Duduk di kelas selama 3 jam, memperhatikan guru menjelaskan membuat perutku mulai keroncongan. Mungkin karena aku terlalu memaksa otakku untuk berpikir, menyelesaikan soal fisika yang guru berikan.
Entah mengapa kelas sangat hening kali ini, seakan berada dikompetisi lomba MIPA tingkat nasional. Semua siswa sibuk mencari jawaban dari quiz yang diberikan Bu Gita, karena jika ada siswa yang berhasil menjawabnya, maka dia tidak perlu mengumpulkan tugas untuk pekan depan.
"Waktu tinggal 3 menit lagi." Sorak Bu Gita yang dijawab dengan keheningan kelas. Semua siswa sibuk mencari jawaban.
"4201 km/jam" teriak Aldo sambil mengangkat tangannya tinggi". Semua mata tertuju padanya. Kemudian pandangan beralih ke depan menunggu jawaban dari Bu Gita.
"Hmm, kurang tepat Aldo, yang lain ?"
"4220 km/jam bu"
"Yaa, betul Reyn. Selamat yah kamu bebas dari tugas pekan depan." Ucap Bu Gita seraya berdiri meninggalkan kelas, karena jam pelajaran fisika sudah selesai sejak 7 menit yang lalu.
Suara tarikan napas panjang terdengar memenuhi ruang kelas. Kami kelelahan dan kelaparan. Gesekan antara kursi dan lantai mulai terdengar ramai. Beberapa anak berjalan keluar menuju kantin dan sebagian lainnya mengeluarkan kotak bekal makan siang mereka.
Aku masih membaringkan kepalaku di atas meja. Rasanya sangat pusing tapi juga bahagia, karena aku tak perlu mengumpulkan tugas fisika untuk pekan depan.
"Congrats Reyn" Ucap Dinda sambil menarik tanganku agar segera berdiri. "Ayoo buruan ke kantin"
"Tumben keluarnya lama, kayaknya kantin lagi penuh-penuhnya deh". Kata anak laki-laki yang bersandar di tembok samping pintu.
"Kenapa lu nggk booking macem kemaren-kemaren sih Rama ?" Keluhku
"Yaa karena adinda gw minta dijemput". Aku memutar kepalaku cepat menoleh ke arah Dinda.
"Gue kan nggk tau kalo bakal ada kuis macem ini. Tapi yaudah sih mending kita ke kantin aja sekarang".
Kondisi kantin benar-benar padat, untung saja ada beberapa meja yang sudah mulai kosong. Tapi tidak untuk 3 kursi, kami harus berpisah kali ini. Aku duduk sendiri di meja nomor 4, sementara Rama dan Dinda berada di meja nomor 6.
Ku santap dengan lahap makanan yang ada di hadapanku, selain enak aku juga sangat lapar. "Lahap bener". Aku mengangkat kepalaku untuk melihat pemilik suara.
Uhuk-uhuk. Bubuk cabe yang tertelan terasa naik kembali ke tenggerokan. Rasanya sedikit perih sampai membuat mataku berkaca dan membuat hidungku memerah.
Dia mengambil air yang berada di samping mangkok mie ku dan membukanya. "Nih, minum dulu Reyn". Ucapnya sambil memberikan air botol yang telah dibuka.
Reza?
Dia kenapa sih hoby banget muncul tiba-tiba seperti ini."Gimana? Udah baikan ?" Tanyanya.
Aku menarik napas panjang, berusaha mengatur kecepatan jantung yang sejak tadi mulai tak beraturan.
"Hmm" hanya ku jawab dengan berdehem tanpa melihatnya.
"Sorry, keknya dari tadi gue ngagetin lu deh. Gue cuman pengen nanya aja. Lu jadi gak wawancarain gue ? Biar kalo anak-anak club ngajakin main, bisa gue cancel dulu"
Ah iya, aku lupa dengan wawancaranya.
"Habis dari kantin aja, gimana ? Lagian pertanyaannya nggak banyak-banyak amat kok." Reza tersenyum, mengangguk.
"Gue bolehkan duduk di sini kan bareng lo ?"
"Bebas aja sih, bukan gue kok yang punya kantin." Jawabku santai.
Kantin memang cukup ramai, tapi terasa sunyi diantara kami. Tak ada percakapan lagi, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu serta kebisingan orang-orang yang berada di sebelah kami.
"Kanda Rama"
"Ehm ?"
"Coba deh tengok Reza di sana, dari tadi makan sambil senyum-senyum ngeliatin Reyn". Ucap Dinda dari kejauhan yang daritadi memperhatikan kami dari tempat duduknya.
Rama memutar badannya sedikit, mencari objek yang Dinda ceritakan. "Si kapten naksir Reyn kan kanda?" Sambung Dinda.
"Mungkin." Ucap Rama sambil melanjutkan makannya.
"Nah kan, gue bilang juga apa, si Reyn nggk percayaan banget sih. Kanda, klo udah selesai makan kita samperin mereka yah". Rama hanya menatap Dinda dan tersenyum mengangguk mengiyakan.
"Ehh bro, diem-diem aja nih". Kata Rama yang tiba-tiba saja datang menepuk pundak Reza dan duduk di sebelahnya.
"Ekhm, ekhm. Ciee .. ada yang lagi makan bareng nih."
Aku tahu pasti pemilik suara ini, dia pasti Dinda yang lagi-lagi akan melanjutkan aksinya untuk menggodaku. Aku hanya meliriknya saat dia menarik kursi mencoba duduk di sampingku.
Ku percepat ayunan sendok agar bisa menghabiskan makanan yang ada di hadapanku dan bergegas pergi sebelum Dinda berbuat yang lebih aneh lagi.
"Gue duluan" kataku pamit.
"Lah Reyn kok lu buru-buru amat sih, gue kan baru duduk". Cegat Dinda sambil menahan lenganku agar tidak pergi. Aku hanya tersenyum dan melepaskan genggaman tangan Dinda menggunakan tanganku yang satunya. Aku pergi karena tidak ingin terlihat gugup jika Dinda menggodaku lagi.
Reza mendongakkan kepala saat aku berhasil melepaskan tangan Dinda, dia buru-buru meneguk air botol dan berlari kecil mengejarku.
"Reyn.. Reyyn, tunggu.."
"Hn ?" Aku mencari sumber suara dan mengangkat kepala sedikit untuk melihat wajahnya.
"Gimana wawancaranya ? Jadi nggk ?". Tanya Reza
Ahh iya lagi- lagi aku melupakannya.
"Ya udah sekarang aja, tapi di mana yah ?". Aku memutar otak untuk mencari tempat, juga melihat ke segala tempat yang bisa kami gunakan.
"Gimana kalau di perpustakaan aja ? Biar nggk berisik ?". Aku mengangguk mengiyakan.
Reza berjalan lebih dulu, membuka jalan untukku, karena koridor kelas cukup ramai sementara aku mengikutinya dari belakang,
"Di sini aja". Ucap Reza. Dia menarik kursi ke belakang, namun tidak untuk dirinya. "Ayo duduk". Kata Reza mempersilahkanku duduk sementara dia menarik kursi yang satunya lagi dan duduk di hadapanku.
Aku mengeluarkan ponselku dari saku rok dan membuka aplikasi catatan lalu mulai menanyakan arti dari nama club bola GM-Way. Sejak dulu aku bingung mengapa nama club nya seperti itu, terdengar seperti nama merk motor.
"GM-Way itu singkatan dari galaxy milky way , kata pelatih nama itu mencirikan diri kita , pelatih ingin setiap anak club GM-Way yang bermain mampu membuat penonton takjub dengan keindahan cara kami bermain ,seperti indahnya bintang bintang yang ada di galaxy, dan yang tak kalah keren , anak - anak GM-Way itu ganteng ganteng , apalagi kaptennya " . Jelas Reza sambil menangkat alisnya .
Dia memang sangat percaya diri.
Tak ku respon ucapannya yang terakhir dan beralih ke pertanyaan selanjutnya.Tapi belum sempat kuucapakan pertanyaan itu , pengumuman sekolah tiba tiba saja berbunyi .
—————————————— To be continue ——————————————
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-FATH (half of Dust)
RomanceMenjadi seorang mahasiswi jurusan psikologi di universitas swasta khusus psikolog, membuatku harus menjadi perawat VIP dari salah satu korban pemerkosaan yang terjadi sewaktu dia bersekolah di SMP. Zaura, gadis sholehah nan pandai namun mengalami p...