Chapter 25

7 3 0
                                    

₊ ⊹ ⸙ ⊹ ₊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

₊ ⊹ ⸙ ⊹ ₊

"Saya mohon.. dengarkan, dan jawab pertanyaan saya!" Ucapnya tegas sembari menundukkan wajahnya.

Ia kembali menghela napasnya berat, menyaksikan tubuh gadis itu yang sama sekali tak bergerak seinci pun membuat jantungnya berdegup kencang.

"Terimalah permohonan maaf saya.. saya telah begitu lancang menemui anda.. saya berjanji setelah ini-"

Ucapannya terhenti, jari-jemari lentik itu beralih menangkup wajahnya yang tertunduk begitu dalam.

Matanya membelalak, sungguh, sungguh tak percaya dengan apa yang gadis itu lakukan, apakah selama ini dugaannya salah? Dorothea tak seburuk itu?

Namun seketika ekspektasinya memudar kala Dorothea menamparnya begitu saja, tamparan yang begitu keras, begitu penuh akan kebencian.

"Rupanya tidak.. dia tidak akan pernah mencintaiku.."

Dan sekali lagi ia menghela napasnya, menyentuh pipinya yang memanas akibat perbuatan gadis itu, namun rautnya tak sama sekali memancarkan kesedihan, ia sudah menduganya.

"Anda boleh menyiksa saya, yang mulia.. saya tidak akan melawan.." pasrahnya masih tak berkutik dari hadapan sang tuan putri.

"Kau.. kau..!" Napasnya yang begitu memburu terdengar begitu parau di sela katanya.

Ambrose memejamkan kedua matanya, apapun itu, teriakan, hinaan, pukulan, ia akan menerimanya dengan sepenuh hati.

"Apa yang kau lakukan?!" Dan ia hanya diam, membungkam suaranya sendiri yang menggebu di dalam tubuhnya.

Ingin ia memeluknya, melepas rindu padanya, namun tentu saja itu tidak akan terjadi, bisa-bisa Dorothea langsung mendorongnya dan beranjak pergi.

"Kemana.. kemana kau pergi..?" Langsung saja ia membelalakkan kedua matanya yang sedari tadi terpejam, tanpa berniat mengangkat wajahnya, ia terkejut dengan perubahan suara sang tuan putri.

"Ambrose.. Ambrose.." dan semakin aneh kala mendengar gadis itu terisak.

"Aku merindukanmu.." satu kata, yang membuatnya mendapat seribu kekuatan untuk mengangkat wajahnya menatap manik kelam gadis itu.

Tatapannya yang selalu tajam bagai elang kini melemah, penuh akan binar menyayat yang begitu memilukan.

"Ambrose.." tiba-tiba gadis itu menarik tubuhnya serta merengkuhnya dengan erat.

𝐅𝐎𝐑𝐄𝐒𝐓 ▍"𝘵𝘩𝘦 𝘳𝘢𝘣𝘣𝘪𝘵 𝘢𝘧𝘧𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang