EMPAT BELAS

20 4 3
                                    

Tak terasa sudah satu bulan mereka lewati tanpa adanya Jooyuk diantara mereka. Perlahan mereka juga mulai terbiasa dengan tidak adanya Jiwoo, dan Taehun, laki-laki itu juga sudah satu bulan melewatkan vitaminnya.

Tidak banyak hal yang mereka alami satu bulan ini. Aktivitas mereka perharinya selalu sama, berangkat sekolah, belajar, pulang, bekerja untuk Taehun dan Kyungjun yang langsung pulang ke rumah mereka.

Sudah lebih dari dua minggu, Jia terus menghubungi Taehun, tapi Taehun dengan sengaja mengabaikannya. Ia juga mendapatkan kata-kata yang sama dari anaknya, Junhyeok.

Seperti saat ini, Taehun tengah bersama Junhyeok di taman dekat halte. Setelah pulang sekolah, Junhyeok mengajaknya untuk bicara empat mata.

"Hyung, Eomma bilang kau mengabaikan pesannya akhir-akhir ini. Apa kau baik-baik saja? Kau bahkan tidak mengambil vitaminmu, bukankah waktunya sudah terlewat?" Pertanyaan itu datang dari Junhyeok.

"Aku baik-baik saja dan aku tidak bermaksud untuk mengabaikan pesan bibi Cheon. Kau tahu sendiri bagaimana kehidupanku sekarang," jawab Taehun.

Junhyeok membuka tasnya lalu menyodorkan sesuatu pada Taehun. "Eomma bilang kau tidak perlu menebusnya karena kesehatanmu lebih penting untuk saat ini."

Bukannya menerima Taehun malah menolaknya. "Aku tidak bisa menerima ini. Ucapkan terima kasih untuk bibi Cheon, aku rasa sekarang aku sudah tidak lagi membutuhkannya."

"Maksudmu Hyung?"

"Aku sudah tidak mengonsumsinya semenjak aku pergi dari rumah."

Jawaban Taehun cukup membuat Junhyeok terkejut. "Hyung, kau tidak ada keluhan kan?"

Taehun menggeleng. "Tidak ada, bakan selama sebulan terakhir aku tidak merasakan pusing yang berlebih lagi."

Junhyeok mengerutkan alisnya tak mengerti. Ia merasa aneh dengan Taehun, dulu saat Taehun masih mengonsumsi obat dari ibunya sangat gampang untuk merasa lelah bahkan sakit yang bisa berlangsung selama berhari-hari.

Junhyeok menatap botol vitamin yang seharusnya ia berikan pada Taehun, di sana memang tidak tertera tulisan apapun karena itu hasil racikan ibunya sendiri.

"Hyung, jika kau tidak mau menerima vitamin ini maka kau harus ikut rencanaku," ucap Junhyeok.

"Rencana? Apa yang akan kau lakukan?"

"Hyung tidak perlu tahu. Tugasmu hanya mengakui jika kau sudah menerima vitamin ini pada ibuku dan jangan beritahu siapapun jika Hyung sudah tidak mengonsumsinya lagi," jelasnya.

••••••

Im Jiyoung, pria setengah baya itu tengah menunggu Jooyuk. Selama sebulan terakhir ia telah mencari banyak informasi tentang Jiwoo, Jia, Taehun dan teman-temannya.

Meskipun tak banyak informasi yang ia dapatkan, ia harus melaporkannya pada Jooyuk.

"Apa aku terlambat?" tanya Jooyuk yang baru saja sampai.

"Sangat terlambat. Aku sudah lama menunggu," jawab Jiyoung jujur.

"Jika begitu, maafkan aku. Ada meeting yang tidak dapat aku tunda. Jadi bagaimana? Apa saja informasi yang kau daptkan?"

Dalam hati Jiyoung berdecih. "Jika saja bukan karena dua anak itu, aku sudah lama berhenti bekerja dengannya."

"Aku tidak mendapatkan informasi apapun tentang orang tua kandung Taehun. Tapi aku mempunyai informasi yang aku rasa kau akan membutuhkannya suatu hari nanti," jawab Jiyoung.

"Apa itu?"

"Sebelumnya aku ingin bertanya, apa kau yang mengisi tabungan Kyungjun setelah ia pergi dari rumah?"

Jooyuk membulatkan matanya tak percaya. "Bagaimana kau tahu? Aku tidak mengatakan hal ini pada siapapun."

"Aku melihat Kyungjun berulang kali memeriksa uang tabungannya di bank tepat satu hari setelah ia pergi dari rumahmu."

"Kau membuntuti anak-ku?"

"Tentu saja. Kau pikir aku bisa mendapatkan informasi dari mana jika bukan mengikuti kemanapun mereka pergi?"

"Kau bisa menyuruh orang lain melakukannya."

Jiyoung tertawa pelan. "Aku tidak gegabah seperti dirimu. Ah iya, informasi yang akan aku sampaikan berkaitan dengan uang yang kau kirim untuk Kyungjun. Kau tahu? Kyungjun sudah mengetahui bahwa yang selalu mengisi tabungannya setiap minggu adalah dirimu," ujar Jiyoung.

"Itu saja?"

"Taehun bekerja part time."

"

Bekerja? Tapi untuk apa? Aku sengaja mengirimi mereka uang untuk dipakai bersama, anak-ku tidak serakah."

Jiyoung berdecak kesal. "Itu karena ucapanmu sendiri. Dia bekerja bersama Yeonjun, Choi Yeonjun. Anak dari Choi Woojin, bukankah kau sedang ada kerja sama dengannya? Ah, aku rasa hanya itu yang bisa aku sampaikan. Mulai hari ini cobalah renungkan segala kesalahanmu, semua yang terjadi bukan hanya karena Jiwoo dan Jia saja, tapi karena dirimu juga."

Jiyoung pergi setelah mengatakan hal itu. Bohong jika hanya itu yang ia tahu, ia masih mengetahui satu hal tapi saat mendengar respon Jooyuk, Jiyoung rasa tidak ada gunanya ia melaporkan hal ini.

Jooyuk menatap kepergian Jiyoung heran, laki-laki itu menuduhnya juga atas apa yang terjadi.

"Apa maksudnya? Aku bahkan tidak melakukan apapun. Apa yang salah dariku?" Jooyuk bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Choi Yeonjun, berani sekali kau memperkerjakan anak-ku."

••••••

Kyungjun menatap Hyunsoo heran. Sore ini remaja laki-laki itu datang ke rumahnya dengan nafas tersenggal.

"Kau kenapa?"

Bukannya menjawab, Hyunsoo malah menerobos pintu dan duduk di ruang tamu tanpa disuruh oleh tuan rumah.

"Ya! Jang Hyunsoo, ini rumahku bukan rumahmu." Kyungjun segera menutup pintu lalu ikut duduk di sebelah Hyunsoo yang masih menetralkan nafasnya.

"Tamu adalah raja," ucap Hyunsoo.

"Dan tuan rumah adalah dewa," balas Kyungjun.

Hyunsoo menganggat tangannya seolah menyuruh Kyungjun untuk diam terlebih dahulu.

"Aku sudah mendapatkan hasil tes vitamin milik Taehun," ujar Hyunsoo.











Kira-kira hasilnya gimana ya?
Stan The New Six!

Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang