DUA PULUH

19 5 3
                                    

Seminggu telah berlalu begitu cepat. Taehun, laki-laki itu masih belum menunjukan perubahan apapun meski dokter bilang jika kondisinya sudah makin membaik.

Kyungjun benar-benar setia menjaga sang adik. Begitu pula Yeonjun, laki-laki itu tak pernah absen satu haripun menjenguk orang yang telah menyelamatkannya.

Perubahan pada tubuh Kyungjun saat terlihat, dia menjadi semakin kurus. Pola makan juga pikiran menjadi faktor utama yang membuatnya seperti ini. Kyungjun hanya pasrah jika Taehun sadar nanti ia akan dimarahi. Ah tidak, Kyungjun bukan pasrah tapi ia sangat berharap hal itu terjadi. Ia sangat merindukan adiknya.

Kyungjun terus menggenggam tangan Taehun. Ia memiliki banyak kekhawatiran, dari kondisi Taehun hingga hasil tes DNA yang harusnya keluar hari ini. Jika hasilnya Taehun adalah adik kandung Yeonjun, Kyungjun takut Taehun akan meninggalkannya sendiri. Benar, dia benar-benar sendiri sekarang, sang ayah sudah mendekam di penjara sejak tiga hari yang lalu setelah terbukti bahwa ia yang menabrak Taehun.

Air mata Kyungjun mulai membasahi pipi tirusnya itu. Entah kata apa yang dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini. Takut, marah, khawatir dan kecewa bercampur menjadi satu.

"Jika tes itu menyatakan bahwa kau bagian dari keluarga Choi, aku mohon jangan tinggalkan aku. Yang aku punya saat ini hanya kau, Choi Taehun. Eomma sudah tidak ada, Appa, aku benci dia, dia yang telah membuat adik-ku terbaring lemah. Jika aku diberi kesempatan untuk menggantikanmu, aku akan langsung menyetujuinya."

"Taehun-ah, tolong ... tolong jangan tinggalkan aku sendiri."

Perlahan, Kyungjun merasakan tangan yang digenggamnya itu bergerak. Kyungjun sontak melihat mata Taehun yang perlahan mulai berkedip seakan mengesuaikan cahaya yang masuk.

"Taehun, kau s-sadar?"

"Hyung..."

"Kau tunggu sebentar, aku akan panghilkan dokter." Dengan suara yang bergetar, Kyungjun berlari memanggil sang dokter yang selama ini menangani Taehun.

Ini adalah kebetulan yang harus Kyungjun syukuri. Saat ia membuka pintu, sang dokter sudah ada di sana untuk memeriksa keadaan Taehun.

"Dokter, adik-ku sudah sadar."

Ucapan Kyungjun benar-benar membuat sang dokter terkejut bukan main, raut tak percaya Kyungjun dapatkan dari wajah sang dokter.

"T-tunggulah di luar, saya harua segera memastikan kondisinya."

Demi kebaikan Taehun, Kyungjun menuruti ucapan sang dokter. Ia menunggu di luar dengan air mata bahagia yang terus mengalir.

Kyungjun tidak bisa menahan rasa bahagianya ini sendirian. Ia segera menghubungi orang-orang yang selama ini telah membantunya menjaga Taehun. Orang pertama yang ia hubungi adalah Hyunsoo.

"Ya! Kyungjun kenapa kau menangis? Apa terjadi sesuatu? Aku akan segera ke sana, tunggu-"

"Taehun sudah sadar," ucap Kyungjun.

Tiga menit tidak ada suara dari Hyunsoo, Kyungjun sempat bingung namun setelahnya ia menjauhkan ponselnya dari telinga.

"BENARKAH? TUNGGU AKU, AKU AKAN SEGERA TIBA."

Tut.

Panggilan langsung dimatikan oleh Hyunsoo. Kyungjun mengerti, ia segera beralih mengetik pesan pada Yeonjun, Sungjun, Junhyeok dan juga Hwi.

Setelahnya ia kembali masuk setelah dokter selesai memeriksa adiknya itu. Kyungjun tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Taehun yang sudah bisa ia ajak bicara.

"Hyung..."

Mendengar itu Kyungjun langsung berlari memeluk Taehun. "Kenapa lama sekali? Aku benar-benar merindukan suaramu."

Taehun tersenyum tipis, tangannya bergerak mengusap rambut Kyungjun. Ia juga merindukan sang kakak.

"Maaf, Hyung. Aku telah membuatmu khawatir," batin Taehun.

"Apa masih ada yang sakit?" Kyungjun melepaskan pelukannya lantas memandang Taehun, menunggu jawaban dari sang adik.

Taehun menggeleng. "Tidak ada. Kenapa Hyung jadi kurus sekali?"

"Itu karena seminggu terakhir ia jarang makan." Bukan Kyungjun yang menjawab, melainkan Hyunsoo, laki-laki bermarga Jang itu baru saja datang.

"Kau tahu? Kyungjun hidup seperti orang gila, makan hanya satu kali sehari itupun hanya sedikit, pernah satu kali ia tidak makan sama sekali karena dokter yang menanganimu mengatakan kondisimu memburuk," jelas Hyunsoo.

Kyungjun mencubit lengan Hyunsoo hingga sang empu merigis. "Jangan banyak bicara dan melebih-lebihkan, adik-ku baru saja sadar."

Hyunsoo hanya mengangguk dan tersenyum tanpa dosa. Tapi sungguh, Hyunsoo sangat geram pada Kyungjun yang seolah tak berniat mengurus dirinya sendiri saat Taehun masih koma.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Hyunsoo pada akhirnya.

"Hanya masih sangat lemas."

Kyungjun membulatkan matanya. "Benarkah? Kalau begitu kau istirahatlah, kita bisa berbincang nanti."

"Meskipun aku masih sangat rindu, tapi tak apa, yang terpenting kondisimu dulu," lanjutnya dalam hati.

••••••

Jiyoung tersenyum melihat Jooyuk yang kini berada di hadapannya dengan memakai baju tahanan.

"Kau senang melihatku berada di tempat ini?"

Pertanyaan itu datang dari Jooyuk yang menatap Jiyoung kesal.

"Tentu saja, aku sudah menantikan hal ini sejak lama. Harusnya aku beratanya padamu, bagaimana perasaanmu mendekam di penjara dengan kasus berlipat? Kejerasan pada anak dan percobaan pembunuhan."

Benar, Jiyoung sangat puas melihat Jooyuk sekarang. Menurutnya baju yang Jooyuk kenakan sekarang sangatlah cocok. Meskipun ia sebenarnya tidak menyangka jika Jooyuk mempunyai pikiran pendek dengan mencoba menabrak Yeonjun.

"Kau penghianat, Kim Jiyoung," ucap Jooyuk penuh penekanan.

"Aku penghianat? Yang benar saja? Aku hanya meluruskan apa yang memang sudah seharusnya. Apa kau lupa? Nasibku dengan Taehun itu sama, bedanya aku anak kandung. Kedua orang tuaku juga bukan orang baik, aku dibesarkan dengan kekerasan bahkan aku pernah hampir mati. Aku tahu rasanya jadi Taehun dan aku juga tahu rasanya jadi Kyungjun. Mereka memang menyayangimu, tapi aku juga tahu ada rasa benci di hati mereka untuk dirimu, Woo Jooyuk."









Jeng jeng jeng!
Akhirnya Bang Tae sadar, pelakunya juga udah di tangkep. Tinggal tes DNA nya nih.

Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang