Chapter 45 : Case 2 - Pesawat Kertas (Complete)

5 2 11
                                    

"Jadi, bisakah kamu memberitahu apa yang ketahui?"

"Ya," jawab Dryad itu santai duduk di atas daun besar.

Aruo dan Raha menatapnya. Raha sedikit gelisah karena baru mengetahui ada makhluk seperti itu di dunia.

Tanpa sadar memegang ujung baju Aruo, "kamu yakin dia bisa dipercaya ...?"

Kepercayaan diri Raha menghilang ketika tahu sedang berhadapan dengan penguasa hutan. Salah sedikit, mungkin saja nyawa melayang.

Dryad itu menghela nafas, "ha ...."

"Oh! Jangan menghela nafas atau- "

Raha terdiam ketakutan saat Dryad itu menatapnya. Memahami respon Raha, dia menutup mata. "Jadi, siapa gadis ini?"

Aruo tersadar. "Oh, dia adalah temanku."

"Itu saja?"

"Apa lagi?" ucap Aruo. Raha memalingkan wajah sedikit kecewa mendengarnya.

Dryad itu menatap lagi. Dia melihat Raha yang memalingkan wajah. Dia tahu Raha sedang kecewa, jadi dia rasa tidak masalah melanjutkan pembicaraan ini.

"Apa tujuanmu ke mari?"

"Untuk mencari pelaku pesawat kertas."

"Oh, itu aku."

"Eh?"

"Yah ... aku bosan, jadi aku mengambil pohon mati dan mengolahnya menjadi kertas lalu menerbangkannya."

Aruo diam. Berbeda dengan yang dia bayangkan. "Kupikir Dryad itu lebih cinta alam dan bersenang-senang di hutan setiap hari."

Dryad itu kembali menghela nafas. Terlihat seperti seseorang yang putus asa. "Begini, ya ... Dryad itu ras, bukan nama dari suatu individu!"

"Oh, begitu. Jadi siapa namamu?"

Dryad itu tertegun. Rasa kesal terbayang di kepalanya. "Anak ini mempunyai bakat menjadi seorang perayu, dasar."

Raha kembali ke pembicaraan. "Um ... perkataan kalian sulit dicerna, bisakah berbicara dengan lebih santai?"

Dryad itu kembali menghela nafas. Raha merasa usulannya tidak akan berhasil, jadi dia kembali diam.

"Aku tidak akan memberitahu nama asliku, tapi panggil saja Dya."

"Baiklah, aku Aruo. Salam kenal, ya!" Aruo menjulurkan tangan, tetapi Dya merasa risih dan memilih untuk mengacuhkannya.

"Salam kenal," membuang wajah malas kesal.

Aruo diam. Dia mencoba untuk mencari kesimpulan atas segala hal yang telah terjadi. Titik awalnya pada saat bertemu Raha di jalur kereta saat itu.

"Tertutup, jenuh, merasa kesal, sendirian, tidak punya teman ...."

"Woi! Apa yang kamu gumamkan di hadapan orangnya?!"

"Kamu mengakuinya, ya?"

Dya sedikit terkejut, tetapi itu tidak membuang rasa kesal. Pikirannya masih terasa jenuh. "Terserahmu."

Aruo bingung memikirkan solusinya, karena saat ini pikiran Aruo juga sedang jenuh. Dia melihat ke Raha, sepertinya Raha juga mengalami penurunan saat ini.

"Mungkin, hampir semua orang saat ini mengalami hal serupa, ya ...."

Alasannya simpel. Dya merasakan kebosanan yang luar biasa dan ditambah tugas menjaga hutan sehingga membuatnya sangat jenuh. Aruo, Amu dan Keyla selalu terpikirkan oleh bagian ingatan mereka yang hilang, dan baru-baru ini beberapa kembali sehingga sulit untuk fokus.

Aruo tidak tahu apa yang dirasakan oleh Raha, tetapi Raha sendiri sepertinya sedang sedih. "Ada apa Raha?" tanya Aruo nekat.

Raha yang sedari tadi menunduk terdiam. Suara kecil yang terdengar sedih berbicara. "Terkadang kamu aktif, terkadang juga kamu cuek saat aku berbicara denganmu. Saat ini, aku bingung bagaimana cara menanggapinya."

Aruo berpikir, "butuh suasana baru." Namun, itu tidak akan bisa terjadi dengan sendirinya. Dia merasa tidak bisa lepas dari tekanan kejenuhan ini.

Saat itulah, tiba-tiba angin panas berhembus. Aruo terkejut, "bukankah seharusnya angin ini muncul saat malam?!"

Dya yang menggunakan tangan untuk melindungi wajahnya berkata, "akhir-akhir ini sering berhembus tidak karuan. Aku tidak tahu siapa yang menciptakan angin ini."

Angin itu berhenti. Aruo merasakan kembali sebuah bayangan dari belakang dirinya. Berbalik, tidak ada apa-apa di sana. "Tidak mungkin hanya perasaanku saja."

Dia menoleh ke arah Raha. "Tung- Raha!" Raha terbaring di tanah dengan nafas terengah-engah. Aruo memegang dahinya dan merasakan panas. "Dia demam."

Dya mengeluarkan akar-akar dari dalam tanah. "Ayo kita bawa dia ke desa!" dia mengangkat Raha dengan akar itu.

Aruo tertegun, ternyata Dya juga bisa peduli dengan hal di sekitarnya. "Kenapa kamu melamun? Ayo cepat!"

"Oh, iya!" mereka berlari ke arah desa.

Merasakan pergerakan, kepalanya pusing. Raha bisa membuka sedikit kelopak matanyaS, dia mengintip ke pemandangan tanaman hijau yang berlalu begitu cepat.

"Oh, begitu ya ... aku tidak menyangka sedang tidak enak badan. Pantas saja saat melihat tatapan Dya aku tidak bersikap seperti biasanya."

Raha kembali menutup matanya. Saat ini Raha meyakini bahwa yang dia butuhkan adalah istirahat.

"Peduli kepada orang lain itu boleh, tapi kamu juga harus peduli dengan dirimu sendiri," - Raha.

"Eh, apa yang kupikirkan. Di saat seperti ini aku masih memberikan nasihat, tidak mencerminkann isi nasihat itu sama sekali."

Seakan-akan bisa membaca pikiran Raha, Aruo tersenyum dan tanpa sadar bergumam. "Dasar Raha."

Arzure [END]Where stories live. Discover now