ENAM

44 5 11
                                        

Taehun menutup telinganya rapat-rapat menggunakan tangannya. Hal itu dikarenakan laki-laki yang berada di hadapannya saat ini tidak berhenti mengomel. Siapa lagi jika bukan Jang Hyunsoo, bahkan Kyungjun yang juga berada di sana menggelengkan kepala mendengar setiap kata yang Hyunsoo ucapkan.

Laki-laki bermarga Choi itu sudah menceritakan semuanya, dari awal hingga akhir.

Kyungjun diam karena dia telah meluapkan rasa khwatirnya kemarin. Sekarang ia akan membiarkan Hyunsoo melakukan hal yang sama meskipun setiap kata yang ia ucapkan maknanya sama.

"Ya! Choi Taehun! Singkirkan tanganmu." Hyunsoo mengeram kesal melihat Taehun yang menutup telinganya. "Hyung, lihatlah adikmu ini, dia sama sekali tidak mau mendengar ucapanku, padahal ini untuk kebaikannya juga."

Kyungjun terkekeh pelan mendengar aduan dari Hyunsoo. "Kau memanggilku 'Hyung' saat ada maunya saja. Lagi pula jika aku ada diposisi Taehun, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kau terus mengulagi kalimat yang maknanya sama."

"Benarkah? Aku tidak merasa begitu?"

"Sudah selesai?" tanya Taehun yang baru saja menjauhkan tangan dari telinganya. "Kalau begitu aku akan kembali ke kelas." Sebelum Hyunsoo kembali bersuara, Taehun segera pergi dari sana.

"Choi Taehun! Aku belum selesai!"

Kyungjun, laki-laki itu benar-benar tidak bisa menahan tawanya setelah melihat Taehun.

"Ya! Kyungjun, apa yang tertawakan?"

"Sudahlah, bel sebentar lagi berbunyi.  Ayo kita susul Taehun dan sudahi omelanmu untuknya hari ini."

Hyunsoo menghela nafasnya lalu bangkit menyusul Taehun dan Kyungjun yang sudah berjalan terlebih dulu darinya.

"Dimarahi oleh Hyunsoo saja sudah membuatnya seperti ini, bagaimana saat dimarahi appa?"

🥀

Masalah memang selalu datang tanpa kita duga. Dan hari ini Kyungjun mendapatkan masalah, nilai ujian harianya lebih rendah dari sebelumnya.

Ia terus melamun memikirkan hal itu,  bahkan saat naik bus ia sama sekali tidak berbicara atau menunjukkan reaksi pada wajahnya. Hal itu tentu tidak luput dari perhatian sang adik, Taehun.

"Hyung, apa kau baik-baik saja?" Taehun bertanya saat keduanya sudah berada di depan rumah.

Kyungjun menggeleng. "Nilaiku lebih rendah dari yang kemarin," jawabnya sebelum memasuki rumah.

Taehun menghela nafasnya, ia terus menatap Kyungjun yang terus melangkah. "Punyaku bahkan sangat buruk, Hyung ..."

Lima menit Taehun habiskan di luar rumah hanya untuk menata keberanian. Dia sebenarnya bukan takut, hanya saja ia belum se-siap itu untuk mendengar hal-hal buruk yang ditunjukan untuk kedua orang tuanya.

Setelah merasa siap, barulah Taehun melangkahkan kakinya. Saat melewati kamar Kyungjun, Taehun mendengar isakan kecil dari kamar sang kakak.

Hati Taehun sakit mendengar isakan Kyungjun, terkadang ia juga ingin bisa bebas menangis seperti itu, tapi janjinya pada Jiwoo seakan jadi penghalang.

🥀

Plak!

"APA-APAAN INI, CHOI TAEHUN!"

Taehun meringis pelan saat satu tamparan ia dapatkan di pipi kirinya, rasanya sangat sakit sampai ia mengira bahwa jejak telapak tangan Jooyuk membekas.

Setelah makan malam, Taehun dipanggil ke ruang kerja Jooyuk, dan diminta membawa hasil ujian hariannya.

Jooyuk menggeram marah melihat hasil yang Taehun capai. Ia tahu jika Taehun memiliki ingatan yang cukup lemah, tapi ia abai dan tak peduli akan hal itu.

"Aku sengaja menyekolahkanmu agar kau pintar. Aku membuang-buang uang hanya untuk membayar biaya sekolahmu, dan ini balasannya?!"

"App-"

"Tidak ada kata maaf!"

"Tapi, Appa-"

"Appa, hentikan!"

Taehun sudah menutup mata dan bersiap mendapatkan tamparan lagi dari Jooyuk, tapi suara Kyungjun membuatnya berani membuka mata dan melihat tangan Joooyuk menggantung di udara.

"Kau membelanya?"

Kyungjun menggeram kesal. "Yang mendapatkan nilai rendah bukan hanya Taehun, tapi aku juga. Jadi, hukum aku juga, Appa."

Taehun membulatkan matanya tak percaya, apa-apaan ini? Dirinya menghindar tapi Kyungjun malah mengerahkan diri. "Hyung! Apa yang kau katakan? Tidak, Appa! Jangan lakukan itu pada Kyungjun Hyung, lakukan saja padaku-"

Plak!

"Sudah cukup, Appa!"

Sesuai dengan apa yang Taehun ucapkan, Jooyuk menamparnya lagi. "Kyungjun, kau jangan pernah membelanya! Dia bukan siapa-siapa di hidupmu-"

"Dia adik-ku!"

"Dia anak tak tahu diuntung-"

"Tidak Appa! Dia adik-ku, dan selamanya akan tetap begitu!"

Amarah diantra keduanya benar-benar meluap. Taehun tak tahu harus berbuat apa, ia bahkan tak mengerti mengapa Kyungjun menangis sore tadi jika ia akan seberani ini membela dirinya di hadapan Jooyuk.

"Terserah apa maumu, Kyungjun! Aku membiarkan Taehun tinggal di sini, tapi aku tidak akan menanggung biaya hidupnya, sekarang kalian keluar. KELUAR!"

Taehun benar-benar terkejut, ia segera menarik tangan Kyungjun agar segera ke luar.

"Taehun, dia tidak bisa seperti ini."

"Aku tahu, Hyung. Tapi sudahlah, aku tidak ingin kau terluka hanya karena aku," ucap Taehun.

Kyungjun hendak masuk kembali namun dengan cepat Taehun menahannya.

"Sudah cukup, Hyung. Appa sedang marah, ia bisa saja melukaimu, dan aku tidak ingin itu terjadi!"

Kyungjun menghela nafas kasar lalu memandang lekat wajah sang adik.

"Tamparan dari Appa, pasti sangat sakit. Kembalilah ke kamarmu, aku akan ke dapur sebentar nanti aku menyusul."

"Hyung, tidak akan berbohong, kan?"

Kyungjun mengangguk, ia mengerti apa yang dipikirkan Taehun. "Iya, aku tidak akan berbohong. Aku benar-benar pergi ke dapur, bukan ruangan Appa."

"Baiklah, aku akan menunggumu." Setelah mengatakan hal itu, Taehun melangkah pergi menuju kamarnya.

Sementara Kyungjun menatap sendu punggung Taehun yang perlahan menjauh dari jarak pandangnya.

"Eomma, belum genap seminggu tapi aku sudah gagal menjaga Taehun."








Kangen gak?
Gimana sama bab ini?

Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang