PART 7

352 22 1
                                    

"Disampikan kepada siswa yang bernama Ahmad Reza Syaibani dari kelas XI MIPA 4 agar segera ke kantor". Kata orang yang memberi pengumuman sebanyak dua kali.

Reza menepuk jidatnya. "Oh iya gue lupa kalau jam istirahat harus ketemu sama pelatih. Sini handhpone lu." Dia berdiri sambil mengulurkan tangannya meminta ponselku.

"Buat apa ?" Aku mendongakkan kepala karena posisinya sudah tak sejajar lagi denganku.

"Wawancaranya belum selesaikan ? Dan gue harus pergi."

Aku masih mencerna maksud dari perkataanya. Tapi tiba-tiba saja dia mengambil ponsel yang berada digenggamanku yang terlihat lengah. Aku berdiri dan mencoba meraihnya kembali, namun Reza berhasil menghindar. "Bentar aja kok". Ucap Reza sambil mengetikkan sesuatu di ponselku.

Nada dering telpon berbunyi, tapi bukan suara nada dering telponku. Hanya sebentar kemudian suara itu berhenti. "Ini nomor gue, lu bisa ngubungin gue kapan aja kalo mau ngelanjutin wawancaranya, gue pergi dulu yah." Kata Reza berlari meninggalkanku.

Ku lihat layar handphoneku. Amazing Captain tertulis di sana. Aku mendengus kesal, memutar bola mata 180 derajat. Ku tekan kata yang bertuliskan edit dan mengganti namanya menjadi Annoying Captain.

——————————————————

Siswa-siswi kembali bersorak bersamaan karena suara yang selalu di nanti kembali berbunyi. Aku berjalan menuju gerbang sekolah, mataku mulai menelusuri mobil-mobil yang terparkir di sana. Mobil hitam dengan plat nomor B1405 RY terparkir di seberang jalan.

"Papa udah nunggu lama ?". Percakapan sudah ku mulai sebelum duduk dengan baik di mobil.

"Nggk kerasa sih, soalnya tadi sempat ketiduran juga." Jawab papa tersenyum.

Aku mengalihkan pandangan, menengok ke sebelah kanan untuk melihat papa. "Pa, kenapa sih nggk izinin Reyn pakai motor aja ke sekolah ? Papakan capek harus jemput Reyn lagi kalau habis dari Rumah Sakit."

"Siapa bilang papa capek ?". Alisku nyaris menyatu karena bingung mendengar jawaban papa.

"Papa nggk capek kok, itu sudah jadi tugas seorang ayah. Menjaga putrinya sampai laki-laki yang paling baik datang mengambil tanggung jawab itu." Sambungnya.

Perkataan papa membuatku tersanjung sampai terasa ingin terbang, jelas sekali papa menyayangiku. Bisa ku lihat bagaimana caranya memperlakukanku bagai putri raja. Aku tertunduk menyembunyikan senyumanku

"Pa, Reyn boleh pacaran nggak?"

"Hn?" Papa mengurangi laju kecepatan mobil dan menoleh ke arahku.

"Ada yang nembak kamu Reyn?"

"Ya nggak ada juga sih"

"Terus?"

"Hmm, kali aja besok-besok ada hehe, gimana? Reyn boleh pacaran nggak?"

"Yaa gimana ya, kamu harus bawa calon pacar kamu ke rumah, biar papa liat. Nanti baru papa kasih keputusannya".

"Aah papa mah bilang aja gaboleh, kan serem kalo caranya gitu. Gak ada yang bakal mau pacaran sama Reyn."

"Loh kenapa? Reyn kan cantik pinter pula"

"Tapi papanya galak." Kataku sarkas namun hanya dibalas tawa oleh papa. Membuatku ikut tertawa juga.

Mobil kami pun terparkir di garasi rumah, papa keluar lebih dulu sementara aku sibuk memasang tas ransel ku kembali.

"Reyn.." Panggil papa yang berjalan melangkah ke arahku.

"Kamu cuman boleh pacaran sama anak laki-laki yang berani ngambil tanggung jawab papa. Tenang aja yang suka sama kamu banyak kok, tapi yang seperti kamu bilang mereka takut sama pawangnya ahahahah". Ucap papa sambil melangkah lebih dulu meninggalkan ku.

Bibirku memanyun dengan sendirinya, entah mengapa perasaan ku sedikit kecewa, padahal pertanyaan boleh pacaran hanyalah pertanyaan random yang terlintas di pikiranku, toh juga aku tidak tertarik dengan pacaran.

Aku kembali memainkan ponselku di meja belajar, ku lihat pesan dari Rika bagian tim naskah, menanyakan hasil wawancara. Jadi kukirimkan hasil wawancara yang selesai ku ketik ulang, sementara hasil wawancara bersama kapten bola akan ku kirimkan tengah malam nanti.

Itulah yang ku katakan padanya, ku buka kontak hp dan ku cari nama Annoying Capten. Tanpa berpikir panjang ku tekan icon telpon dan panggilan telepon melakukan tugasnya. Hanya memanggil tak ada jawaban darinya. Mungkin lagi di jalan, batinku. Ku letakkan hp ku di atas meja dan beranjak pergi.

Diring...Diring...

Reza? dia nelpon balik ?

Aku menggeser panel hijau dan mendekatan layar handphone ke telinga. Hening beberapa saat hingga Reza membuka percakapan. "Halo Reyn ada apa?".

Rasanya sangat kikuk, sampai-sampai aku tiba-tiba saja kebingungan saat mendengar suaranya. "Lo sibuk nggak? gue pengen lanjutin wawancara"

"Oh nggak kok, kalopun sibuk gue pasti luangin waktu kok, hehe.."

Tanpa banyak berbasa-basi, aku melanjutkan beberapa pertanyaan yang sempat tertunda, sekitar 3 pertanyaan lagi.

"Udah? itu doang pertanyaannya?" Tanya Reza.

"Iya, gue cuma butuh informasi itu kok".

"Lu nggak butuh informasi pribadi gue mungkin, kayak alamat gue, atau jumlah saudara gue, atau mungkin lu nggak pengen tau gue udah punya pacar atau belum?"

"Emang buat apa?"

"Ya kali aja lu pengen punya pacar kayak gue"

Aku sontak menjauhkan handphone ku dari telinga dan menatap layarnya dengan tatapan sedikit sinis.

"Dasar cowok nggak jelas". Ku putuskan sambungan telepon secara sepihak ku lempar hp ke atas tempat tidur yang di susul dengan diriku berbaring setelahnya. Kenapa kamu marah dengan ucapannya sih? Dia kan cuma bercanda, kamu kok jadi anak yang baperan gini sih Reyn? Kataku pada diriku yang sedikit berubah, tapi harus ku akui jantung ku kini sedang berpacu dengan tidak normal. Perasaan macam apa ini.

____________________

POV REZA
"Oh kamu udah dateng za?"

"Iya pak,maaf tadi saya lupa nemuin bapak setelah bel istirahat".

"Iya nggak apa-apa, ini saya cuma mau kasih undangan persahabatan dari MAN 2 model sama info dari kemendiknas kalau bulan november nanti akan ada peringatan hari pahlawan bakalan ada banyak lomba-lomba dari dinas termasuk lomba bola, jadi saya minta kamu siapin temen-temen kamu yah,"

"Iya, siap pak." Ucap Reza beranjak pergi meninggalkan kantor.

Reza mengambil hp di saku celananya lalu mengetikkan informasi yang tadi di dapatnya ke group GM-way.

—————————————— To be continue ——————————————

                        —————————————— To be continue ——————————————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AL-FATH (half of Dust)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang