Chapter 14

16 3 0
                                    

𓇼 ⋆。˚ 𓆝⋆。˚ 𓇼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𓇼 ⋆。˚ 𓆝⋆。˚ 𓇼

Matahari perlahan mulai terlihat tenggelam, semilir angin kini semakin terasa berhembus kencang.

Ia agak sedikit merasa bersalah pada Raisin, seharusnya ia sudah pulang dan membaca bersamanya.

Namun karena beberapa warga desa memintanya untuk membantu menyiapkan festival akhir musim semi, ia merasa sedikit canggung untuk menolak.

Dengan langkah lambat ia menelusuri jalanan sepi itu seraya menendangi batu yang menghalanginya, sesekali tatapannya tertuju ke arah danau yang membentang hingga cahaya matahari pun terpantul indah bersama riak air disana.

"Hah.. kali ini Raisin pasti akan marah padaku lagi.." gerutunya setelah menghela napas panjang.

"Tidak.. dia itu hanya anak kecil, mungkin saja aku akan menyogoknya dengan biskuit pastry.. dia kan.." gumamannya terhenti ketika melihat seorang gadis kecil yang menangis sendirian di pinggir jalan.

Apa yang dilakukan gadis kecil itu menangis di tempat sepi seperti ini?

Apakah dia tersesat?

Dia tak boleh sendirian di sini, bisa saja ada orang jahat yang akan menyakitinya.

Ya, Forest seolah merasakan kilas balik kala ia melihat gadis kecil itu.

Dulu, ketika dirinya melewati jalanan sepi dan berakhir dilecehkan oleh seseorang.

Rasanya sudah lama sekali kejadian itu berlalu.

"Hei.. apa yang kau lakukan? Apa kau tersesat?" Tanya Forest lembut pada gadis yang masih termenung itu.

"Tidak baik menangis di tempat ini.."

Wajahnya pun kini terangkat dan menatap ke arah Forest dengan wajah yang sembab.

"Aku tidak mau pulang.." gumamnya namun masih bisa didengar oleh Forest.

"Ada apa di rumahmu? Ada masalah?" Tanyanya walaupun dirinya tak ingin terlalu ikut campur dalam urusan gadis kecil ini.

"Ibuku selalu membandingkan ku dengan adikku.. katanya dia penurut dan anak yang baik, sementara aku sebaliknya.." tuturnya seraya menahan tangis yang masih tersisa.

Forest semakin merasa terenyuh setelah mendengar penjelasan gadis ini, ia lebih baik tidak menasehatinya dulu.
Anak kecil lebih membutuhkan dukungan emosional.

"Siapa namamu?"

"Lily.." kini suara yang canggung itu semakin terdengar mengecil.

"Kau mau ku antar ke rumah?" Tawarnya yang langsung dibalas gelengan.

"Aku ingin ke rumah nenek.." jawab gadis itu tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Kau mau ku antar, kan?" Kali ini Lily mengangguk mengiyakan pertanyaan tersebut.

𝙵𝙾𝚁𝙴𝚂𝚃 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang