PART 44

185 16 7
                                    

(Tolong votenya untuk memberi semangat pada penulis guyss 🤗 komen juga kalau ada hal relate sama kalian)

Setelah melakukan pemeriksaan singkat, dokter memberi label merah pada prosedur triase pasien. Segera Zaura di keluarkan dari kamar tadi untuk di bawah ke ruang operasi karena terdapat tanda-tanda luka di bagian vital kepalanya karena kembali mengeluarkan darah pada bagian hidung dan telinga.

Ayah Fath, Dr. Malik selaku dokter debah juga ikut masuk ke ruang operasi Zaura. Selama 5 jam operasi, Fath dan ibunya terus saja berdoa untuk keselamatan pasien yang berada di dalam ruang operasi itu.

Di sela-sela keheningan ruang tunggu operasi. Fath membuka suara.

"Buu ...". Fath menarik napas dengan air mata yang tertahan di matanya.

Ibu Fath menoleh melihat anak laki-lakinya itu. "Ara..., Ara habis diperkosa orang."

Ada jeda kesadaran terhadap apa yang ibu Fath dengar dengan apa yang Fath katakan. "Kamu bilang apa ?". Tanya ibu Fath.

"Ara habis diperkosa orang." Ucap Fath sekali lagi tanpa melihat Ibunya. Air mata ibunya kembali jatuh dengan suara tangis yang tak terdengar. Dia memukul bahu Fath yang duduk di sampingnya.

Fath sudah memikirkan untuk mengatakan hal itu atau tidak sejak tadi. Dan dia memutuskan untuk mengatakannya, karena cepat atau lambat orang tuanya akan mengetahuinya terlebih lagi ayahnya yang berprofesi sebagai dokter itu, jika bukan mengetahuinya sendiri maka akan mengetahuinya dari teman dokternya.

"Kok bisa adek kamu begitu." Kata ibu Fath dengan suara yang mulai terdengar parau karena terlalu banyak mengeluarkan air mata. Fath membalikkan badan memeluk ibunya yang mulai menangis histeris.

"Maafin Fath buuu.. Fath yang salah, Fath telat buat jemput Ara." Bisik Fath di telinga ibunya. Sebenarnya hal yang paling melukai Fath bukanlah terlambat menjemput. Tapi karena dia menolak panggilan adiknya itu yang bisa saja saat itu dia sedang ketakutan karena dikejar oleh pelaku.

Memikirkan hal itu membuat Fath seperti ingin gila. Dia tidak bisa membayangkan ketakutan Zaura di situasi seperti itu. Bagaimana mungkin Fath bisa hidup dengan bayang-bayang Zaura yang memerlukan bantuan disaat tersulitnya, lantas Fath malah menolak panggilannya sebanyak Zaura menelponnya.

Pintu ruang operasi terbuka. Para dokter dan asistennya keluar, begitupun dengan ayahnya. Langsung saja Fath dan ibunya mengikuti langkah Dr. Malik ke ruangannya.

"Paa, gimana Ara pah ? Ara baik-baik aja kan ?".

Dr. Malik menarik napas panjang sebelum berbicara. "Ara mengalami cedera otak traumatik. Kalian habis kecelakaan di mana ? Kenapa cuma adek kamu yang luka parah seperti itu ?"

Keheningan meliputi ruangan Dr. itu sebelum Fath membuka mulut. "Kita gak kecelakaan pa." Jawab Fath tanpa melihat ayahnya.

"Aku nemuin Ara di jalanan penuh rumput waktu mau jemput dia, seragamnya udah kebuka dan ngekspose beberapa bagian tubuhnya. Araa.. seperti habis diperkosa orang." Lanjut Fath dengan air mata yang lagi-lagi terjatuh dengan sendirinya.

Dr. Malik tiba-tiba saja kehilangan keseimbangannya dan jatuh terduduk. Ibu Fath ikut duduk memeluk suaminya dengan air mata yang tak pernah berhenti sejak tadi.

Tak lama Dr. Malik berdiri menghapus air matanya dan mengambil kertas, lalu menuliskan resep untuk ditebus segera oleh Fath. Sejak operasi tadi tenaga ayahnya sudah terkuras habis, tak bisa lagi dia melampiaskan kecewa dan amarahnya dengan fisiknya yang sudah melemah. "Minta bagian apoteker buat sediain obat ini segera untuk saya." Dengan wajah yang kelelahan, Fath menuruti permintaan ayahnya.

Sekitar 15 menit berjalan, Fath sampai pada tujuannya. Penjaga apotek membaca tulisan resep itu dan melihat ke arah Fath. "Resep ini buat kamu dek ?". Tanya penjaga obat itu karena melihat Fath datang dengan seragam SMA nya.

AL-FATH (half of Dust)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang