DUA PULUH DUA

18 4 8
                                    

Kyungjun menatap makam Jiwoo datar, ia masih belum bisa menerima apa yang Jiyoung katanya padanya.

"Yang tidak punya hati di sini bukan hanya ayahmu, tapi juga ibumu, Woo Kyungjun."

"Choi Jiwoo dan Min Jia, atau biasa kau kenal sebagai Cheon Jia adalah dalang di balik semua ini. Taehun tidak dibuang oleh orang tua kandungnya, melainkan ia diculik oleh Jia, dan sengaja diadopsi oleh ibumu. Mereka sudah merancanakan hal ini dengan matang dan sempurna."

"Kau tahu? Mengapa ibumu memiliki rekaman saat Taehun ditelantarkan? Itu karena ia ingin Taehun membenci keluarga kandungnya, dan jika Taehun bertemu dengan keluarganya ia tidak akan mau dan tetap memilih tinggal bersama ibumu."

"Untuk kasus terbunuhnya ibumu, itu bukan benar-benar dibunuh. Ibumu sengaja menusuk dirinya sendiri, tapi karena kecerdasan ibumu dia berhasil menipu kamera seolah teman ayahmu yang membunuhnya. Saat itu teman ayahmu sudah mengetahui kebusukan ibumu, ia mencoba menghentikan aksi ibumu dan Jia, namun caranya membuat ibumu marah dan berakhir ... Seperti yang kau tahu, tadinya hal itu semata-mata hanya untuk membuat teman ayahmu mendekam di penjara. Namun ternyata, tusukan itu terlalu dalam hingga ia kehilangan nyawanya."

"Dan untuk ayahmu, dia sudah mengetahuinya, tepat seminggu sebelum ibumu berbuat hal nekat itu. Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan semua ini padamu, tapi aku rasa aku harus mengatakannya. Jika kau tak percaya itu bukan lagi masalahku. Aku juga ingin meminta maaf, karena aku yang telah melaporkan ayahmu atas kekerasan yang ia lakukan pada Taehun. Aku melakukan hal ini karena aku tahu rasanya jadi dirimu dan Taehun secara bersamaan."

"Arghh! Mengapa Eomma membuat semuanya menjadi rumit! Jika sudah seperti ini aku harus bagaimana?"

Kyungjun mengacak-acak rambutnya kasar, ia benar-benar pusing dengan apa yang telah terjadi.

"Eomma, kenapa harus aku yang menanggung semua kesalahanmu? Apa karena aku anak tunggal? Appa pun sama, kenapa kalian membuatku berada di posisi ini!"

••••••

Taehun menatap Hyunsoo dan Yeonjun datar. Ia marah, kenapa orang yang ia lihat setelah tertidur bukan Kyungjun. Padahal ia mengharapkan Kyungjun terus menjaganya.

"Di mana Kyungjun Hyung? Hyunsoo-ya, tolong panggilkan dia untuk-ku," ucap Taehun.

Hyunsoo tak tahu harus mengatakan apa, ia sendiri tidak tahu di mana Kyungjun. Hwi, Junhyeok dan Sungjun belum juga memberinya kabar.

Akhirnya mau tak mau Hyunsoo mengiyakan ucapan Taehun. "Tunggu sebentar aku akan menca- memanggilnya untukmu."

Hyunsoo keluar, bertepatan dengan itu kedua orang tua Yeonjun masuk. Taehun menatap keduanya dengan tatapan aneh, ia tidak mengenal dua orang itu.

"Putraku." Lee Soora, ibu dari Yeonjun itu langsung menghampiri Taehun dan memeluknya, menyalurkan rasa rindu selama belasan tahun itu.

Taehun tak membalas pelukan itu, ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Taehun menatap Yeonjun seolah meminta penjelasan dari ini semua, tapi Yeonjun hanya membalasnya dengan senyuman.

"Maaf, Bibi siapa? Aku bukan putramu, mungkin kau salah kamar" ucap Taehun.

Hati Soora sakit mendengar hal itu, ia segera melepaskan pelukannya lalu pergi ke samping putra sulungnya, Yeonjun.

Taehun benar-benar tak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Oh ayolah, dia baru saja bangun dari tidurnya.

"Yeonjun Hyung, kau kenal mereka?"

Yeonjun mengangguk, lantas mendekat. "Aku mengenalnya. Mereka berdua adalah orang tua kita."

"Apa yang kau maksud? Orang tua kita? Hyung, jika kau ingin membuatku senang bukan dengan cara seperti ini. Ini sama sekali tidak lucu."

"Kami tidak sedang membohongimu, Nak. Choi Taejoon, ah tidak, Choi Taehun, kami adalah keluargamu," ucap Choi Minhyuk, ayah dari Yeonjun.

Taehun memalingkan wajahnya, kepalanya terasa pusing sekarang.

Ceklek.

Suara pintu di buka mengalihkan atensi keempatnya. Pelakunya adalah Kyungjun, laki-laki itu tak sengaja bertemu dengan Hyunsoo di depan rumah sakit, ia tidak bisa meninggalkan sang adik terlalu lama.

Kyungjun sudah tidak kaget melihat dua orang asing di dalam ruang inap sang adik. Di depan tadi, Hyunsoo sudah menceitakan semuanya, itulah mengapa Kyungjun dengan cepat kembali. Ia takut orang tua kandung Taehun akan membawa adiknya itu pergi.

"Hyung, kau dari mana saja?" Tanya Taehun.

Kyungjun mendekat hingga mau tak mau Yeonjun menjauh dari Taehun.

"Aku dari luar, mencari udara segar selagi kau beristirahat. Sekarang bagaimana? Masih lemas?"

Taehun menggeleng. "Sudah lebih baik, hanya saja kepalaku terasa sedikit pusing. Sejak tadi mereka terus mengaku bahwa mereka adalah orang tua kandungku."

Kyungjun tersenyum, ia tidak tahu senyuman apa ini, sedih atau bahagia. Adiknya yang selalu memendam semuanya sendiri sedang mengadu padanya, dan ia senang karena hal itu. Tapi di sisi lain Kyungjun sedih karena orang tua kandung Taehun sudah berada di sini. Kebahagiaan adiknya sudah di depan mata, dan kehancuran dirinya juga berada di depan mata.

Air mata Kyungjun tak bisa tertahan hingga berakhir terjun bebas. Kyungjun benar-benar tidak bisa menahannya, ini jadi kali pertama ia menangis di hadapan Taehun.

"Hyung, kau kenapa? Apa ada yang salah dengan kata-kataku?"

Kyungjun menggeng lantas memeluk Taehun, ia tidak mau kehilangan banyak kesempatan. Ia takut, sangat takut hingga tidak bisa bersuara dan hanya bisa menangis, mengungkapkan kesedihan dan ketakutannya kewat air mata.

"Adik-ku, kau adalah adiku, Choi Taehun. Aku harap selamanya terus seperti itu."










Aish... Aku ngetiknya sambil nangis :(
Gimana sama part ini? Ikut nangis gak? Kemungkinan 1-2 bab lagi selesai, baru kemungkinan ya hehe...

Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang