Gadis tadi berhasil menghindari ledakan. Dia menembus tembok es dengan benturan tubuhnya dan mendorong pria yang memunculkan es tadi ke hadapan bom itu.
BOOM!
Tubuh si pengendali es meledak.
"Ah, mati ya?" ucap pria di hadapannya.
Membuang senjata, "yah, tidak masalah," dia mengangkat tangan kanannya.
Sebuah cahaya terang menyinari telapak tangan pria itu. Darah-darah dan bagian tubuh orang yang meledak tadi ikut bercahaya. Mereka melayang dan berkumpul menjadi satu di tempat orang itu meledak. Raganya utuh, orang itu mengepal-kepalkan telapak tangannya.
Sambil menarik keluar bilah di perutnya, gadis itu tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dia menatap pria yamg tangannya bercahaya seolah-olah sedang melihat monster.
"Apa? Lihat ini."
Tangan kirinya di arahkan ke gadis yang terikat. Gadis tadi terkejut dan mencoba untuk bergerak, tetapi dia menahan diri. Jika maju, apa yang akan terjadi kepadanya? Tidak, maju atau diam saja sama-sama berkemungkinan buruk.
Gadis itu lebih terkejut lagi ketika melihat seluruh luka di tubuh gadis yang terikat itu sembuh total. Setelah itu dia kehilangan kesadarannya.
***
Gadis yang terikat mulai membuka mata. Dia berkedip, mencoba untuk melihat apa yang dapat dipandang.
"Eh? Aku bisa melihat?" ucapnya, sayang terhalang oleh kain yang menutupi mulutnya.
"Oh, kamu sudah bangun?" ucap seorang pria tinggi di hadapannya.
Teringat hal buruk, sontak gadis itu menghentak-hentakkan kursinya memberontak. Dia masih berusaha untuk melepaskan ikatan pada tubuhnya.
"Percuma. Jika kamu memberontak lagi, kamu akan lebih menderita," ucap pria itu mengangkat dengan cara menggenggam rambut seorang gadis yang tak sadarkan diri.
"Kakak!"
"K—Keyla ...."
"Oh ... masih bisa bicara, ya?" ucap pria itu. Dia menusuk-nusuk punggung sang kakak dengan pisau. "Ugh!"
"Kakak! Kakak!"
Menggeliat di lantai, air matanya mengalir. "Kumohon, henitkan ...."
Tusukannya berhenti. "Hmph," Kyula dilemparkan ke udara. Beberapa detik setelahnya belasan peluru ditembakkan hingga menembus dan melubangi tubuh itu.
"KAKAK!"
Tubuh itu terjatuh ke tanah. Tidak berdaya, hanya terdiam di tempat. Darah-darah mulai mengalir keluar. Air mata Keyla mengalir sangat deras. Dia menangis dalam diam.
Pria itu menggerutu. "Membosankan," dijentikkan jarinya, lalu tubuh Kyula kembali utuh. "Keyla ...," dia tak sadarkan diri.
"Ka ... kakak?"
Pria itu kembali menjetikkan jarinya. Belasan peluru kembali menghujani tubuh Kyula. Saat tertembak terlihat beberapa hentakan refleks dari otot-ototnya, membuat Keyla yakin bahwa kakaknya hidup lagi. Sebelum dia mati kembali.
Pria itu kembali menjentikkan jarinya lagi. Keyla hidup. Menjentikkan jari, Keyla mati. Dia menjentikkannya lagi. Terus, berulang-ulang. Hingga air mata Keyla kering tidak tersisa.
Karena sudah merasa bosan, dia menjentikkan jari untuk menghidupkan kembali terakhir kali. "Ini terakhir kalinya kamu melihat kakakmu."
Pria itu menjentikkan jarinya untuk yang terakhir. Seekor singa berkepala dua dengan kepala satunya adalah kambing dan berekor ular muncul di hadapan tubuh Kyula yang tak sadarkan diri. Langsung saja dia menyantap Kyula selayaknya daging segar.
Darah-darah berceceran. Kali ini menggenang hingga mengenai Keyla. "Tunggu sebentar ... tidak, bukan."
Darah di sekitar Keyla bukanlah darah yang berasal dari Kyula. Terlihat sebuah aliran merah turun dari matanya. "Tangisan darah ...."
***
Sementara itu ....
"Akhirnya, aku berhasil selamat!" ucap Aruo setelah berhasil keluar dari perut cacing raksasa dengan cara merobeknya dari dalam.
...
Matanya menatap kosong. "Eh? Mana yang lain?"
Dia hanya bisa melihat mobil-mobil hancur, tanah berwarna merah dan objek tak jelas berceceran.
YOU ARE READING
Arzure [END]
AcciónDunia penuh dengan makhluk yang berasal dari benda selain manusia. Terkadang, roh hewan dan orang mati juga terlibat. Bahkan, monster dalam legenda merupakan salah satunya. Mereka disebut sebagai "Yuo". Pasukan khusus, "Pemburu Hantu", "Penakluk Mon...