PART 3

594 28 2
                                    

Seperti dugaanku komunitas MADINAH akan melakukan pertemuan perdana setelah pulang sekolah, tapi tak ku sangka di pertemuan pertama, kak Nisa selaku ketua komunitas kreatif Madinah akan memberikan tongkat estafetnya kepada salah satu dari kami siswa kelas XI agar melanjutkan perjuangan menghasilkan karya terbaik untuk sekolah kebanggaan kami.

Dalam pencarian pemimpin baru, kami mengadakan voting terhadap para calon. Dan hasil dari kesepakataan, kami menunjuk Dewi dari kelas XI Bahasa 3 untuk menjadi ketua baru Madinah. Kini estafet kepemimpinan baru tengah berlangsung dengan formasi yang juga baru. Aku yang awalnya bertempat di bagian kepenulisan harus berganti profesi menjadi seorang reporter.

Benar, tugasku adalah mencari berita untuk diberikan ke tim naskah untuk ditulis, baru setelah itu naskahnya masuk ke bagian desain untuk pengaturan layout sebelum di tempel ke mading.

"Untuk tema mading pekan ini, bagusnya mengangkat topik apa nih ?" Kata Dewi membuka forum.

"Hmm gimana kalau The  New Formation." Ucap salah satu siswa yang berada di seberang bangkuku.

"Maksudnya gimana tuh ?"

"Jadi mading kita itu berisi profil para pemimpin baru ekskul-ekskul di sekolah. Kayak ketua MADINAH sekarang nih, harus di update tuh siapa yang jadi ketuanya sekarang." Jelasnya.

"Boleh juga tuh idenya, gimana yang lain ?". Tanya Dewi, tapi hanya dibalas anggukkan oleh para anggota, yang berarti kita semua menyetujuinya.

Tim wartawan hanya ada 3 orang sementara ekskul di sekolahku ada 11, itu artinya setiap orang akan mewawancarai minimal 3 ketua baru. Aku sendiri mendapat ekskul rohis, bola, karate dan paskibra untuk diwawancarai. Sebenarnya diriku tidak begitu menyukai pekerjaan seperti ini, karena membuatku harus berlagak ramah kepada orang-orang. Tapi tak apa, aku tidak boleh terus-terusan menjadi orang dengan kesan jutekkan.

Sejak keluar dari ruang pertemuan, aku bergegas mencari ketua-ketua itu untuk diwawancarai, sebab kami hanya diberi waktu 2 hari untuk mengumpulkan semua data informasi pergantian ketua ekskul. Tapi dari 4 ekskul yang harus ku wawancarai, tersisa ekskul karate yang belum mengganti ketuanya. Pertanyaan yang ku ajukan juga tak jauh dari visi misi mereka sebagai ketua baru dan perasaan mereka saat mendapat amanah memimpin sebuah organisasi.

Satu jam lagi matahari akan tenggelam, dan masih ada ekskul bola yang harus ku wawancarai.
Tiingg. Pesan what's up masuk.

Untung saja aku punya Rama yang juga anggota dari club bola sekolah ini, jadi tidak perlu capek mencari ex-leadernya dulu untuk menanyakan siapa yang menggantikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untung saja aku punya Rama yang juga anggota dari club bola sekolah ini, jadi tidak perlu capek mencari ex-leadernya dulu untuk menanyakan siapa yang menggantikannya.

Kini langkahku sudah tidak santai lagi, aku berlari menuju tempat latihan anak-anak club bola, karena biasanya mereka pulang sekitar pukul 17.30 menjelang magrib. Itu artinya tersisa kurang dari 10 menit lagi mereka akan bubar.

"Hooofftt ..hooffhh...." Aku mengatur napasku yang masih terengah-engah karena mengejar waktu. Ku putar gagang pintu dan masuk ke ruangan kotak yang berisi lapangan buatan untuk bermain bola. Lapangan itu dikelilingi oleh jaring pelindung agar penonton tidak terkena bola bila seseorang menendangnya dengan kuat.

AL-FATH (half of Dust)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang