembali ke pengaturan awal, tapi ia harus kembali mendapatkan omelan panjang jika berbuat kesalahan atau membuat laki-laki bermarga Jang itu kesal.
"Iya, aku bekerja."
Jawaban dari Taehun membuat Hyunsoo menutup mulutnya tak percaya. Ia telah mendengar semuanya, penjelasan dari Taehun juga Kyungjun cukup membuatnya mengerti keadaan. Tapi, ia merasakan suatu hal yang cukup janggal.
"Selama dua hari ini, apa ada keluhan?" Hyunsoo bertanya dengan wajah penasaran.
Kyungjun yang melihat raut Hyunsoo seketika ikut penasaran juga.
Taehun menggeleng, membuat dua orang yang berada bersamanya menghela nafas lega. "Selama dua hari ini aku baik-baik saja. Kenapa wajah kalian seperti itu?"
"Kau melewatkan vitaminmu selama dua hari terakhir kan?" Pertanyaan dari Hyunsoo seakan menyadarkan Taehun. Benar, laki-laki itu melewatkan vitaminnya karena tertinggal di rumah Jooyuk.
Hyunsoo jadi semakin yakin jika Taehun bisa lepas dari pil yang selalu disebut vitamin itu. Ia benar-benar curiga pada dokter yang selama ini menangani Taehun.
"Cheon Jia, sebenarnya apa tujuan dia?"
"Jang Hyunsoo!" Hyunsoo terperanjat kala Kyungjun memanggil namanya sedikit keras.
"Hah? Ada apa?"
"Apa yang kau pikirkan?"
Hyunsoo menggeleng kuat. "Tidak ada. Ah, aku hanya memikirkan nilai ujianku."
"Jawabanmu aneh sekali. Sudahlah, habiskan makanmu sebentar lagi bel berbunyi."
Hyunsoo tersenyum lega, untung saja mulutnya dapat bekerja sama kali ini.
••••••
"Sudah aku bilang sebelumnya jika Jiwoo dan Jia yang merencanakan ini semua."
"Kau ada buktinya?"
Woo Jooyuk, laki-laki itu tengah berbicara secara privat bersama pengacara kepercayaannya.
"Aku memang tidak mempunyai buktinya, tapi aku mendengarnya dengan telingaku sendiri. Mereka menjadikan Taehun kelinci percobaan." Jooyuk mengatakan itu dengan emosi yang tertahan. "Aku yakin aku bisa membawa kasus ini ke pengadilan."
Laki-laki bernama Im Jiyoung itu menggeleng. "Kau tidak bisa melakukannya, selain tidak ada bukti laporan itu bisa menjadi bumerang untukmu. Choi Jiwoo mati karena kau dan temanmu."
"Kau percaya itu?" Jooyuk tertawa hambar. "Asal kau tahu, baik aku ataupun temanku tidak ada yang membunuh Jiwoo. Dia, menusuk dirinya sendiri dan hebatnya dia bisa menipu kamera seolah temanku yang membunuhnya."
"B-bagaimana mungkin?"
"Dia adalah orang paling licik yang pernah aku kenal. Jika saja aku mengetahui rencana licik mereka dari dulu, mungkin aku sudah membawa kedua anak-ku pergi."
Setelah keterkejutan itu Jiyoung tersenyum bahagia. "Kau sudah menerimanya?"
Seketika Jooyuk terdiam, ia mengingat kembali apa yang telah ia lakukan pada Taehun. Kejam dan tak memiliki hati, julukan itu ia rasa sangat cocok untuknya.
"Aku masih berusaha," lirih Jooyuk.
"Aku harap kau segera berubah, di mana dia sekarang. Aku dengar kau mengusirnya."
Jooyuk sempat tertegun saat mendengar kata 'mengusir'. Tapi benar, ia memang mengusirnya. "Dia dan anak-ku tinggal di rumah lama kami. Untuk sementara waktu aku akan membiarkannya selama masalah ini belum selesai."
"Apa tujuanmu mengusirnya? Kau mencoba menerimanya tapi caramu sangat aneh, sama saja kau menolak kehadirannya."
"Dengan dia pergi dari rumahnku Jia tidak akan tahu keberadaannya. Harapanku, Taehun tidak lagi mengonsumsi obat-obatan racikan Jia."
"Aku tidak mau mengatakan ini, tapi tindakanmu memaksaku untuk mengatakannya. Kau bodoh, Woo Jooyuk. Apa kau tidak tahu jika Taehun yang menghampiri Jia untuk mengambil obat-obatan itu?"
Jooyuk mengangguk. "Aku tahu. Tapi aku yakin jika Kyungjun akan menghentikan Taehun. Anak pertamaku seperti mencurigai obat yang Jia berikan pada Taehun."
"Itu hanya dugaanmu bukan? Hah, tapi aku berharap iya. Kau sudah terlalu sering membuatnya tersiksa, aku tidak sanggup jika harus melihat anak itu mendapatkan siksaan lagi."
"Kau benar, sudah saatnya anak itu bahagia. Untuk membuatnya bahagia aku butuh bantuanmu."
Jiyoung mengerutkan alisnya tak mengerti. "Bantuanku?"
"Bantu aku mencari keluarganya."
Akhirnya bisa up cepet.
Eh, gimana hari seninnya?
Stan TNX guys!

KAMU SEDANG MEMBACA
Gomawo Hyung | TNX
Фанфик"Mempunyai hubungan darah atau tidak, aku tidak peduli. Selamanya aku akan menganggapmu sebagai adik-ku." -Kyungjun. Start : 29 juni 2022 Publish : 20 oktober 2023