Chapter 44 : Case 2 - Pesawat Kertas (2)

7 2 15
                                    

Raha mengangguk menyesuaikan informasi pengakuan dari Bapak pemilik ladang dan rumor yang beredar di sekitar.

"Mereka bilang itu sengatan panas atau ada orang yang sengaja melakukannya, tetapi anda tidak percaya, ya ...."

"Ya. Aku yakin sekali tidak ada orang yang bisa menguras air hingga membuat tanah kering sampai terpecah-pecah dalam semalam."

"Jadi kamu lebih percaya bahwa ini ulah hal mistis?"

Melipat tangan, "awalnya aku juga menolak untuk mempercayainya, tetapi angin panas itu benar-benar nyata."

"Oh, begitu ... terima kasih atas informasinya. Aku akan ke TKP untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," Raha menundukkan kepala memberi hormat salam perpisahan.

Dia berjalan melewati Aruo yang tidak sengaja menoleh karena suara dentuman dari sana. "Panci jatuh?"

Aruo yang mengambil panci itu menyadari keberadaan Raha. "Oh. Sudah mau pergi?"

Raha menggeleng, "aku ingin pergi ke TKP untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut."

Aruo menaruh kembali panci itu di atas meja. "Ah, aku ikut!"

"Hm?"

Keyla dan Amu menatap datar dipenuhi rasa iri. "Mereka, berduaan ...," pikir Keyla. "Kakak berjalan-jalan dengan seorang gadis selain Keyla tanpaku ...," Amu tidak menganggap dirinya seorang gadis.

Aruo berkeringat dingin. "Kita jalankan sesuai rencana. Aku pergi menjelajahi ladang berangin panas yang berkemungkinan menerbangkan pesawat kertas itu sementara kalian menyelidiki sekitar, oke?"

Amu dan Keyla membuang muka. Aruo merasa sedih dan kecewa tidak bisa membujuk mereka. Terduduk pasrah.

"Hei Aruo, itu berlebihan!" ucap Raha panik sendiri.

Ibu pemilik rumah tertawa. "Kalian unik sekali, ya!"

Mendengar perkataannya, semua tersenyum. Aruo kembali bangkit dan berjalan bersama Raha sambil melambaikan tangan kepada Keyla dan Amu.

Mereka yang tersenyum kembali berpaling dengan wajah masam. Aruo berjalan dengan kesedihan.

"Berapa kali pun, aku tidak akan merelakannya ...," ucap Keyla menutup mata datar, diberi anggukan oleh Amu.

Raha mengelus-elus pundak Aruo sambil tersenyum kaku. "Yang sabar, ya ...." Aruo mengangguk mengiyakannya, wajahnya terlihat seperti seseorang yang baru saja putus hubungan.

***

"Jadi, inikah ladangnya?" ucap Aruo ketika berdiri di sebuah ladang yang besar."

"Ternyata seluas ini, ya," ucapnya terkejut.

Raha mengeluarkan sebuah selembaran. "Hm ... kalau tidak salah, tempat kejadiannya itu ... di sini?" dia melangkah maju ke sebuah semak-semak. Terlihat jelas telapak kaki bapak pemilik ladang berbekas.

"Baiklah, aku mau melihat-lihat ke sekitar dulu," ucap Aruo meninggalkan Raha.

"Ya, kita berkumpul lagi dalam 30 menit."

"Oke."

Aruo berjalan menuju timur. Kalau tidak salah itu adalah arah pertama kali pesawat kertas itu muncul.

Dia berjalan-jalan sudah hampir 20 menit, tetapi tidak menemukan apapun. "Kembali saja, kah?" pikir Aruo. Tiba-tiba dia melihat sebuah bayangan bergerak menjauh di balik pohon.

"Tunggu!"

Aruo mengejar bayangan itu. Beberapa tanaman rambat yang sama dengan kemarin menyandung kakinya. Dari buku yang Aruo baca, selain keunikannya berproduksi tanpa cahaya matahari itu hanyalah tanaman biasa, jadi dia tidak tahu bagaimana mereka bergerak.

"Kekuatan, kah? Jangan-jangan pesawat kertas itu dikendalikan oleh Yuo yang sama?"

Tanpa sadar Aruo sudah terjebak dalam lilitan tanaman-tanaman itu. Sebuah bayangan yang tampak berbeda dari sebelumnya muncul dan menampilkan seorang gadis berpakaian putih dengan model pakaian layaknya peri dan berambut hijau muda.

"Kalian lagi ... apa yang kalian lakukan di hutan ini? Jangan melakukan pertempuran dalam wilayah kekuasaanku!"

Awalnya Aruo heran dengan pernyataan gadis itu, "... dryad?" tetapi dia mulai mengerti setelah melihat gadis ini.

"Ya, kau benar. Aku adalah Dryad pelindung hutan ini. Kamu juga yang mengusik ketenanganku saat itu, bukan?"

Aruo memahaminya. "Begitu, ya ...," desa ini dan desa kemarin berada di hutan yang sama, meski berbeda arah dan tempat.

Dryad itu mengeluarkan setangkai ranting yang memiliki daun kecil. Walau begitu, tangkainya terselimuti oleh banyak duri. "Katakan dengan jelas apa tujuan kalian atau akan kuanggap sebagai musuh."

"Tenang dulu. Pertama bisakah kamu memberikanku posisi duduk?"

Dryad adalah seorang Tuo, Yuo tipe netral. Mereka tidak akan menyerang selama wilayahnya tidak diganggu.

Menginjak akar yang menyelimuti tubuh Aruo, "kamu tidak punya hak untuk meminta," sepertinya Dryad itu saat ini sulit untuk diajak bicara.

"Aku bukanlah orang yang melempar pesawat kertas, menghembuskan angin panas atau mengacaukan sebuah desa."

"Kenapa kamu mengetahui semua itu?" ucap Dryad itu terkejut.

"Itu adalah kasus yang sedang aku tangani, soalnya."

"Dektektif?" dia melepaskan Aruo.

"Eh, bagaimana kamu tahi?" meski terdengar seperti pertanyaan yang aneh, Aruo mengetahui bahwa pengetahuan Dryad sangatlah tinggi dan tidak akan percaya begitu saja.

Menghela nafas, "karena ada itu," dia menunjuk ke salah satu bagian tubuh Aruo.

Aruo merasa tahu apa yang dimaksud. "Kamu mengetahui ini, ya?"

"Ya. Dulu aku juga berteman dengan salah satu dektektif, soalnya."

"Siapa namanya?"

"Slash."

"...."

Dryad itu menoleh ke arah Aruo yang memberi reaksi itu. "Eh, kenapa terdiam?"

"Ah, tidak apa-apa— "

"Aruo!" Raha berlari mendekatinya. "Dari mana saja kaau?!"

"Eh, Raha? Bagaimana kamu bisa berada di sini?"

Menarik nafas. "Kamu tidak kembali sesuai waktu yang ditentukan. Jadi aku mencarimu."

Menoleh, "jadi siapa perempuan cantik yang terlihat seperti gadis lucu ini?" tanya Raha polos.

Dryad itu menghela nafas. Belum saja berbicara Raha sudah memotong, "ah! Jangan menghela nafas atau kebahagiaanmu akan habis, lho!"

Entah kenapa rasa kesal muncul di benak Dryad itu. Dryad itu tidak menyangka ada eksistensi makhluk seperti Raha.

Arzure [END]Where stories live. Discover now