PART 50

156 17 10
                                    

(Tolong votenya untuk memberi semangat pada penulis guyss 🤗 komen juga kalau ada hal relate sama kalian)

Aku menatapnya sebentar sebelum mengukir senyum simpul.
Sepertinya ini trigger terbesarnya.

"Kamu tau darimana Allah gak bakal dengar ?".

Zaura hanya menatapku tanpa berbicara lagi. "Mau makan sambil ngobrol gak ?". Tak ada respon. Jadi aku mendekat padanya dan mengambil bubur yang ada di atas nakas kamar ini.

"Bubur kamu udah cukup dingin karena kelamaan ditinggal tidur, hihih." Rasanya aku berucap hal garing demi menciptakan suasana yang sedikit lebih cair.

"Dimakan yah, biar kamu bisa cepat sembuh." Ucapku memegangi sendok yang berhenti di depan bibir Zaura karena dia enggan membuka mulutnya.

Zaura menatapku dengan tatapan menyelidik seakan mencari sesuatu dalam diriku yang tak ku ketahui pasti. "Allah tidak akan menjawab doamu." Ucapnya sekali lagi.

Deg. Apakah ini jawaban dari doaku setelah sholat tadi ? Aku memang mendoakan kesembuhan untuk Zaura. Tapi tidak mungkinkan jawabannya seperti ini (?)

"Kenapa kamu ngomong begitu ? Emang kamu tau aku doa apa sampai gak bisa dikabulin ?".

Lagi-lagi Zaura hanya menatapku, tapi kali ini aku tidak mengalah, aku membalas tatapannya dan berusaha memahami apa yang sebenarnya yang ingin dia katakan.

"Karena aku juga pernah seperti kamu."

"Ya ?". Zaura kembali terdiam cukup lama dan hanya menatapku.

"Waktu aku berada di kelas 6 SD aku sudah menyelesaikan hafalan Quran 30 Juz ku, sementara sejak kelas 4 aku sudah rutin melaksanakan sholat 5 waktu. Aku juga belajar agama dan menghafal beberapa hadist sejak SD. Bahkan di saat SMP kajian Quran rutin ku ikuti sampai hafal beberapa arti dalam Quran."

"Yang ku tahu Allah adalah Tuhan yang tidak akan melanggar janji dan salah satu janji-Nya adalah jika seorang hamba berdoa pada-Nya akan dikabulkan. Allah juga berkata sendiri dalam kitab-Nya kalau diri-Nya dekat. Tapi .... di sore itu, di saat aku benar-benar membutuhkan pertolongan-Nya, di saat hanya ada aku dan malapetaka yang ada di tempat itu. Kehadiran-Nya tidak ada."

"Padahal .. di saat kondisi setengah sadar yang ku alami, aku masih saja memanggil nama-Nya dan hanya meminta pertolongan pada-Nya, karena ku tahu di tempat itu hanya Allah yang bisa membantuku. Tapi disaat itu...., aku seperti melihat Allah mendadak tuli dan jauh. Maha Mendengar yang ku pelajari terdengar seperti omong kosong. Sebelum kehilangan kesadaran, aku bahkan bertanya pada diriku. Apakah semua yang ku pelajari selama ini hanya kisah dongeng saja ? Dan di akhir sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, aku berkata kalau Allah itu tidak ada, seperti pertolongan-Nya yang tidak ada." Ucap Zaura dengan wajahnya yang datar.

Air mataku yang tertampung di kelopak mata berhasil jatuh lurus secara vertikal. Aku tau bagaimana ketakutan Zaura saat itu, karena aku pun pernah berada di posisi dirinya, hanya saja kami berbeda takdir.

Aku diam cukup lama, karena jujur aku tidak punya jawaban pasti untuk Zaura. Untuk manusia yang baru belajar sepertiku, rasanya tidak pantas memberi nasihat pada seseorang yang memiliki ilmu yang lebih banyak.

Tapi bukankah aku harus mencoba ? Dan semoga saja kali ini Allah mau membuka hati Zaura agar kembali baik.

"Aku tidak akan menyalahkan amarah itu, karena menjadi korban pastilah sangat menyakitkan. Tapi jika dilihat dari ujian hidup, bukankah orang yang beriman akan diberi ujian yang berat karena kapasitas dirinya ?".

"Kenapa Allah begitu yakin dengan hamba-Nya kalau mereka itu kuat ?"

"Hmm.. karena Allah yang menciptakan mereka kan ? Pastinya tau kapasitas setiap ciptaan-Nya."

AL-FATH (half of Dust)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang