DUA PULUH SATU

17 5 6
                                    

Dengan perasaan bahagia Yeonjun menatap hasil tes DNA yang kini sudah berada di tangannya. Ia sudah melihatnya, itulah mengapa ia sangat bahagia ditambah Yeonjun juga sudah mendapatkan kabar jika sang adik telah sadar.

"Eomma, Appa, kita akan bertemu adik-ku sebentar lagi."

Yeonjun segera berlari menuju ruang inap Taehun. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan rasa bahagianya saat ini. Setelah pencarian selama bertahun-tahun, Yeonjun akhirnya bisa mewujudkan keinginannya, yaitu berkumpul bersama ayah, ibu juga adiknya.

Ceklek.

Yeonjun membuka pintu itu, hal pertama yang ia lihat adalah teman-teman Taehun yang sudah berkumpul. Benar, dia adalah orang terakhir yang datang.

Pandangannya beralih pada Taehun yang tengah berbaring dengan mata tertutup. Pagi tadi Kyungjun mengabarinya jika adiknya itu sudah sadar, tapi ini?

"Masuk saja dulu Hyung, Taehun hanya istirahat sebentar." Itu adalah suara Kyungjun, laki-laki itu tahu apa yang ada dipikiran Yeonjun.

Yeonjun hanya mengangguk lantas masuk dan tak lupa menutup kembali pintunya. Senyumnya sama sekali tidak pudar sejak tadi, hal itu membuat Kyungjun menatapnya curiga.

"Kau terlihat sangat bahagia, Hyung," ucap Kyungjun.

"Benar, aku sangat bahagia. Tidak ada kakak yang tidak bahagia melihat adik-nya sadar setelah koma," jawab Yeonjun.

Deg.

Hati Kyungjun mencelos mendengarnya.

"Apa maksudnya ini? Apa Taehun benar adik kandung Yeonjun Hyung?"

Kyungjun menggelengkan kepalanya, ia mencoba menepis pikiran buruknya tentang apa yang akan terjadi ke depannya. Namun usahanya itu sia-sia karena Yeonjun menyodorkan sebuah kertas yang berisi hasil dari tes DNA.

"Hasilnya sudah keluar?" tanya Hyunsoo yang melihatnya.

"Sudah. Aku bahkan sudah melihat hasilnya."

"Lalu bagaimana hasilnya, Hyung?" Junhyeok yang berada di sana juga ikut penasaran, begitu pula dengan Sungjun dan Hwi yang sejak tadi memperhatikan tanpa bersuara.

"Aku akan memberi tahu kalian setelah Kyungjun melihatnya," ucap Yeonjun.

Namun, Kyungjun malah menatap kertas itu tidak minat. Sungguh, ia sangat takut dengan hasilnya. Bolehkah ia egois sekali ini saja? Ia bukan tidak mau melihat Taehun bertemu dengan keluarganya, ia hanya tidak siap jika harus hidup tanpa ada siapapun di sisinya.

"Kyungjun-ah, ambilah."

Akhirnya mau tidak mau Kyungjun mengambil kertas itu. Perlahan Kyungjun membuka kertas itu, saat kertasnya sudah terbuka Kyungjun segera menutup kertas itu kembali. Ia sudah melihatnya, dan hasilnya tidak sesuai dengan harapannya. Tanpa berpikir panjang Kyungjun menjatuhkan kertas itu lalu pergi dari sana tanpa sepatah kata apapun.

Mereka yang masih berada di sana menatap kepergian Kyungjun penuh tanda tanya.

Hyunsoo mengambil kertas itu, ia membukanya. Bertapa terkejutnya ia melihat hasil yang terpampang jelas di sana.

"Taehun ..." Hyunsoo memandang Yeonjun.

"Benar, Taehun adalah adik kandungku."

Semua terdiam mendengar pernyataan Yeonjun. Bagi mereka ini seperti sebuah mimpi.

Keheningan itu terpecah kala Hwi menepuk pundah Hyunsoo. "Hyung, aku, Junhyeok dan Sungjun masih ada urusan. Kami harus segera pergi, jika Kyungjun Hyung sudah kembali tolong berikan kabar pada kami."

Setelah mengatakan itu, Hwi, Junhyeok juga Sungjun langsung keluar dari sana. Hyunsoo mengerti apa yang di maksud ketiga adik kelasnya itu, ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa kalian terlihat tidak senang?"

"Bukan seperti itu, hanya saja ada banyak alasan mengapa kami seperti ini. Kau juga akan tahu hal ini nanti."

••••••

Kyungjun terus berjalan tanpa arah. Ia masih terkejut- ah tidak, Kyungjun masih belum bisa menerimanya.

"Kenapa rasa bahagiaku sangat singkat?"

Karena tak melihat kiri dan kanan saat menyebrang Kyungjun hampir saja tertabrak jika tidak ada yang menarik tangannya.

"Apa yang kau lakukan, Woo Kyungjun?! Kau bisa celaka!"

Kyungjun hanya menatap orang yang telah menariknya tanpa ekspresi. Hal itu membuat sang empu yang ditatap merasa heran.

"Woo Kyungjun. Kau ini kenapa?"

"Apa yang Paman Kim lakukan di sini?" Bukannya menjawab, Kyungjun malah balik bertanya.

"Jawab dulu-"

"Untuk apa?"

Jiyoung menghela nafasnya kasar. "Kau masih marah padaku, karena aku membantu ayahmu dan temannya atas kasus terbunuhnya ibumu?"

Kyungjun mengangguk dan Jiyoung sudah menduga hal ini. Hari ini adalah kesempatan baginya untuk menjelaskan semuanya, semua yang tak Kyungjun ketahui.

"Aku akan menjelaskannya, tapi ikutlah denganku."

Jiyoung membawa Kyungjun ke sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka bertemu.

"Untuk apa membawaku ke sini?"

"Lihat tubuhmu, Woo Kyungjun. Kau terlalu memerhatikan Taehun dan tidak memperhatikan dirimu sendiri. Aku akan menceritakan rahasia besar ini setelah kau makan," jawab Jiyoung.

"Kau pikir aku akan tergiur? Kau salah Paman Kim." Kyungjun hendak pergi namun Jiyoung kembali menahannya.

"Baiklah, aku akan menceritakannya setelah aku makan. Kau tidak kasihan melihat aku yang tengah menahan lapar?"

Kyungjun memutar bola matanya malas, sungguh ia malas tapi ia juga sangat penasaran dengan rahasia yang Jiyoung maksud.

"Alasanmu boleh juga, tapi itu terlalu tidak masuk di akal. Kau orang yang mempunyai banyak uang, jadi untuk apa menahan lapar?"

Meskipun mengatakan demikian, Kyungjun tetap duduk dan ikut memilih makanan. Benar apa yang Jiyoung katakan, ia hampir tak ada waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri, dan sekarang mungkin sudah saatnya.

Jiyoung melihat Kyungjun dengan perasaan sedih. Berada di posisi Taehun memang berat, tapi berada di posisi Kyungjun lebih berat menurut Jiyoung. Jika bisa, Jiyoung ingin mengadopsi Kyungjun, tapi Jiyoung tahu jika Kyungjun tidak akan pernah mau.











Setelah di pikir-pikir jadi Kyungjun emang lebih berat.
Stan The New Six guys!



Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang