Chapter 12 : Keyla

9 3 10
                                    

Malam itu, Amu sedang pergi berbelanja. Karena ini pertama kalinya Amu diberikan tugas, dia tidak ingin gagal.

"Minyak, mie instan, bumbu siap pakai ...," Amu sedang membaca list. Dia memasuki minimarket dekat arpatemen dan membeli bahan belanjaan sesuai catatan.

Ketika dia ingin keluar, matanya teralihkan kepada seorang gadis yang sedang kebingungan. Berambut biru muda, wajahnya terlihat sangat lucu sehingga entah kenapa Amu merasa ingin berbicara kepadanya.

Melipat tangan di belakang pinggang, "hai, kamu siapa?" Amu memberikan senyuman terbaiknya.

"Ah, kamu yang ribut di kelas, ya?"

"Ribut di kelas?" seketika wajahnya berubah menjadi jengkel.

Berkeringat dingin, gadis itu tersenyum berusaha mencairkan suasana. "Ahaha ... itu lho, waktu kamu mendatangi kakakmu."

"Oh, itu," Amu memasang wajah biasa, "kuakui saat itu aku memang ribut. Maafkan aku," ucap Amu menunduk meminta maaf.

"Ah, tidak. Aku juga meminta maaf," gadis itu ikut menundukkan kepalanya.

Tidak ingin canggung, Amu mengungkit kembali pertanyaannya tadi. "Namamu siapa?"

"Namaku Keyla. Kalau kamu?" mengulurkan tangan.

Melipat tangan, menutup mata, Amu memasang ekpresi angkuh. "Namaku Amu. Ingat itu baik-baik."

Gadis itu dengan panik kembali menunduk meminta maaf. Saat itulah Amu mengintip dengan sebelah matanya dan beraksi. Dia langsung memeluk tubuh gadis itu. "Lembutnya~!"

"Eh?" wajah Keyla memerah. Ekpresinya terlihat lebih panik bercampur malu.

***

"Jadi begitu, ya ...."

"Ya, aku harus berusaha menghemat uang harianku jika ingin hidup lebih baik di masa depan."

Membuka kunci rumah, "pasti susah, ya?"

Pintu rumah terbuka, seorang pria berdiri di depannya. Siapa lagi jika bukan kakaknya Amu, Aruo. "Kamu kira ini sudah jam berapa?" ekpresinya terlihat marah.

"Ah, kakak!"

"Eh, kakakmu?!"

Amu terlihat panik, tetapi Keyla terdiam kagum dan wajahnya sedikit memerah. Matanya sedikit berbinar-binar dan mulutnya terbuka kecil.

"Hm? Siapa ini?" Aruo memberikan senyuman hangat kepada Keyla, membuatnya semakin memerah.

"A—Aku Keyla, salam kenal!"

"Keyla? Aku merasa pernah melihatmu."

"Ah, mungkin yang kamu maksud adalah kembaranku—"

"Kamu adalah gadis yang selalu duduk melamun di sudut ruangan, ya?" ucap Aruo tersenyum menutup mata.

Wajah Keyla merah padam. Dia menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan menjawab, "ya."

Merasa tidak diperhatikan, Amu mengembungkan pipinya cemberut. "Dasar, kakak ini ...."

Tertawa canggung, "ahaha, kalian pasti lelah, ya? Masuklah dulu."

Amu masuk sambil terus menggembungkan pipi cemberut. Dia membuang muka. Keyla juga melakukan hal yang sama, tetapi dengan alasan yang berbeda. Wajahnya masih merah.

Aruo pergi ke dapur untuk menyeduh air panas untuk teh mereka dan kopinya. Dapur dan ruang tengah dipisahkan oleh setengah tembok saja.

Sambil menyeduh dia bertanya, "kenapa kamu datang malam-malam begini?"

"Ah, itu ...."

Merasa Keyla tidak nyaman, Aruo mengurungkan pertanyaannya. "Tidak apa jika kamu tidak ingin menjawab. Karena sepertinya Amu sudah tahu alasannya dan dia mempercayaimu," ucap Aruo tersenyum.

Keyla menoleh ke arah Amu yang memperlihatkan senyuman lebar. Melihatnya, dia tertawa. Hal itu menarik perhatian Aruo.

Setelah selesai tertawa, dia menunduk sambil memperlihatkan senyuman sedih. "Dahulu, aku tinggal bersama kakakku. Namun, kami memiliki masalah dan aku pergi dari rumah."

Mendengarnya, Aruo hanya bisa bicara, "begitu, ya? Cepatlah selesaikan masalah dan berbaikanlah dengannya."

Tersenyum senang, "terima kasih."

Teringat akan sesuatu, "oh iya, kak!" Amu mendatangi Aruo di dapur. "Boleh aku membersihkan kamar kosong sekarang?"

"Untuk apa kamu bersih-bersih malam-malam seperti ini?"

"Tentu saja, untuk tempat tidur Keyla."

"Eh?"

"Eh?"

Keyla dan Aruo terkejut. Amu melanjutkan, "kakak sudah dengar ceritanya, kan?"

Meneguk ludah, "iya."

"Nah, itu baru saja terjadi. Oleh karena itu, Keyla tidak mempunyai tempat tinggal dan harus mencari. Jadi, bagaimana jika dia tinggal bersama kita saja?"

Mendengarnya, Keyla merasa sungkan. "Anu, Amu, kurasa itu terlalu berlebihan. Maaf, tapi sepertinya—"

"Baiklah," Aruo menjawab.

"Eh?"

"Kamu boleh tinggal di sini, untuk sementara saja," memalingkan wajah.

Mata Keyla berkaca-kaca. "Terima kasih!" dia meneteskan air mata lalu menangis bahagia. "Terima kasih! Terima kasih banyak ...!"

Amu merangkul pundaknya dan kembali melontarkan senyum. "Jangan lupa berbaikan dengan kakakmu, ya?" ucap Aruo.

"Ya ...! Sungguh, terima kasih banyak ...," suara Keyla mulai memelan teredam oleh isak tangisnya.

Amu memeluknya. Saat ini dia seolah-olah tahu apa yang Keyla dan kakaknya pikirkan. Amu bisa menebak dengan benar bahwa Aruo saat ini tengah memerah.

Benar saja, Aruo memalingkan wajah untuk menyembunyikan wajah malunya. Menerima seorang gadis yang baru dikenal untuk tinggal serumah rasanya terlalu berlebihan. Meski terjadi seketika karena refleks, dia tidak bisa menarik kembali ucapannya.

Sekali lagi, "jangan lupa berbaikan ...," gumamnya.

"Baik ...," jawab Keyla pelan menjawab gumaman Aruo. Aruo tidak mengekspektasikan itu.

Yah, wajahnya semakin memerah.

Arzure [END]Where stories live. Discover now