BAB 19 - Red Wine

307 12 0
                                    



Floral, fruity, herbaceous, mineral, spicy, balsamic and ethereal aromas. Wangi tubuh pria yang bernama Ezekiel bermarga Salvador.

Ash sudah lama dimabuk oleh wangi ini, yang membuat bulunya sontak meremang ditambah kini paras si brensek ini makin hari makin panas.

Ntah hanya prasaannya saja atau memang Ash sudah di guna guna Ez, ini kali pertama Ash pula mengenal pria dengan resiko yang sangat besar. Dan celakanya Ash, ia memilih tetap disamping pria itu.

Mengingat minggu lalu ia baru saja menemukan pria ini tergeletak di sofa rumahnya dengan luka tembakan, tanpa melupakan jika pria ini seorang Salva.

Ash memberanikan diri untuk menatap pria di sebrang meja nya dengan cepat, ia mencuri curi waktu untuk memandang pria itu dalam hening. Sedangkan pria itu sibuk mengiris steak di piringnya, ia nampak menikmati makan malamnya namun berbeda dengan Ash.

Makan malam yang di persiapkan oleh Ez terasa hangat di mata Ash, namun hatinya tetap merasa gelisah akan sosok itu. Selama ini Ez bahkan tidak pernah berkata kasar atau melakukan hal kasar pada Ash namun bukan hanya hal tersebut yang akan menjadi pertimbangan, Ash wanita dewasa dan ia butuh sesuatu yang pasti.

"Ez.." Wanita itu akhirnya angkat suara, sebelum melanjutkan kalimatnya kembali ia menatap Ez lekat lekat.

Hening pria itu tak menjawab atau sekedar menatap Ash.

"Aku akan ke toilet." Ucap Ash cepat menyadari ia belum sepenuhnya siap dan memilih mengurungkan niat untuk membicarakan isi hatinya.

Mendengarnya sosok pria itu hanya mengangkat kepala diiringi anggukan kecil.

Ash membasuh tangannya dengan perasaan bimbang, ia sudah berkomunikasi dengan sahabat sahabatnya menceritakan semua hal yang terjadi selama disini. Namun jalan keluar belum juga di dapatkan, Ash serasa makin bimbang ketika dua sahabatnya mempunyai dua pendapat yang bertolak belakang.

Suara ponsel berdering....

"Bagaimana? Kau sudah bertanya?" Itu suara Bri, Bri dengan nada antusiasnya.

Ash tampak berfikir sejenak tanpa menjawab langsung pertanyaan Bri, ia menyandarkan tubuhnya ke arah wastafel.

"Kau tau Bri, kali ini aku bersumpah pria itu lebih tampan berkali kali lipat dari sebelumnya. Dan tentu saja itu menjadi sebuah pertimbangan right? disisi lain si brengsek ini berasal dari keluarga besar yang aku pun sama sekali tidak mengenali apa apa tentangnya. Dan yaa, jangan lupakan wanita jepang yang bersamanya." Jelas Ash, wajahnya nampak frustasi menimbang nimbang sesuatu di dalam benaknya.

"Hey bodoh!, lalu apa lagi yang kau tunggu?jika kau belum melakukan gerakan agresif atau semacamnya apa perlu aku yang melakukannya untukmu asshole? " Jelas Bri cepat.

"Aku sedang mempertimbangkan itu sialan! Jangan mendesakku—" Ash menjeda kalimatnya.

"Karna dia seorang Salva Brii, aku khawatir saat ia marah ia akan langsung membuat isi kepalaku keluar."

"Ohh shuttup Ash!!" Kalimat Bri terdengar sedikit mengejek.

"Ya aku memang berlebihan, aku akan kembali kesana." Singkat Ash memutus sambungan telfonnya.

Saat Ash kembali ke meja, ia mendapati pria itu tengah menghisap cigar dengan menatap kearahnya.

"Sepertinya waktu bermainmu sudah habis sayang.." Ez membuka suara untuk pertama kalinya selama makan malam ini.

Raut Ash nampak sedikit terkejut oleh suara itu, seperti segala yang ia lakukan dan segala yang ada difikirannya dapat di tangkap dengan baik oleh si brengsek ini.

"Pertama,—"

Persekian detik rautnya mengeras, tatapan itu menajam menikam gerak kikuk dari tubuh Ash.

Ez memajukan posisi badannya mendekat ke arah meja, lalu jari telunjuknya memberi isyarat Ash untuk sedikit mendekat.

Pria itu mengangkat satu telunjuknya ke udara.
"Anjing hanya akan menggigit seseorang yang membahayakan tuannya."

Lalu ia kembali mengangkat dua jarinya ke udara,

"Wanitaku tidak akan menjerit, kecuali ia berada di atas ranjangku." Ujung bibirnya tertarik ke atas.

Bagaimana bisa dengan raut wajah seperti itu kalimatnya membuatku meremang. Siall.

Mata Ash sempat membulat saat kalimat itu terdengar di telinganya, namun dengan segera ia memulihkan gelagat aneh dan kembali fokus menunggu kalimat pria itu selanjutnya.

Kini ia mengangkat tiga jarinya.

"Beberapa minggu kedepan akan ada pernikahan, pernikahanku dengan wanita yang kau lihat sebelumnya. Aku yakin kau melihatnya?"

Bagai tersambar petir, seluruh tubuh Ash lemas seperti akan luruh ke lantai. Kepalanya terasa berat, nafasnya mulai tercekat.

Hanya ada satu hal dalam benaknya.

Bajingan, pria ini benar benar seorang bajingan.

Ez tergelak menatap raut wajah Ash, ia sudah menebak wanita itu akan menyumpah serampahinya.

"Dan yang terakhir, kau milikku." Kini manik Ez menajam tatapannya angkuh, aura dinginnya dapat di rasakan oleh Ash.

Tidak ada lagi sepatah kata pun yang mampu Ash ucapkan, pikirannya terlalu penuh sibuk mencerna kalimat pria ini.

"Setahun kurasa cukup untuk mengakhiri kontrak pernikahan itu." Kedipan kecil sukses membuat wanita di hadapannya tak kalah terkejut dari sebelumnya.

"Jangan bercanda, kau tak lucu sama sekali." Ash menghela nafas kasar menyandarkan diri pada kursi.

Kali ini gadis itu menatap Ez dengan berani, mencoba untuk membaca isi pikirannya.

Wahh si gilaa ini. Ya Tuhan iblis seperti apa kira kira sosok dihadapanku ini?

Ez menyipitkan kedua matanya.
"Kau satu satunya hal lucu disini." Jelasnya dengan nada mengejek.

Ez tak mampu menahan gelak tawanya, melihat tingkah Ash demi Tuhan pria ini benar benar tertawa seperti manusia normal.

"Wanita itu sahabat kecilku, kami tak terlibat perasaan sama sekali." Pernyataan Ez di sela tawa nya.

Ash tertawa remeh mendengarnya, seperti sedang mendengarkan bualan bualan pria brengsek.

He is.

"Hahaha lagi pula kita tidak ada hubungan apa apa kan Ez." Nada Ash tak kalah mengejek dari Ez sebelumnya.

Berniat ingin membalasnya, dan aku yakin pria ini juga menginginkanku. Mari kita buktikan.

Pria itu tau jika saat ini wanita di hadapannya sedang memancingnya utuk mempertegas hubungan antara mereka berdua.

"I dont think you heard me when i said that youre mine. Mine." Ucap Ez setelah itu ia bangkit dan menarik pergelangan Ash lumayan keras menuju penginapan yang mereka sewa.

Untuk kesekian kalinya aku menang Ez, aku yakin kau juga menginginkanku. Persetan dengan pernikahan i need some distraction.

Ashley joeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang