PART 48

194 17 6
                                    

(Tolong votenya untuk memberi semangat pada penulis guyss 🤗 komen juga kalau ada hal relate sama kalian)

Setelah selesai dengan kemarahannya, Fath mengganti pakaiannya dengan baju yang sudah ia siapkan. Memastikan tidak ada sama sekali jejak dirinya dalam TKP.

Fath mengambil beberapa kantong darah yang diambilnya dari rumah sakit lalu menuangkannya di sekujur tubuh Zion untuk mengacak DNA pelaku jika polisi mengadakan pemeriksaan melalui tes DNA forensik.

Setelah itu Fath beralih pada barang-barang bawaannya yang sudah ditumpuk kemudian membuang botol yang berisi sedikit minyak tanah lalu membakarnya, dia juga menunggu di tempat itu sampai apinya padam.

Tak ada bukti yang tertinggal dan tak ada saksi di hari itu kecuali orang suruhan Fath yang berjaga.

Terakhir sebelum meninggalkan lokasi, Fath menaburkan serbuk kopi di sekitar tempat perkara agar menghilangkan bau jika polisi menggunakan anjing pelacak. Sangat detail dan berhati-hati. Semuanya Fath siapkan dan pelajari terlebih dahulu mengenai apa saja yang akan polisi lakukan jika mengerjakan kasus pembunuhan.

Pulang dari tempat menyakitkan itu, Fath merebahkan tubuhnya di atas kasur. Perasaannya masih kacau walau sudah memberi pelajaran pada Zion, hatinya masih merasa terluka dan .. seperti 'ada rasa bersalah' setelahnya.

Bagaimana jika dia mati di sana ?.

Fath mengambil ponsel dan menelpon orang suruhannya tadi agar memanggil ambulance untuk Zion, tidak lupa Fath memperingati agar berhati-hati jangan sampai keberadaannya bisa terlacak oleh polisi juga nomor telponnya harus yang sekali pakai.

Fath menutup matanya menggunakan lengan kanannya. Perlahan rasa amarah itu pergi dari hatinya namun diganti dengan perasaan deg-degan dan takut. Walaupun Fath sudah berusaha menyembunyikan kejahatannya itu dengan sangat rapi, perasaannya tetap tidak tenang. Antara takut ketahuan atau memang seperti itulah perasaan awal manusia saat melakukan sebuah tindakan maksiat atau kriminal.

Setiap perilaku manusia yang bertentangan dengan aturan yang telah Allah tetapkan pasti selalu diberi naluri rasa tidak menyenangkan saat melakukan kejahataan/maksiat itu untuk pertama kalinya.

Setiap kejahatan akan menimbulkan rasa takut pada pemilik hati yang merupakan signal langsung dari Pemilik Hati Manusia. Namun sinyal itu bisa menguat atau memudar bahkan sampai hilang disaat manusia itu dengan terus menerus mengulangi perilaku jahat mereka yang bisa mengakibatkan hal fatal yaitu 'mematikan hati nurani'.

Karena itu, di zaman ini tak perlu heran dengan berita yang beredar. Suami berselingkuh dengan ipar juga mertua, ayah kandung memperkosa putrinya yang berusia 5 tahun, pasangan sesama jenis memutilasi mahasiswa yang sedang meriset mengenai LGBT, anak dibawah umur melakukan tindakan asusila di kuburan, dan masih banyak lagi.

Semua kejadian yang tidak mengenakkan seperti itu tidak serta merta terjadi 'tanpa ada' signal di hati manusia saat melakukan perbuatan haram untuk pertama kalinya, sekalipun seseorang itu tak mendalami agama, karena cukup dengan menjadi manusia untuk mengerti hal moral.

Jika jiwa kemanusian itu telah lenyap, maka hilang juga belas kasih antar sesama manusia. Tak ada lagi kebaikan dan perlindungan di dalamnya.

Sebenarnya Allah telah mengatur semuanya agar bumi menjadi tempat yang seimbang, aturan yang Allah miliki adalah cara-Nya untuk melindungi manusia itu sendiri bahkan seluruh makhluk yang bertempat tinggal di planet ini.

Contoh kecilnya saja perihal khamar yang memabukkan, mengapa islam tidak memperbolehkan minuman itu ? yaa karena faktor kerusakan yang akan terjadi pada manusia setelah meminumnya. Jikapun semisalnya ada kebaikan di dalam khamar itu tentu saja efek samping keburukannya lebih banyak.

Dan itulah yang terjadi pada Zion saat melihat Zaura, dia kehilangan kesadaran atau jiwa manusiawinya yang berakibat dikuasai oleh nafsu birahi. Setelahnya yang terjadi kerusakan pada korban dan juga pelaku sebab keluarga korban melakukan penghakiman sendiri.

Karena khamar satu manusia berhasil menjadi pezina dan satunya lagi berpotensi menjadi seorang pembunuh. Sangat mengerikan bukan jika Allah tidak menetapkan cara hidup yang baik di bumi ini ?.

Setelah melewati berbagai terapi. Zaura sudah bisa pulang ke rumahnya dan melakukan perawatan secara mandiri. Dia merindukan kamar nuansa biru pinknya itu, melihat meja belajar juga meja tempat riasannya itu terukir senyum simpul di wajah Zaura.

Fath membuka pintu kamar Zaura perlahan, ia enggan membangunkan Zaura dari tidurnya yang nyenyak itu, walaupun sebenarnya sampai sekarang Zaura masih mengonsumsi obat tidur agar mendapat kualitas tidur yang nyenyak.

Fath berdiri di samping tempat tidur Zaura lalu berlutut mensejajarkan kepalanya dengan kepala Zaura.

"Araa .. ini mas, maafin mas belum berani ketemu sama kamu. Sekarang.. orang yang jahatin kamu sudah dapat hal setimpal, dia sudah mas buat cacat dan luka seperti yang kamu punya. Tapi mas gak tau apakah rasa sakit kamu sudah mewakili atau belum, apa dia akan punya trauma seperti kamu atau tidak".

Fath mengelus kening adiknya yang terlelap itu.

"Masss..". Fath membulatkan matanya terkejut karena mengira Zaura terbangun.

"Mas dimana ? Ara takut." Ngigau Ara dengan wajah yang terlihat tenang.

Fath menutup mulutnya karena menahan suara tangisnya. Ia buru-buru keluar dnan menutup pintu kamar Zaura perlahan, memastikan Zaura tidak terbangun karena ulahnya.

Fath menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya di depan pintu kamar Zaura, dia masih berdiri di sana untuk beberapa menit, menormalkan perasaannya sudah sangat kacau karena perbuatannya sore tadi.

Sudah lama sekali Zaura, kejadian itu sudah hampir 5 bulan tapi kamu masih takut. Apa yang harus mas lakuin Ra ? Bagaimana cara mas bisa temuin kamu kalau seperti ini. Mas juga sakit Ra, mas sakit liat kamu sakit seperti itu.

Sekarang kamu bahkan bukan membenci pelaku itu aja, kamu marah pada Tuhanmu kan ? kamu gak pengen sholat lagi gak mau pakai jilbab lagi karena marah, Allah gak nolong kamu ? Mas bisa apa sekarang kalau kamu memiliki perasaan seperti itu sama Tuhanmu ? Mas yang buat kamu begini, semua itu salah mas, harusnya kamu benci mas aja jangan Allah.

—————————————————

Hari-hari berlalu, kesehatan Zaura mulai membaik, dia sudah mulai terbiasa melihat ayahnya dan bertemu ayahnya tanpa harus diberi suntik bius, sementara Fath tetap memilih untuk tidak bertemu.

Ibunya tetap menasehati agar Zaura mau kembali melaksanakan sholat dan berhijab, tapi Zaura benar-benar marah pada Allah karena tidak menyelamatkannya, sampai-sampai dia harus memiliki takdir yang menyakitkan seperti ini.

Kekecewaan manusia terhadap manusia akan menciptakan amarah pada Tuhannya, dan cara manusia menunjukkan kekecewaan itu adalah dengan cara menentang-Nya. Tidak ingin ikut dan patuh atas perintah-Nya.

Padahal pertanyaan simplenya, jika seluruh manusia melakukan hal yang Allah larang. Apakah Allah akan kehilangan tittlenya sebagai Tuhan ?

—————————————— To be continue ——————————————

—————————————— To be continue ——————————————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AL-FATH (half of Dust)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang