PART 35

156 14 4
                                    

(Tolong votenya untuk memberi semangat pada penulis guyss 🤗 komen juga kalau ada hal relate sama kalian)

Setiap hari menjadi semakin sibuk karena jadwal kampus yang cukup padat di 4 hari perpekan itu, memang jadwal kuliahnya hanya 4 hari, tapi 3 hari libur tidaklah terkesan seperti libur. Sangat banyak tugas yang harus kami kerjakan, mulai dari tugas individu sampai tugas kelompok.

Tak jarang aku tiba di kosan pukul 1 pagi. Jika orang tuaku mengetahui hal itu, mungkin saja aku tidak akan dibiarkan tinggal sendiri lagi. Biasanya ku gunakan hari jumat full untuk beristirahat di kosan dan sorenya aku pulang ke rumah.

Dan saat tiba dirumah apakah aku bersantai ? Jelas saja tidak. Aku tetap mengerjakan tugas yang bejibun itu yang tak ku ketahui mengapa tak ada hentinya. Dipikiranku semester satu kuliah tidak akan seramai ini. Tapi rupanya bisa sesibuk itu. Untuk mencapai hari senin ke senin kembali pun rasanya hanya hitungan jam saja.

[ What's Up GROUP ]

Fasil Mr AL = Besok jangan lupa bawa makalah tugas dari Mr. David yah guys. Udah kelar semuakan tugasnya ?
Sonya = Belum Mr. Masih ada yang kurang di point 5.
Doni = Mending lu ke cafe Colonie deh nya, gabung sama gue sama Reyn sama Salma kerja tugasnya.
Sonya = Oh kalian nugas bareng. Yaudah gue otw.
Doni = Yang lain juga gaes, kalo kalian kesulitan kerjainnya kita kerja bareng aja. Dateng aja ke cafe yang gue sebutin tadi.

Berada di group fasil Mr. AL dan diketuai Doni adalah hal yang harus ku syukuri sepenuhnya. Ketua ku benar-benar membantu kami jika mengalami kesulitan dalam hal pengerjaan tugas. Di kelompok ini yang berjumlahkan 10 orang rasanya seperti memiliki saudara baru. Untuk anak tunggal sepertiku, mereka seakan memenuhi ruang childhood ku yang sempat terasa kosong.

"Kalian udah lama di sini ?". Tanya Sonya yang baru tiba di cafe.

"Udah dari sore tadi sih." Jawabku.

"Udah lama banget dong yah, ini udah jam 9 gue baru join."

"Gak apa-apa kok, gimana tugas lu ? Tinggal poin 5 aja ?". Ucap Doni.

Sonya mulai menjelaskan kesulitan dari tugas yang dimilikinya. Sebenarnya soal kami sama semua, hanya saja dosen meminta kami untuk menganalisa kasus yang kami ciptakan sendiri dan tidak boleh ada yang sama dalam satu kelas itu. Dan analisa itu lah yang menjadi kesulitannya.

Jam terus bergulir dan kami masing-masing sibuk dengan laptop yang ada dihadapan kami, sesekali kami meminum kopi yang ada di atas meja.

"Boleh join gak ?". Suara yang kami kenal memecahkan keheningan di antara kami. Mr ?. Membuat kami saling bertukar pandangan.

"Kok pada diem ? Gak boleh yah ?"

"Ha? Enggak kok Mr, ini duduk di sini.". Doni menarik kursi agar Mr. AL bisa duduk.

"Kalian rajin banget masih nugasan sampe jam segini padahal besok masuk pagi." Ucap Mr. AL pada kami.

"Hehe bisa aja Mr. Ngomong-ngomong Mr ke sini buat ketemu seseorang kah ?". Tanya Sonya.

"Gak kok, saya habis dari rumah temen, deket dari sini. Terus baca group kalau kalian lagi kerja tugas di cafe ini. Pengen ngecek aja udah pada balik atau belom, ternyata masih nugasan."

"Saya gak ganggu kalian kan ? Gak usah nganggep saya ada di sini yah. Kalian santai aja kerjanya." Ucap Mr. AL lagi.

Mr. AL benar-benar hanya diam selama kami sibuk dengan laptop masing-masing. Dia juga sibuk dengan menscroll ponselnya sendiri. Dan hanya berbicara saat ada yang bertanya padanya.

Mr. AL ini pengangguran kah ? Bukannya dia kuliah juga di UI ? Dia gak ada tugas emang ? Kok mau menghabiskan waktu hanya untuk duduk diam di cafe seperti ini ?. Pikirku.

Kadang aku tidak bisa memahami fasilku itu, dia bisa berada di mana saja dan mengenal baik orang yang dia temui, jaringan networkingnya begitu luas walau tak banyak berbicara dan dengan ekspresinya yang cenderung terlihat datar.

Tepat pukul 11 malam kami keluar dari pintu cafe dan berniat untuk kembali ke rumah masing-masing.

"Rumah kalian jauh gak guys ? Gak masalah pulang larut begini ?". Tanya Doni sambil memasang resleting jaketnya.

"Udah biasa kok, doain aja semoga aman". Kata Salma dan dianggukkan oleh Sonya.

"Mr. Udah pengen balik juga ?". AL yang baru keluar dari pintu menatap Sonya, mengangguk mengiyakan.

"Mr. Gabut kah sampe ngikutin kita tugasan sampai malam begini ?". Tanyaku

"Hmm, gak gabut sih. Sengaja, kali aja kalian butuh bantuan saya." Kata Mr. AL dengan wajah datarnya itu.

"Tapi emang untung ada Mr. sih kita jadi bisa dapat pencerahan langsung". Balas Doni.

Kami berpisah di depan cafe dan melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing.

Jarak cafe tempat kami berkumpul dengan kosanku cukup jauh sebenarnya, dan aku belum menghafal baik jalanan yang ku lewati, terlebih lagi suasananya yang tadinya cerah karena sinar matahari sekarang tergantikan oleh sorot lampu jalan membuatku semakin bingung. Ditambah lagi kebingungan ku saat membaca maps.

"Ha ? Ini kenapa motornya berenti tiba-tiba sih". Aku memutar kunci untuk menyalakan mesin motorku kembali. Nggghh.. Ngghh... Ngghhh.... Asshh, kenapa tiba-tiba banget deh mogoknya, mana udah malem banget pula.

Aku menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri mencari pertolongan. Semoga saja ada orang yang ku kenali. Sambil mengecek hp ku apakah Reza sudah menjawab telponku. Ayoo dong honey, angkat telponnya. Aku takut.

"Motornya kenapa neng ?". Ha? Aku kaget karena seseorang menegurku.

"Hmm ini gak tau pak, tiba-tiba mati sendiri."

"Bisa saya cekkin neng ?". Aku memberikan kunci motor ku dengan banyak pikiran di kepala. Jangan-jangan nanti motor ku dibawa lari lagi. Aduh orang ini beneran baik gak yah. Apa aku lari aja kali yah, takut banget diapa-apain.

Aku menggelengkan kepalaku karena terlalu berisik. Bisa gak sih Reyn mikirnya positif aja sama orang yang pengen tolongin kamu, lagi pula jalanan ini gak sepi-sepi amat kok. Batinku.

"Ohh ini sih businya aus neng. Harus diganti biar bisa nyala, itu ada bengkel dekat gang sana. Neng ikut saya aja." Ucap laki-laki itu sambil mendorong motor ku perlahan tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu.

Aku menahan jok belakang motor agar tidak mengikuti laki-laki itu. "Ng .. nggak usah pak, teman saya udah otw ke sini. Makasih."

"Gak apa-apa bilang aja sama teman kamu bengkelnya di sana.". Aku tetap menahan motorku agar tidak dibawanya lebih jauh. Laki-laki itu kemudian menurunkan standart motorku dan berhenti.

"Yaudah kalau begitu, kamu aja yang ikut saya." Ucapnya sambil menarik tanganku paksa.

—————————————— To be continue ——————————————

—————————————— To be continue ——————————————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AL-FATH (half of Dust)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang