SEMBILAN

28 5 3
                                    


Hari pertama bekerja tidak terlalu buruk. Taehun kira bekerja bersama Yeonjun tidak membuatnya nyaman, namun nyatanya itu berbanding terbalik. Yeonjun benar-benar mencoba membuatnya merasa nyaman.

Taehun menatap langit-langit sebuah ruangan kosong yang Yeonjun siapkan. Ia baru kembali teringat pada saudaranya, Kyungjun.

Ia meraih ponselnya yang sejak pagi sengaja dimatikan. Taehun menekan tombol daya hingga ponsel itu kembali menyala. Taehun tersenyun sendu saat melihat banyaknya notifikasi panggilan dari Kyungjun juga Hyunsoo.

"Maafkan aku, Hyung."

Perlahan Taehun memejamkan matanya. Hari ini menjadi hari yang melelahkan untuknya.

••••••

Sesuai dengan kesepakatannya dengan Yeonjun kemarin. Setelah Yeonjun datang ia baru bisa berangkat ke sekolah, Taehun kira Yeonjun akan datang seperti kemarin ternyata lebih pagi. Awalnya ia sedikit khawati akan terlambat jika Yeonjun akan datang dijam seperti kemarin, tapi ternyata laki-laki bermarga Choi itu benar-benar mengerti posisinya sebagai seorang siswa.

"Choi Taehun!"

Taehun membalikan badannya ketika mendengar ada yang memanggil namanya.

Taehyun datang dengan nafas tersenggal karena berlari mengejar Taehun.

"Huh ... Jalanmu cepat sekali."

"Kau mengejarku?"

Taehyun merangkul pundak Taehun. "Menurutmu untuk apa aku berlari padamu? Bagaimana bekerja dengan Yeonjun? Apakah membosankan?"

"Kau ini, dia lebih tua darimu, Kang Taehyun."

"Biarkan saja. Jadi bagaimana rasanya?" tanya Taehyun lagi.

"Cukup menyenangkan. Yeonjun Hyung menerimaku dengan baik."

Keduanya berbincang seraya berjalan menuju kelas. Banyak yang mereka bicarakan hingga tak terasa mereka sudah berada di depan kelas.

"Masuklah, pulang nanti tunggu aku. Aku juga akan menemui Yeonjun Hyung."

"Aku akan menunggu Hyunsoo, kau masuk saja ke kelasmu. Jika Kyungjun Hyung sudah datang, tolong sampaikan padanya jika aku juga sudah berada di sekolah, aku takut membuatnya khawatir," ujar Taehun.

"Dia sudah khawatir padamu. Ah sudahlah, aku pergi dulu." Taehyun pergi meninggalkan Taehun menuju kelasnya yang berada tepat di sebelah kelas Taehun.

Tidak lebih dari lima menit Hyunsoo dan Kyungjun datang. Taehun yang melihat keduanya sudah siap sedia untuk menyapa kakak dan temannya itu, tapi saat Taehun tersenyum dan hendak memanggil Kyungjun laki-laki itu malah diabaikan.

Kyungjun dan Hyunsoo melewati Taehun begitu saja, wajah mereka datar tanpa ekspresi. Hal itu benar-benar membuat Taehun merasa bersalah.

"Hyung ... Kau benar akan membenciku?"

Taehun menghela nafasnya lalu masuk dan duduk di damping Hyunsoo. Raut Hyunsoo saat Taehun duduk di sampingnya masih sama, laki-laki itu sepertinya sangat marah pada Taehun.

"Hyunsoo -ya," panggil Taehun.

Sesuai dugaan, Hyunsoo tidak menyahut bahkan sama sekali tidak menoleh sedikitpun.

"Kau marah padaku?" Tidak ada balasan dari Hyunsoo. "Aku tahu jawabannya 'iya'. Tapi aku punya alasan untuk ini."

"Jang Hyunsoo, asal kau tahu. Aku sanggup dibenci oleh Appa, tapi aku tidak sanggup jika harus dibenci oleh Kyungjun Hyung dan kau. Jika kedepannya terus seperti ini, bukankan lebih baik jika aku menyusul Eomma saja?"

"Apa yang kau katakan, Choi Taehun!" Hyunsoo mengatakan itu dengan suara lantang hingga atensi seluruh siswa di kelas menatap ke arah Hyunsoo dan Taehun.

Tak peduli dengan keadaan sekitar, Hyunsoo menarik kerah seragam Taehun hingga mau tak mau Taehun ikut berdiri.

"Choi Taehun! Harusnya kau mengambil pelajaran dari apa yang aku dan Kyungjun lakukan, bukan langsung mempunyai Keinginan untuk menyusul Bibi Jiwoo!" Hyunsoo dengan emosinya melepaskan tangannya dari kerah Taehun. Ia langsung duduk dan mencoba mengontrol emosinya.

Semua siswa di sana benar-benar terkejut melihat Hyunsoo seperti ini. Jang Hyunsoo yang mereka kenal jika sedang dalam keadaan marah akan terus mengomel tanpa henti dan tidak ada yang menyeramkan dari itu. Tapi sekarang, mereka baru melihat sisi lain dari Hyunsoo.

Sama halnya dengan murid lain, Taehun juga sangat terkejut, ia pernah melihat Hyunsoo seperti ini tapi rasa terkejut itu tetap ada.

Taehun kembali duduk, ia sedikit melirik Hyunsoo yang tengah memegang erat sebuah pulpen, ia tahu Hyunsoo sedang mencoba melampiaskan amarahnya.

"Hyunsoo-ya, maafkan aku. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu."

••••••

"Kau benar-benar marah padanya?" tanya Kyungjun.

Hyunsoo mendengus kesal jika kembali teringat ucapan Taehun pagi tadi. Sekarang mereka tengah berada di sebuah cafe, setelah jam sekolah berakhir mereka memutuskan untuk berbincang sebentar.

"Kau tidak tahu saja apa yang anak itu katakan, jika kau tahu aku yakin kau akan lebih dariku."

"Memangnya apa yang dia katakan?"

"Aku tidak akan memberi tahumu." Hyunsoo menjeda ucapannya. "Hanya mendiamkannya sehari membuatku lelah."

Kyungjun meletakan sebuah pil di meja, hal itu membuat Hyunsoo yang hendak menyandarkan punggungnya kembali menegakan badan.

"Kau sudah mendapatkannya? Cepat sekali."

"Taehun meninggalkannya di rumah, jadi sebelum dia mengambilnya kembali aku sudah menyisihkan satu untuk diperiksa."

"Wah ... Pergerakanmu sangat cepat. Aku akan memberikan ini pada dokter keluargaku. Kita akan tahu hasilnya sebentar lagi."

Kyungjun mengangguk. "Simpanlah baik-baik, jika hilang akan sangat sulit untuk mendapatkannya lagi."

"Iya-iya, lagi pula aku tidak seteledor itu, tidak seperti saudaramu. Jika vitamin ini benar-benar menunjang hidupnya dan ia harus mengkonsumsinya setiap hari, bukankah harusnya tadi pagi terlihat perbedaannya?"

Kyungjun mengangkat bahunya. "Mungkin jika melewatkannya hanya satu hari tidak akan terlihat."

"Benar juga, itu berarti Taehun akan pulang kerumahmu untuk mengambilnya kan?"

Kyungjun nengangguk. "Tentu saja. Meskipun aku tahu dia mempunyai uang, dia tidak akan menghamburkan uangnya untuk menebus obat itu lagi jika masih ada."








Sesekali disatuin sama member TXT. Bias kalian di TXT siapa nih?
Stan The New Six! Sama TXT juga!

Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang