Chapter 22 : Ketidakpuasan

10 2 7
                                    

Seseorang di tempat yang gelap, membawa seorang gadis di bahunya. Dia membuka telepon untuk menghubungi seseorang.

"Misi selesai."

"Bagus, kembali."

Telepon ditutup.

Seorang pria tinggi, membawa gadis yang tidak asing pergi menaiki helikopter. Di dalam, dia berbicara dengan rekan-rekannya.

"Kalian semua selamat?"

Seorang wanita berambut merah tua mengeluarkan permen lolipop dari mulutnya. "Ya ... mereka semua terlalu lemah."

Di sebelahnya, ada pria dengan jaket dari kulit beruang. "Benar! Bahkan tersenggol sedikit saja langsung mati! Payah sekali!"

Pria tinggi itu duduk. Helikopter mulai bergerak. Angin kencang berhembus dari baling-baling yang berputar cepat.

"Omong-omong, siapa gadis yang di sana?" tanya pria beruang.

Tersenyum, "dia adalah mainanku."

Wanita dengan permen lolipop itu memberi senyuman jahat. "Bolehkah aku meminjamnya?"

"Tidak boleh ...," menyeringai, "dia adalah umpan penting untuk menangkap sang elang."

***

Aruo bergegas kembali ke apartemen. Di jalan, dia bertemu dengan Amu.

"Amu, kamu baik-baik saja?!"

"Ya, aku tidak apa. Kakak sendiri, bagaimana?"

"Aku berhasil menghindari pertarungan."

Aruo melihat ke sekitar. Banyak asap dan gedung pencakar langit yang rusak di mana-mana. Dia menoleh ke arah apartemennya yang sudah hancur.

"Apakah Keyla baik-baik saja?!"

"Keyla ... oh iya, Keyla! Kenapa aku bisa melupakannya?!" Amu menggigit jarinya.

"Kemungkinan ada pengguna kekuatan berjenis manipulasi pikiran. Pikirkannya nanti saja, kita harus segera mengecek keadaannya!"

"Baik!"

Amu dan Aruo bergegas berlari ke gedung apartemen. Mereka naik ke atas untuk mengecek keberadaan Keyla.

"Dia tidak ada di sini!"

Amu melihat-lihat, "perlengkapannya juga hilang ... ke mana Keyla pergi?"

Tiba-tiba ada seorang laki-laki memanggil mereka dari tangga. Sosoknya terlihat jelas karena tembok yang menutupinya telah hancur.

"Ah, Paman Slash!" seru Amu.

Menggaruk kepalanya, "jangan memanggilku paman ... itu membuatku malu."

Aruo mendekat. "Pak Slash sendiri, untuk apa datang ke sini? Bukankah tempat tugasmu cukup jauh?"

"Seluruh pasukan di tarik kembali." Berbalik, "ayo. Seluruh unit dipanggil untuk berkumpul di ruang bawah tanah."

"Pasukan ditarik kembali? Kenapa?" tanya Aruo.

Slash terdiam sebentar. Dia menoleh ke depan dan melangkah turun. Tersenyum, "musuh sudah mundur. Kita menang."

Mata Amu melebar. Dia terlihat sangat senang. Aruo memberikan senyuman hangat. Setelah banyaknya pengorbanan yang tidak dia ketahui, akhirnya pertarungan ini berakhir.

***

Mereka bertiga sudah sampai di lantai terbawah. Setelah melewati prosedur pengecekan darurat, ketiganya segera berlari ke ruang pusat komando. Di panggung terlihat Yamu yang terdiam menundukkan kepala.

"Hm? Di mana Nona Kyula?" ucap Amu.

"Oh, iya. Keyla juga tidak ada di sini."

Menoleh, "Paman Slash, di mana perempuan yang selalu bersamamu?"

Mendengarnya, Slash memakai topj dan menutupi wajahnya. Dia menghindari pandanga dari Aruo dan Amu.

Amu melihat ke sekitar. "Ada yang aneh di sini."

Seluruh orang terdiam. Mereka semua menundukkan kepala. Tidak ada yang berani menoleh atau menatap satu sama lain. Yang paling penting, di sini sungguh sepi.

"Kenapa hanya ada sedikit orang yang kembali ke mari?!"

Seruan Aruo memecah keheningan. Suara gemuruh pelan mic terdengar. Yamu mengangkat kepalanya.

Mata Aruo terbuka. Yamu terlihat sangat serius kali ini. Tatapannya jauh berbeda dari saat itu. Sebelum pertarungan dimulai.

"Dengarkan aku, wahai Pemburu Harta Antik!" suara Yamu bergema.

"Angkatlah kepala kalian! Perhatikan sekitar!"

Mendengarkan Yamu, mereka memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Mengamati sekitar, tubuh mereka tidak berhenti gemetar ketika melihat orang-orang yang mereka kenal tidak kembali.

"Sebagian dari kita tidak kembali. Mereka telah mengorbankan nyawanya demi kota ini, kota yang kita cintai."

Aruo tertegun. Dia tidak melihat Keyla mau pun Kyula di mana pun. Amu sibuk menatap Slash dengan mata yang berkaca-kaca.

"Paman, Paman, Paman Slash ... di mana Kak Serena?"

Slash mendecit pedih. Dia mengerang, menguatkan genggaman kepalan tangannya. Amu melangkah mundur. Tidak percaya dengan kenyataan ....

"T—Tidak mungkin ...."

"TAPI!"

Kesedihan itu dipecah oleh sebuah seruan.

"JANGAN BIARKAN PENGORBANAN MEREKA SIA-SIA!"

Seluruh orang yang tertunduk kembali mengangkat kepalanya. Pandangan mereka tertuju ke arah yang sama.

Menarik nafas. "Pawai Kematian telah menculik Keyla. Kyula, sang Iblis, kini sedang mengejar mereka."

Melompat, "jadi mereka masih hidup?!" Amu terlihat sangat bahagia.

Yamu memperhatikan itu. Setelah beberapa saat, dia kembali fokus ke pidatonya. "Jika mengikuti jejak yang sengaja ditinggalkan oleh Kyula, kita dapat mendatangi markas mereka."

Mengangkat tangannya, "siapa yang ikut denganku?"

Mereka semua kembali terdiam. Aruo membulatkan tekadnya dan menatap dengan sungguh-sungguh. "Aku!" dia mengangkat tangan kanannya.

Yamu menatap balik tatapan dari Aruo itu. Dia tersenyum dan berkata, "semangat yang bagus. Siapa lagi?"

"Aku!" Amu mengangkat tangannya. Orang-orang di sana tidak menyangka dia akan melakukan itu.

"Seperti yang kuharapkan padamu, Amu!"

Melihat ke sekeliling, "siapa lagi?" "Apakah hanya dua orang saja?"

Sebuah bayangan lurus bergerak berada tepat di samping Amu. Aruo dan Amu menoleh, itu adalah Slash yang mengangkat tangannya.

"Aku! Izinkan aku mengikuti misi ini!"

"Hmph," Yamu tersenyum kecil. Sisi lain dirinya mulai terlihat.

"Ada lagi? Atau hanya mereka bertiga saja?"

Berbalik, "baiklah kalau begitu. Jadilah ternak baik dan tunggu mereka—para serigala memakanmu."

Ketika Yamu maju beberapa langkah, suara gesekan angin terdengar. Dia melirik ke belakang. "Ikut!"

"Aku juga ikut!"

"Aku juga!"
"Aku ikut!"
"Jangan lupakan aku! Aku juga!"
"Aku ingin ikut!"

Suara seruan, entah dari tua atau muda, memasuki telinga Yamu. Yamu tertawa, "siapa yang bilang kalian bisa ikut begitu saja? Jika ingin ikut ...," menunjuk dan mengayunkan tangan ke bawah dengan tajam, "memohon dan menunduklah!"

"Kami mohon!" seluruh orang langsung serentak menunduk dan memohon. "H—Hei ...," Aruo yang kebingungan ingin melakukan apa mencoba menghentikan mereka.

"Slash! Angkat kepalamu!" seru Aruo pelan.

"Jangan khawatir," ucap Slash, "ini sesuatu yang wajar, jangan khawatir. Kita sedang menghadap di hadapan Yuo berpangkat tinggi. Yamu si Belati!"

Arzure [END]Where stories live. Discover now