Aruo sedang duduk di bangku panjang tadi pagi. Dia kembali setelah istirahat makan siang.
"Aku ingin menemui gadis itu lagi—eh, tidak sopan menyebutnya begitu," ucap Aruo memukul pelan mulutnya. "Dia memiliki nama. Raha. Ya, Raha, itu namanya."
"Raha di sini!" ucap seseorang tiba-tiba berbisik dari belakang.
"Uwahh!" Aruo terkaget dan memutar tubuhnya untuk melihat. "Oh ... Raha rupanya."
"Hehe, terkejut?"
Menstabilkan nafas, "iya."
Melipat tangannya di atas sandaran bangku belakang Aruo, "aku tidak menyangka kamu akan sekaget itu, maaf."
"Tidak apa Raha, itu bukan masalah."
Raha tersenyum. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan melangkah cepat memutari kursi hingga berdiri di hadapan Aruo.
"Raha?" panggil Aruo. Namun balasan yang dia dapat adalah Raha yang membungkukkan tubuhnya 90°. "Mohon maafkan aku!"
"E—Eh? Sudah kubilang tidak perlu meminta maaf, jadi, duduklah, ucap Aruo panik.
"Tidak, bukan itu ...."
"Hm?" Aruo terdiam, dia mulai tenang dan penasaran.
Raha memalingkan wajahnya. "Tadi kamu bilang tidak sopan memanggilku 'gadis itu' ...," membungkuk kembali, "maafkan aku telah memanggil ka—Aruo dengan sebutan 'kamu'!"
Orang pada umumnya akan merasa itu terlalu berlebihan. Akan tetapi, Aruo merasakan sesuatu yang berbeda.
"Tidak apa, panggil aku sesuka hati."
Raha langsung bangun dari bungkuknya, "tapi—"
"Asalkan Raha bahagia," dia tersenyum, "itu tidak masalah."
Mata Raha berkaca-kaca. Dia tidak menyangka akan bertemu orang sebaik Aruo. "Aku akan menyayanginya ...."
Memalingkan wajah, "gawat ... aku akan menempel dengan Aruo ...."
"Raha?" panggil Aruo bingung.
"Ah!" Raha tersadar dari fantasinya.
Menoleh, Raha menunjukkan senyuman yang terlihat berbeda dari sebelumnya. Mungkin inilah yang disebut dengan sebuah "kepercayaan".
"Baiklah, sampai sini saja pertemuan hari ini," mengulurkan kepalan tangannya, "lain kali kita bertemu di kantorku ya, teman," Raha tersenyum penuh kepercayaan diri.
Aruo tersenyum, dia merasa itu panggilan yang cocok. "Baiklah, temanku."
***
Aruo menaiki lift turun menuju ke lantai dua. Karena tujuan Raha berada di lantai sembilan— satu lantai di atas lantai ini, dia menaiki tangga biasa.
Lantai dua adalah tempat yang berisi berbagai macam kasus dan menyediakan layanan kirim-terima kasus dengan pembayaran langsung kepada setiap anggotanya masing-masing. Tentu saja, terdapat sistem rumit yang berjalan di baliknya.
Aruo pergi ke salah satu resepsionis yang menyediakan layanan kasus misteri-magis. Di sana terlihat Amu dan Keyla yang sudah lama menunggu.
"Maaf, aku terlambat," ucap Aruo meletakkan tangan di kepala.
Amu mengembungkan pipinya. "Entah siapa yang kakak temui, tapi sepertinya kakak senang bertemu dengannya, ya?" memalingkan wajah.
"Begitulah ...," dia menggaruk-garuknya. Amu langsung berbalik dan menampilkan sebuah senyuman, "kalau begitu, tidak masalah!"
Terkadang Keyla masih heran bagaimana dia bisa dengan cepat merubah sikapnya. Keyla hanya dapat menanggapi dengan senyuman.
Aruo melihat-lihat. "Jadi, kasus pertama apa yang akan kita ambil?" tanyanya kepada mereka yang sudah mencari kasus sedari tadi.
"Kami masih belum menemukannya ...," ucap Amu bingung.
Mendengar percakapan mereka, "kalian masih pemula rupanya, ya?" ucap resepsionis yang menjaga tempat itu.
"Iya, ini kasus pertama kami."
Tersenyum, "kalau begitu bagaimana dengan kasus misteri 'Gunting-Batu-Kertas'? Tingkat bahayanya cukup rendah karena hanya menghadapi tiga buah objek yang bergerak."
"Menarik, kasus seperti apa itu?" tanya Aruo.
Resepsionis itu menjelaskan, "aku tidak terlalu tahu detailnya. Untuk itu, silahkan baca rincian kasus ini," ucapnya memberi selembaran kertas yang berisi tempat, kasus dan waktu awal kejadian.
"Baiklah, terima kasih," Aruo mulai membaca selembaran kertas itu.
Keyla menatap resepsionis dengan tatapan curiga. "Mengapa kamu baru memberitahunya sekarang?"
Merasa sedikit gugup, resepsionis tersenyum. "Aku tidak terlalu mengenal orang-orang di sini karena mereka jarang mengambil kasus misteri-mistis. Oleh karena itu, sebelum benar-benar memastikan kalian pemula— agar tidak menyinggung, aku mengamati tingkah kalian terlebih dahulu," jelasnya.
Keyla tidak menyangka dia akan memberikan penjelasan sepanjang itu, tetapi dia mengangguk paham untuk mengapresiasi penjelasannya. "Ternyata cuma penyendiri."
Gumaman itu sampai di telinga si resepsionis, tetapi dia berusaha untuk mengabaikannya. Meski ada sedikit rasa kesal, sih.
"Oh, jadi begitu ...," ucap Aruo selesai membaca selembarannya. "Baiklah! Kami ambil ini!"
Resepsionis itu memperlihatkan sebuah senyuman. "Terima kasih atas kerja samanya! Semoga sukses!"
"Ahaha, terima kasih ...," Aruo tertawa canggung.
Amu memperhatikan resepsionis itu dengan perasaan heran. Pada akhirnya, dia mengabaikan perasaan itu dan pergi mengikuti Aruo ke tempat kejadian terjadi.
Sebenarnya, resepsionis itu belum makan dari pagi karena tidak mendapatkan gaji. Gaji para resepsionis di sini adalah 3% dari kasus yang diselesaikan oleh para dektektif. Meski hanya 3% tapi jumlahnya cukup banyak, jadi dia benar-benar memohon agar Aruo sukses dalam menyelesaikan kasusnya.
***
Sementara itu, di lantai sembilan lembaga dektektif ....
Raha sedang duduk di bangku di tempat yang seperti warung internet. Di sana penuh akan komputer, barang elektronik hingga alat-alat canggih untuk melakukan penyelidikan.
"Aku sudah menunggumu," ucapnya. Seorang pria mendatangi Raha dari belakang.
"Aku datang sesuai janji," ucap pria itu berjalan dan duduk di sampingnya.
Jika dilihat-lihat, pria itu adalah pria yang memarah-marahi Raha ketika Aruo melihatnya di kantor. Namun, jika diperhatikan lagi, bersama perlengkapannya, pria itu tampak seperti seorang asisten.
YOU ARE READING
Arzure [END]
AçãoDunia penuh dengan makhluk yang berasal dari benda selain manusia. Terkadang, roh hewan dan orang mati juga terlibat. Bahkan, monster dalam legenda merupakan salah satunya. Mereka disebut sebagai "Yuo". Pasukan khusus, "Pemburu Hantu", "Penakluk Mon...