PART 27

175 12 5
                                    

(Tolong votenya untuk memberi semangat pada penulis guyss 🤗)

"Huuhh jauh juga kantin sama ruang radio, bagi minum yah bunny". Ucap Reza yang tiba-tiba saja duduk di sampingku.

Dinda hanya memanyunkan bibir dengan mata yang disipitkan melihat Reza yang duduk di sebelahku. "Kenape lu ?". Tanya Reza yang sadar ditatap Dinda seperti itu, yang ditanya malah cuma memutar bola matanya malas.

"Gimana bunn tadi aku keren gak ?" Toleh Reza padaku.

"Ha ? Aa.. iya, keren kok". Ucapku menatap Reza lalu menunduk kembali.

"Dia malu tauk, lu nya malu-maluin". Sanggah Dinda, membuat Reza menyilangkan tanganya ke depan dada.

"Loh kenapa malu ? semua orang wajib tau kalo mereka gangguin cewek gue, bakalan berurusan sama gue lah."

"Yaudah iyaa si paling bucin." Ucap Dinda pasrah. Tapi aku sebenarnya tidak tahu mengapa respon Dinda seperti itu, mungkin dia lagi badmood karena Rama gak bisa ke kantin bareng.

Setelah Reza mengumumkan perihal peringatan itu, ku pikir hidupku akan lebih baik tapi kenapa rasanya lebih banyak lagi mata yang menatapku sinis, juga mulut yang berbisik saat aku berjalan melewati koridor-koridor sekolah. Apa aku sedang menciptakan lebih banyak musuh ?.

Di jam pelajaran terakhir mapel Kimia kami melakukan ulangan harian, alhasil yang bisa menyelesaikan ujian bisa keluar kelas dan pulang lebih awal. Aku menjadi orang ke-5 yang keluar dari kelas, padahal waktu pulang sekolah masih tersisa setengah jam lagi.

Ku kabarkan pada Reza kalau aku menunggunya di perpustakaan karena sudah keluar lebih dulu sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Saat berjalan menuju perpus, aku melewati tangga yang sedang ramai di duduki oleh anak kelas lain. Sepertinya kelas mereka sedang jamkos atau memang lagi bolos aja.

Lagi-lagi orang berbisik dengan berisik. Aku memang tidak begitu populer jadi tidak semua orang yang mengetahui namaku akan mengenal wajahku. Mungkin benar mereka hanya ingin memastikan bahwa orang yang disebut Reza adalah aku. Tapi yaa tetap saja bagiku itu mengganggu jika sudah terlalu banyak yang melakukannya.

"Reyn ..". Aku menoleh ke belakang mendengar namaku dipanggil.

"Jadi bener lu yang namanya Reyn ?". Aku hanya mengangguk pelan sambil mengalihkan-alihkan pandangan. Melihat orang yang di hadapanku tengah menyusuri diriku dengan tatapannya dari atas ke bawah kemudian mengulanginya lagi.

"Apa yang bikin Reza demen sama cewek culun kayak lu ?" Ucap salah seorang dari mereka. Aku tidak menjawab apapun dan hanya menatap mereka dengan tatapan bingung. Lagi-lagi aku harus bertemu dengan perempuan macam ini, dan kali ini mereka berlima. Hmm, mereka tinggi dan berisi membuatku terlihat kecil dan pendek. Kenapa yang suka sama Reza ceweknya pada serem dan jutek sih.

"Kalo ditanyain tuh jawab ! Lu bisu yah ?". Bentak salah seorang dari mereka.

"Gue gak tau kenapa Reza pengen jadi pacar gue." Ucapku yang berusaha tenang walau saat ini sedang benar-benar ketakutan.

Mereka menatapku sinis. "Yaudah sih kalo gitu mending lu ikut kita aja, ngerayain status baru lo itu." Dua orang paling dekat menarik dan memaksaku untuk ikut dengan mereka. Tentu saja gue memberontak dan berteriak tapi hanya sebentar karena mulutku disekap sama mereka.

Aku kembali meneteskan air mata tapi dengan dekapan tangan orang lain. Tuhaann bagaimana ini, apa lagi yang akan terjadi sekarang ?. Bagian mana lagi yang aku harus terluka ?.

Mereka orang berbeda dengan orang yang menggores wajahku kemarin di basement parkiran. Sekarang orang-orang ini tidak menggunakan pelindung wajah sama sekali jadi aku bisa mengenali wajah dan juga namanya karena ada di nametag seragam mereka.

Ini ke arah mana ? 3 tahun bersekolah aku tidak pernah pergi menuju tempat ini. Apa ini basecamp ?

Aku di dorong masuk ke ruangan yang berpintu besar itu. Gelap dan berdebu. Mereka berjalan secara perlahan sementara aku terus mundur dengan kondisi yang sedang terduduk. Mau apa mereka Tuhan. Batinku.

"Akhh..". Dalam sepekan ini aku sudah merasakan 2x jilbabku dijambak dengan kasar.

"Gue salah apa sama kalian ?" Ucapku yang kesakitan karena rambutku ikut tertarik bersama jilbabku dan lagi, air mata ku jatuh dengan sendirinya.

"Lu gak berhak bahagia diatas penderitaan orang lain !". Ucap Fira, gadis yang sedang menarik jilbabku itu. Aku mengetahui namanya karena membaca nametag di seragam sekolahnya.

"Maksudnya ?". Aku benar-benar tidak paham dengan alur pemikiran orang ini, siapa yang ku lukai ? Aku merasa tidak pernah menyakiti orang lain bahkan aku tidak mengenal mereka sebelumnya. Di sini posisiku adalah korban pembullyan, mengapa aku yang terlihat sebagai seorang penjahat ?

"Gue udah 4x di tolak sama Reza, dan lu pasti yang jadi penyebabnya. Lu pake santet kan ?! Muka lu biasa aja gak mungkin Reza mau sama lu kalo gak pake ilmu macem-macem. Dasar anak dukun". Ucap Fira kasar.

Yaa Tuhan. Kenapa bisa ada manusia yang berfikiran seperti ini.

"Sekarang enaknya lu diapain ?". Ucap Fira lagi sambil memicingkan mata, dia terlihat sangat sinis sekarang ini.

"Ikat aja, biar gak balik rumah."

"Lepasin aja seragamnya trus kita lempar ke atap gudang." Ujar salah seorang dari mereka sambil menunjuk kayu penghubung kerangka atap gudang yang berada di atas kami.

Pikiran kotor macam apa itu. Dan yang benar saja, mereka melakukannya.

Mereka berusaha membuka jilbab ku dengan paksa. Walau tak begitu paham agama, aku sama sekali tidak pernah membuka jilbabku selain di rumah, sebab ayahku berkata. Reyn kalo sayang papa jangan pernah buka jilbabnya selain di rumah, jilbab itu tanda Reyn sayang sama papa. Kalimat yang papa ucapkan waktu aku duduk di kelas 3 SD masih teringat hangat di kepalaku.

Papa Reyn takut. Batinku.

Aku terus berusaha menahan tangan mereka untuk tidak membuka jilbabku. Tapi mereka terlalu banyak untuk aku yang sendiri.

Aku mempertahankan posisi tubuhku dengan memeluk lutut agar mereka kesulitan melepas rok dan juga baju seragamku.

Plaaaakkk

"Ahhh ..."

Kami semua terdiam melihat Fira ditampar oleh Reza sampai jatuh terduduk. Reza menarik kerah baju Fira agar bisa berdiri kembali.

"Lu ? Pengen mati ? HAH !!". Bentak Reza tepat di depan wajah Fira. Membuat kami semua tersentak kaget.

"Pergi kalian. PERGGGIIII !! Sebelum gue mukul lo satu-satu !". Kata Reza kasar. Air mataku terus saja mengalir, aku menangis tanpa suara.

Reza memelukku, dan aku menenggelamkan wajahku kepelukannya sambil terus berkata "Aku takuuutttt ~"

"Uusshh... uuusshh, it's okey sekarang, udah ada aku kok. Maafin aku telat, harusnya aku lebih cepat lagi biar kamu gak ketakutan gini. Maafin aku bunny." Ucap Reza menenangkanku, mengelus kepalaku pelan.

—————————————— To be continue ——————————————

—————————————— To be continue ——————————————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AL-FATH (half of Dust)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang