Chapter 19 : Hancurnya Pertahanan Kota

14 2 18
                                    

Seorang gadis mengintai di balik bebatuan. Saat ini di hadapannya sudah berdiri beberapa makhluk humanoid dengan bentuk ikan.

"Jumlahnya 7, Slash," ucapnya pelan lewat alat komunikasi. Kita sebut saja comtools.

"Baiklah."

Setelah jawaban itu, radio tidak bersuara lagi. Perlahan, satu per satu monster di sana tumbang dengan senyap. Suasana di sekitar sangat sunyi dan tenang.

Gadis itu mengintip lagi. "Ada satu gelembung di balik batu besar dalam air di seberangku. Siaga," ucapnya kembali bersembunyi di posisi.

"Oke," jawab Slash lalu keheningan kembali terjadi.

Suara cipratan air kecil terdengar. Gadis itu memastikan bahwa tempat itu tetap aman lalu kembali ke posisinya.

Menarik nafas, "hah ... clear."

"Kerja bagus."

Melemaskan tubuhnya terduduk, "andai kemampuanku berguna untuk situasi seperti ini."

"Jangan murung, Serena. Jika musuh berakal muncul, kamu dapat mempengaruhi pikiran mereka."

"Kalau muncul. Sejauh ini, tidak ada sama sekali."

Dari radio, Slash terdengar sedang berpikir. "Kenapa Yuo monster liar saja yang selalu bermunculan di sekitar sini?"

"Mana aku tahu?" Serena melebarkan kedua tangannya. Suara air terjun kemudian mesenyapkan keluhan pelannya.

Tempat ini adalah salah satu wisata yang populer di kota Arona. Sebuah air terjun dengan sungai yang mengalir dari barat laut hingga selatan kota. Itu merupakan kawasan 4-5D. Saat ini mereka sedang berada di air terjunnya, yang berarti 4D.

"Tapi sepertinya musuh di 4D tidak terlalu kuat. Kemungkinan mereka menumpuk di 3C dan 5D. Apakah mereka baik-baik saja?" ujar Slash.

"Tenang saja, tenang saja. Kakek dan kawan-kawannya yang menjaga 3D adalah salah satu mantan staf generator air di sana, mereka pasti mengetahui persis tempat itu. Pasangan yang menjaga 5D juga cukup tangguh."

Tiba-tiba aliran sungai menjadi merah. Karena penasaran, Serena mendekat dan mengamatinya.

Slash yang curiga mengecek asal dari darah itu. Matanya melebar ketika melihat mayat seorang kakek tua mengambang.

"Serena, itu darah kakek!"

"Eh? Haha, tidak mungkin. Kakek sangat tangguh. Mungkin ini darah musuhnya?"

"Tidak ... aku melihat sendiri mayatnya. Dia akan segera datang ...."

Sesuatu mencemplung jatuh ke dalam air dari atas air terjun. Sesuatu itu kembali mengambang. Wajah Serena pucat ketika melihat mayat itu.

"Orang yang membunuh kakek ... beraninya ...!"

"Serena, tunggu!" teriak Slash. Comtools-nya tidak lagi berbunyi. Dia tidak bisa menemukan Serena lewat scope di mana pun.

"Sial!"

Slash segera menghubungi unit yang menjaga 3D, tetapi tidak ada respon satu pun.

"Sialan, tidak ada yang selamat, 'kah?"

Tiba-tiba comtoolsnya berbunyi tak jelas. "Ada orang di sana?!"

"L—lhrhari—" suara kecil terdengar. Setelahnya, suara itu langsung dibungkam dan suara comtools teredam. Tidak ada lagi bunyi setelah itu.

Slash menghubungi unit bantuan di sekitar, C-2. Namun, tidak ada respon sama sekali.

"Argh! Apa-apaan ini!"

Dari belakangnya terdengar suara gemerisik. Slash langsung waspada.

Suara itu terdengar seperti seseorang yang sedang bergerak di balik semak. Langkahnya semakin mendekat ....

***

"Boom!"

"Uawahh!" Amu kaget.

"Ahaha!" Keyla tertawa kecil.

"Duh, jangan usil begitu dong, Keyla!" ucap Amu merajuk.

"Ehe, maaf," Keyla kembali melihat scope-nya masih senyum.

Aruo senang melihat kembalinya keceriaan Keyla. Musuh yang mereka temukan juga sedikit, apakah situasinya sudah terkendali? Itulah yang Aruo pikirkan.

Dia santai sekilas, sebelum sesuatu rasanya seperti menyambar dan membuat Aruo waspada. Dia segera mengecek scope-nya dan melihat bayangan hitam di suatu sudut pada rumah di kota.

"Aku melihat sesuatu yang mencurigakan!"

"Benarkah?!" mereka bertiga mengambil formasi masing-masing menjaga jarak area 45°. Amu juga menemukan sesuatu yang mencurigakan seperti beberapa bayangan yang berlarian sekilas.

"Amu, kami akan mengawasi bagianmu. Cepat melapor!" ucap Keyla.

"Baik!" Amu menghubungi markas bawah tanah melalui comtools. Dia disuruh untuk mengawasi bayangan hitam itu selagi mereka bersiap untuk turun.

***

Sudah beberapa saat mereka menunggu, tetapi tidak ada kabar dari orang yang dikirim. Amu menghubungi mereka kembali.

"Eh? Tapi, tidak ada tanda-tandanya sama sekali, lho!"

"Amu, ada apa?" tanya Aruo.

"Mereka bilang sudah mengirimkan orang beberapa menit lalu, tetapi tidak ada kembang api atau tanda lainnya sedari tadi, 'kan?"

Aruo melihat ke arah kota. Tiba-tiba ada sebuah kilatan kecil yang melintas di matanya. Mereka mencari asal kilatan itu. Kemungkinan kembang api yang gagal terbang.

Mata Aruo bergetar saat melihat sebuah mayat dengan perut berlubang terkapar di tanah. Seseorang dengan topi berdiri di sana.

Sebuah kilatan cahaya yang nyaris tidak terlihat melesat ke arah mereka. "Merunduk!" Aruo yang menyadari itu segera mendorong Amu dan Keyla.

Crash!

Panel surya di atas gedung pecah. "Gawat ...," panel surya merupakan salah satu generator yang menghidupkan sistem di bawah tanah.

Sebuah jarum terjatuh ke hadapan mereka. Kemungkinan, itu yang dilemparkan oleh musuh. "Sebuah jarum menghancurkan panel surya ...?"

"Irghh ...," Aruo kembali melihat ke arah mayat tadi. Sosok tadi telah menghilang bersama mayatnya.

Melepas sniper, "aku akan turun. Hubungi markas!" Aruo melompat jatuh dari atas gedung.

"Kakak!" dengan sigap berdiri, "maaf Keyla, aku juga!"

"Hati-hati!" hanya itu yang bisa Keyla katakan. Saat ini, dia tidak bisa berbuat banyak untuk mereka. Terutama, karena kondisi matanya.

"Lalu ...," Keyla menanyakan kepada dirinya sendiri.

"Kenapa aku masih bisa menggunakan sniper?"

Tanpa sepengetahuan Aruo dan Amu, dia sudah menembak dan melumpuhkan beberapa musuh sebelumnya pada area miliknya.

Arzure [END]Where stories live. Discover now