Chapter 28

7 2 0
                                    

𓆱𓃥 ⭒ 𓃦 𓆱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𓆱𓃥 ⭒ 𓃦 𓆱

Saat itu, ketika Kye masih berada di samping mereka membacakan peta yang tertera di secarik kertas, semua terasa begitu jelas akan putus asa.

"Hollow sanctuary, itu tempatnya.. lihat di sini, peta.." ucap Kye dengan tergesa-gesa kala melihat sesuatu yang janggal.

Maka seluruh insan seketika mendekat melihat kebenaran yang akan mereka ungkapkan sendiri, dan itu semua bukanlah omong kosong belaka, tersirat peta yang begitu kecil hingga membacanya dengan mata telanjang pun akan sangat mustahil.

"Apa itu?" Irriega langsung menghampiri adiknya setelah terkejut akan apa yang ia sebutkan.

"Aku tidak tahu..-"

"Hollow sanctuary..?" Tiba-tiba seluruhnya menoleh pada sosok pemuda yang termenung sembari menerawang jauh.

Kemudian ia mengangkat wajahnya, menatap manik tajam mereka dengan netra yang sendu.

"Kurasa aku pernah ke sana.."

· · ─ ·𖥸· ─ · ·

"Apakah dia baik-baik saja?" Katara menyodorkan secarik kertas dengan tulisan, berharap agar sosok gadis yang meringkuk di kursi belakang tak akan mengetahui percakapan mereka.

Maka Forest menatap kakaknya dengan rasa bingung serta takut menyelimuti seluruh pikirannya, ia dengan segera merebut kembali pena di genggaman Katara untuk kemudian menjawab pertanyaan tersebut.

Tororo meringkik perlahan sembari menatap tuannya, entah apa yang terjadi pada anjing ini, sedari tadi ia hanya diam tanpa ada sedikitpun suara, bahkan ketika mereka baru saja menghampiri mobil dia langsung naik ke dalam kemudian meringkuk gusar.

"Mana ku tahu, kau saja yang bertanya" jawaban yang mampu membuat Katara naik pitam, ia langsung saja melempar kertas tersebut ke kepala adiknya.

Dan Forest hanya bisa menghela pasrah, ia menoleh ke belakang, dimana seorang gadis tengah duduk termenung di bawah kursi mobil.

Rasanya ia sedikit iba, ia pun merasakan hal yang sama, kehilangan seseorang, masih teringat jelas di benaknya ketika ia berada dalam pelukan kedua orangtuanya, hangat, udara musim dingin pun tak mampu menerobos benteng mereka.

Kini mereka telah pergi, mengapa waktu begitu cepat berlalu.

Ia pun memanjat ke atas kursinya kemudian menghampiri kursi belakang, duduk diam di bawah menatap Irriega yang merunduk menutup wajahnya, gadis yang malang, kedua kalinya ia melihat gadis itu bersikap seperti ini.

"Rie.." seketika suaranya terasa tercekat kala menghadap sang lawan bicara, ia begitu gugup, bagaimana caranya menenangkan perasaan seseorang yang telah kehilangan?

𝐅𝐎𝐑𝐄𝐒𝐓 ▍"𝘵𝘩𝘦 𝘳𝘢𝘣𝘣𝘪𝘵 𝘢𝘧𝘧𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang