TIGA BELAS

26 5 1
                                        

Kyungjun berulang kali memeriksa uang tabungannya. Ia sebelumnya tidak pernah memeriksanya, dan ini baru pertama kali setelah ia memulainya. Kyungjun sama sekali tidak menyangka jika uang tabungannya akan jauh lebih banyak dari yang ia perkirakan.

Sepulang dari sekolah Kyungjun memutuskan untuk mengambil sebagian tabungannya untuk biaya hidupnya juga Taehun.

"Ini aneh, apa Eomma menambahnya tanpa sepengetahuan ku? Appa tidak mingkin, dia mana peduli soal tabungan seperti ini," ucap Kyungjun dalam hati.

Tak mau membuang banyak waktu Kyungjun segera mengambil dengan jumlah yang sekiranya ia butuhkan saja dan segera pergi dari sana.

Sekarang tujuannya adalah pergi ke rumah baru Jiwoo, ia belum pergi ke sana setelah pemakaman berlangsung.

Kyungjun terus berjalan, kebetulan bus yang akan ia naiki tak jauh dari minimarket tempat Taehun bekerja.

Perlahan Kyungjun tersenyum ketika melihat adiknya di dalam sana, adiknya itu tampak menikmati perkerjaan yang ia lakukan. Awalnya Kyungjun berniat melarang Taehun untuk bekerja lagi, tapi setelah melihatnya secara langsung Kyungjun seketika mengurungkan niatnya.

Karena bus yang akan ia tumpangi sudah datang, Kyungjun dengan cepat naik. Biasanya saat ujian berlangsung Kyungjun segera pulang untuk segera beristirahat dan setelahnya akan belajar untuk ujian esok harinya.

Sepanjang perjalanan pandangannya tak terlepas dari jendela, Kyungjun terus melihat keluar. Tatapannya kosong, tapi pikirannya tidak.

Tak terasa Kyungjun sudah sampai pada tujuannya, ia sendiri terkejut ketika ada yang menepuk pundaknya dan bertanya apa pemakaman adalah tujuannya.

Kyungjun menghela nafasnya sebelum melangkahkan kakinya. Ia sudah mempersiapkan hatinya terlebih dulu sebelum datang ke tempat ini.

Perlahan Kyungjun berjongkok di depan makam Jiwoo, diusapnya batu nisan itu. Tangan Kyungjun bergetar, ternyata hatinya masih belum begitu siap.

"Eomma, aku kehilangan arah." Satu kakimat itu lolos dari mulut Kyungjun setelah sepuluh menit dirinya berada di sana.

"Kepalaku rasanya sangat berisik. Apa yang harus aku lakukan, Eomma?"

Dari kejauhan seirang pria setengah baya menatap Kyungjun nanar. Dia Im Jiyoung, pengacara Jooyuk. Ia sengaja datang ke tempat ini untuk mengunjungi makam Jiwoo juga, tapi setelah melihat Kyungjun yang mendekat dengan cepat ia pergi menjauh dari makam Jiwoo.

"Aku berjanji, Kyungjun. Aku akan mengusut tuntas semua permasalahan ini, aku benar-benar tidak mau ada anak yang nasibnya sama sepertiku dulu," lirihnya.

••••••

Setelah pulang sekolah Taehun langsung pergi ke minimarket milik Yeonjun, mulai sekarang tidak ada lagi pulang bersama Hyunsoo juga Kyungjun.

Pekerjaannya cukup untuk membuatnya lelah, tapi ia tidak mau mengelak jika ia menikmati setiap momen yang ia lakukan.

Lima jam sudah Taehun habiskan untuk bekerja, waktu benar-benar tak terasa. Sekarang sudah saatnya ia untuk pulang, setelah menutup minimarket itu dan berpamitan pada Yeonjun, Taehun segera mencari bus yang akan membawanya ke rumah lamanya.

Ini bukan pertama kalinya Taehun masih berada di luar sedangkan jam sudah pukul sepuluh malam dan besok ujiannya masih berlangsung. Sebelumnya, saat Jiwoo masih hidup Taehun sempat keluar rumah malam-malam tanpa sepengetahuan siapapun dan ya, besoknya ia harus menghadapi ujian.

Sambil menunggu bus Taehun memainkan ponselnya. Ada pesan dari Jia, wanita setengah baya itu mengingatkannya untuk minum vitamin. Taehun membalasnya, seolah ia tidak pernah melewatkannya barang sekalipun.

"Maaf, Eomma. Maaf bibi Cheon, aku benar-benar sudah bosan," gumam Taehun.

Setelah bus datang, Taehun segera mencari tempat duduk yang menurutnya akan nyaman jika di tempati saat lelah. Taehun memilih duduk di kursi paling belakang. Ia memejamkan matanya, perjalanannya akan cukup jauh.

Taehun tidak tertidur, ia hanya mencoba mengembalikan energinya yang cukup terkuras.

Hampir empat puluh menit Taehun habiskan di perjalanan, sekarang dirinya sudah berada di depan pintu rumah.

Perlahan Taehun membuka pintu itu, setelah berhasil masuk tak lupa ia segera menguncinya. Langkahnya terhenti kala melihat Kyungjun yang tertidur di meja makan dengan makanan dan tumpukan buku di hadapannya.

Taehun tersenyum hangat ia sedikit menggoncakan bahu Kyungjun agar terbangun.

"Hyung, bangunlah. Aku sudah pulang," ucap Taehun.

Kyungjun yang merasakan guncangan itu akhirnya terbangun. "Kau sudah pulang? Sebentar aku mencuci wajahku dulu." Kyungjun yang masih setengah sadar itu berjalan ke kamar mandi.

Taehun terkekeh pelan melihat Kyungjun. "Hati-hati terjatuh, Hyung."

Senyum Taehun mengembang melihat makanan yang Kyungjun siapkan, ia yakin jika kakaknya itu belum makan malam dan menunggunya. Selagi Kyungjun belum kembali, Taehun merapikan buku milik Kyungjun.

"Hyung, kau menungguku?" tanya Taehun saat Kyungjun kembali dengan wajah yang sudah tidak terlihat mengantuk.

"Percaya diri sekali, aku niatnya akan makan setelah belajar tapi kau tahu sendiri tanpa sadar aku tertidur," elak Kyungjun.

"Jangan mencoba mengelak dariku, Hyung."

"Sudahlah, cepat makan. Ini sudah dingin, apa perlu dihangatkan dulu?"

"Lihatkah Hyung, tanpa sadar kau mengiyakan ucapanku."

Kyungjun menggeleng kuat. "Aku hanya bertanya. Sudahlah, cepat makan setelah ini kau harus segera istirahatkan badanmu, aku tidak mau melihatmu sakit."

Taehun mengangguk. "Baiklah, Hyung. Lain kali kau tidak perlu menungguku pulang apalagi makan malam. Kau juga harus istirahat, menungguku hanya akan membuang banyak waktu."

"Tidak, bagaimana pun kau adik-ku. Bukankah tidak ada yang salah dengan sang kakak yang menghawatirkan adiknya sendiri. Aku tidak punya siapapun lagi yang dapat kupercaya, selain dirimu."

"Benarkah? Aku jadi tersanjung. Tapi tetap saja, Hyung, kau juga harus banyak istirahat. Karena jika kau sakit, aku tidak tahu siapa yang akan menjagaku."

Keduanya tertawa, ternyata mereka memang sama-sama membutuhkan satu sama lain.







Kaje ini perhatian tapi agak gengsi ygy. Stan The New Six guys!

Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang