──── 𝘤𝘩𝘢𝘱𝘵𝘦𝘳 𝘐

173 12 9
                                    

╔══════════════════════════╗

╔══════════════════════════╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧

"Lepas..! Lepaskan aku..!" Dengan sekuat tenaga ia mencoba melepaskan diri dari genggaman bocah bocah tersebut, namun setiap cara yang ia lakukan tak membuahkan hasil.

Tangannya mengepal erat, bibirnya gemetar hebat, satu pukulan melayang mengenai sosok perundung yang tak pernah jera membuatnya sengsara, tetapi sekali lagi, ia bukanlah apa-apa.

"Kau bilang lepas? Sudah kubilang bukan, kau akan aku lepaskan setelah aku puas.." Ucap seorang bocah laki laki berbadan gempal yang tak peduli akan dirinya.

"Kita coba lihat, apakah kau bisa bertahan di dalam air.."

Dengan tiba-tiba bocah itu langsung menarik tangannya dan melemparnya ke danau yang terlihat cukup dalam, ia terjerumus, bukan hanya ke dalam air, tetapi ke dalam putus asa, bak kapal yang tenggelam akibat jangkarnya yang terlalu membebani.

Ia berusaha, wajahnya muncul ke permukaan, walaupun sudah tenggelam cukup lama beruntung ia bisa berenang ke daratan dan menyelamatkan diri, jauh sekali, jauh dari para iblis yang mewakili lemparan ribuan kerikil.

Forest menyeret tubuhnya, tergesa-gesa, ketika mereka lagi-lagi mendekatinya sembari mengumpulkan bebatuan, pasir, serta daun gugur, hanya untuk mengoloknya, mengolok jiwanya yang tak kunjung memberontak menggali keluar untuk menemukan secercah sinar.

Bebatuan melesat ke udara, merajam tubuhnya yang masih tak mengerti akan kerumitan takdir, mengapa harus dirinya, mengapa harus hampa yang menjadi tombak.

"Pergi! Dan jangan kembali, dasar binatang..!" Ia berteriak, pada akhirnya kesabaran tak lagi menjadi jangkar untuknya berlabuh, entah bagaimana kekuatan menyertainya.

Tangannya yang kurus meraih sebuah batu besar di hadapannya, mengangkatnya ke udara, menjerit, sembari mengejar anak-anak itu agar mereka meninggalkannya menjauh, agar mereka mengerti bahwa ia pun adalah seorang manusia.

"Lari..! Orang gila mengamuk..!!" Ketiganya melarikan diri, meninggalkannya sendirian di tempat ini terpeluk suram, meninggalkan luka yang mencelakai setiap bait di hidupnya.

"Orang gila..! Orang gila..!"

Ia mengumpat dalam hati, menahan segala remuk yang menggelayut di tubuhnya, batu yang dipegangnya meluruh ke tanah, seperti harapannya yang perlahan luntur dan lebur menjadi rantai.

Mereka mungkin kejam, tapi takdir lebih kejam, dengan menempatkan Forest dalam lubang hitam tak berujung yang perlahan menghancurkan setiap tulang rusuknya.

𝐅𝐎𝐑𝐄𝐒𝐓 ▍"𝘵𝘩𝘦 𝘳𝘢𝘣𝘣𝘪𝘵 𝘢𝘧𝘧𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang