"Kita kemana?" Tanya Ash mengkori pria itu dari belakang."Kau ingin berkuda seharian?"
Mendengar ucapan Ez, wanita itu hanya menganggukan kepalanya mengerti. Ada sedikit perasaan bersalah di dalam hatinya, karna membiarkan Ez menunggunya berkuda mengingat pria itu belum sepenuhnya pulih.
Ash yang mengikuti jalan pria itu dari belakang memperhatikan sedikit gerak geriknya, yang Ash tangkap jalannya sedikit menyeret.
Oh sial, dia kesakitan
Dengan pelan Ash menyentuh lengan pria itu dan mengalungkan pada lehernya.
"Maafkan aku," Ash tertunduk menatap jalanan dengan memapah Ez di sebelahnya.
Ez tersenyum menatap udara.
Sesampainya di penginapan, Ez lagi lagi berulah. Kali ini penyesalan yang Ash rasakan karna ia baru saja mengetahui jika hanya tersedia satu kamar untuk mereka berdua.
Ini pasti akal busuknya, batin Ash.
Kegiatan Ash hari ini sangat menyenangkan mungkin itu pengaruh lingkungan baru, selama ini Ash hanya berkutat dengan pekerjaan tanpa menikmati hasil jerih payahnya untuk berfoya foya.
"Aku akan menggunakan kamar mandinya terlebih dahulu." Ucap Ash meminta izin pada pria yang sedang terduduk di sofa memagang tab nya.
Tak ada ucapan sama sekali keluar dari bibirnya, namun ia hanya mengangguk pelan.
Matanya tetap terfokus pada layar yang berada di pangkuannya.
Ash berjalan mengarah ke kamar mandi sambil bersenandung ria, hatinya tengah bahagia walau malam ini ia harus berbagi ranjang dengan Ez setidaknya esok pagi ia akan melihat pemandangan baru lagi.
Tak lupa Ash menyiapkan air hangat pada bathup, namun saat ia menanggalkan semua pakaiannya timbul perasaan khawatir.
Dengan cepat ia membalut dirinya dengan bathrobe, dan mengisi sebuah mangkuk dengan air hangat tak lupa dengan membawa towel.
Ia melihat pria itu tertidur bersandar pada ujung sofa dengan layar tabnya yang masih menyala.
Sedikit mencuri perhatian akan keberadaan tab tersebut, Ash pun melirik pada layarnya disana ia melihat hasil karya tangan pria itu puluhan Architectural Sketch of building.
Harus Ash akui, kali ini ia benar benar terpana dengan sosok pria yang sedang tertidur di hadapannya.
Ash mencoba membangunkan pria itu dengan menggoyangkan pelan tubuhnya.
Oh no!!
Dia demam tinggi
Dengan segera Ash membuka kancing kemeja pria itu dan membasuh badannya dengan air hangat perlahan, pria itu belum sadar penuh tetapi keluar rintihan kecil dari mulutnya.
"Aku akan menghubungi resepsionis dan mencari dokter, ku mohon bertahanlah."
Ash dilanda perasaan campur aduk, jantungnya tak karuan mengingat ini adalah luka tembakan, sekali lagi ini luka tembakan.
Tak lama kemudian terdengar suara bel dari arah depan.
Saat Ash membukakan pintu, disana berdiri Tuan Kobayashi dan satu orang pria membawa sebuah tas hitam.
Mereka segera masuk setelah diperbolehkan oleh Ash, pria tua itu mulai memeriksa suhu tubuh dan luka tembakannya.
"Nona, kau sudah mengompresnya?" Suara Tuan Kobayashi.
"Aku hanya sempat membersihkan tubuhnya dengan towel."
"Bagus, kau harus rajin rajin membantunya membersihkan diri agar lukanya tidak infeksi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ashley joe
Fanfiction"I do everything by myself, so that no one can say, i did everything for you." Ashley Joe. • • • Wangi khas tembakau bercampur dengan aroma tubuhnya yang tak bisa Ash jabarkan, ini seperti aroma kayu pada hutan hijau berdaun rindang bercampur alkoho...