DELAPAN BELAS

21 5 0
                                    

Kyungjun menggenggam erat tangan Taehun yang tak terdapat jarum infus. Sudah hampir lima belas menit Kyungjun ada di posisi itu.

Tatapan Kyungjun pada Taehun benar-benar lemah, Sungjun yang melihatnya benar-benar tidak tega.

"Eomma, aku benar-benar gagal menepati janjiku untuk melindunginya. Maafkan aku Eomma, tapi tolong jangan hukum aku dengan membawanya pergi. Aku masih sangat membutuhkannya berada di sisiku. Aku sendirian jika tidak ada Taehun."

"Appa, dia sangat kejam, Eomma. Aku benci, Appa."

"Hyung, lebih baik kau makan dulu. Hyung belum memakan apapun dari semalam," ujar Sungjun.

"Aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri," jawab Kyungjun tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku akan menjaganya, Hyung. Kau makan saja, jika kau sakit bagiamana dengan Taehun Hyung? Kau juga harus menjaga kondisimu."

Akhirnya Kyungjun melepaskan genggaman tangannya dari Taehun. Benar kata Sungjun, ia harus menjaga kondisinya juga.

"Baiklah, tolong jaga dia sebentar. Aku akan segera kembali." Dengan cepat Kyungjun segera pergi dari sana, ia tidak mau terlalu lama meninggalkan adiknya.

Sungjun tersenyum tipis melihat Kyungjun yang mulai menjauh. Sekarang gilirannya, ia juga ingin berada di tempat yang Kyungjun tempati. Taehun sudah benar-benar ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Hyung, kapan kau sadar? Kami di sini semua khawatir. Hyung, kau pernah bilang kan kalau kau tidak keberatan jika aku anggap seperti Hyung ku sendiri? Aku benar-benar menganggapmu sekarang."

Sungjun menghela nafasnya. "Kau tahu, Hyung? Kyungjun Hyung sangat khawatir, dia bahkan hampir melupakan dirinya sendiri. Jika saja aku tidak membawa namamu untuk menyuruhnya makan, aku yakin dia tidak akan beranjak dari tempat yang aku duduki saat ini."

Sungjun meringis pelan setelah melihat perban yang berada di kepala Taehun cukup lama.

"Aku yakin ini sangat sakit, hingga Taehun Hyung enggan untuk sadar dan merasakannya."

"Kau tahu, Hyung? Banyak hal yang tidak kau ketahui sekarang. Satu malam saja sudah banyak hal yang kau lewati. Jika Hyung ingin tahu, maka Hyung harus sadar jangan terus seperti ini."

Sungjun terus berceloteh hingga tak sadar jika Kyungjun sebenarnya belum benar-benar pergi, laki-laki bermarga Woo itu telah mendengar semua celotehan Sungjun.

Perlahan Kyungjun tersenyum. "Taehun, cepatlah sadar dan pulih seperti semula. Lihatlah, banyak orang yang menyayangimu lebih dari keluarga yang membuangmu," batinnya.

••••••

Yeonjun tengah membersihkan ruangan yang sempat Taehun tempati.

Setelah penyelidikan polisi selesai, Yeonjun merasa sangat mengantuk. Karena jarak apartemennya yang cukup jauh Yeonjun memilih untuk membersihkan ruangan itu dan tidur si sana. Yeonjun adalah tripikal orang yang sangat menghindari beekendara dalam keadaan mengantuk.

Satu bulan lebih ruangan itu kembali di kosongkan. Sebenarnya tidak terlalu kosong, ada lemari kecil dan kasur lantai yang sengaja Yeonjun masukan ketika Taehun tinggal di sana.

Saat membuka kasur lantai yang memang sengaja digulung Yeonjun tak sengaja nenjatuhkan sesuatu, dan itu adalah sebuah foto seseorang. Yeonjun yakin jika foto itu milik Taehun.

Semakin lama dipandang, Yeonjun semakin merasa tidak asing dengan foto itu. Ia merasa pernah melihatnya tapi entah di mana. Yeonjun akan menyimpannya dan memberikan pada Taehun nanti. Namun saat ia membuka dompetnya hendak menyimpan foto itu, Yeonjun terperanjat kaget hingga tak sadar meremparkan dirinya sendiri ke belakang.

Foto itu ... Yeonjun menutup mulutnya tak percaya. Taehun adalah adiknya yang selama ini ia cari?

Yeonjun menggeleng, itu foto saat masih adiknya masih bayi. Bisa saja hanya sekadar mirip.

Tak mau hanya menduga-duga, Yeonjun segera menghubungi sang ibu yang sudah hampir satu bulan ini tidak ia dengar kabarnya. Panggilan pertama tak terjawab, hingga panggilan kedua barulah terhubung.

"Eomma-"

"Yeonjun-ah, mengapa baru menghubungi, Eomma?"

Yeonjun tersenyum mendapati wajah sang ibu yang sepertinya sangat merindukan dirinya itu. Setelah cekcok antara dirinya dan sang ayah, Yeonjun jadi jarang menghubungi ibunya sendiri.

Terpaksa membangun usaha sendiri di usia yang masih terbilang muda itu karena di dasari oleh ucapan ayahnya sendiri. Yeonjun yang masih percaya bisa menemukan sang adik yang telah diculik, sedangkan sang ayah yang  sudah hilang harapan.

Pertengkaran hebat pernah terjadi dua tahun lalu hingga Yeonjun memutuskan pergi dari rumah dan mencari sang adik sendirian.

"Eomma, aku menemukan adik-ku, Eomma." Suara Yeonjun serak, ia mencoba menahan tangisan harunya itu.

Meskipun itu belum pasti tapi Yeonjun sudah berharap banyak.

"Itu sudah lama sekali, tidak mungkin-"

Sebelum nyonya Choi menyelesaikan ucapannya, Yeonjun segera memperlihatkan foto yang ia temukan.

"Lihat, Eomma. Bukankah dia sangat sama dengan adik-ku? Choi Taejoon, dia masih hidup, adik-ku masih hidup..."

"Yeonjun-ah, itu bisa saja hanya kebetulan mirip. Tolong jangan buat Eomma berharap lebih."

Yeonjun terdiam mendengarnya, ia kembali teringat kejadian tujuh belas tahun yang lalu, saat dirinya masih kecil dan belum mengerti banyak hal. Sang ibu sempat hampir gila karena kehilangan anak keduanya di rumah sakit. Yeonjun masih ingat saat sang ibu dibawa paksa oleh petugas medis untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit kejiwaan.

Dengan cepat dan tangan yang bergetar Yeonjun mematikan panggikan video itu sepihak.

Tidak bisa, ia tidak bisa mengingatnya lagi. Itu terlalu sakit jika di ingat. Teriakan sang ibu saat itu benar-benar membuat hatinya hancur.

"Aku akan menghubungimu setelah aku membuktikan bahwa Taehun adalah adik-ku."










Nah loh, kira-kira Taehun beneran adiknya Yeonjun atau bukan, ya?

Gomawo Hyung | TNXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang