『𝑹𝒆𝒗𝒊𝒔𝒊』
. ₊ 🍃⊹ ⸙ ⊹ ☀️₊
𝓓unia tak lagi memiliki keluguannya, syair tak dapat terucap, dan ia terkurung dalam ratapan yang menyiksa.
𝓢eberapa kuat ia berusaha, ia hanya akan menjadi seekor kelinci y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⊱𔓘 .𓇗. 𔓘⊰
"Hei! Bersimpuh lah pada yang mulia..!" Sergah seorang prajurit seraya mendorongnya hingga tersungkur ke lantai.
"Yang mulia, cahaya kekaisaran kami.. hamba telah membawa orang yang mulia cari.."
Ucap seseorang sambil berlutut pada pemimpinnya.
"Ambrose Heirgarieth, putra bungsu dari Baron Heirgarieth.." lanjutnya.
Pria tua itu kini mulai mendekat pada sesosok lelaki yang masih bersimpuh itu.
"Ambrose Heirgarieth..?" Panggilnya dengan suara beratnya tersebut.
"Betulkah kau orang yang memiliki sihir agung itu?"
"Rumor mengatakan bahwa kau tak bisa mengeluarkan kemampuanmu, apakah demikian?"
Lelaki itu hanya terdiam, terus saja menunduk seolah enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan kaisar.
"Jawab pertanyaan ku, Ambrose Heirgarieth..!" Pria yang sekiranya sang kaisar itu mulai mengancamnya, kini sebilah pedang yang mengkilat telah menyentuh lehernya.
Sang kaisar kembali terbungkam tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
Tiba-tiba saja ia mengangkat wajah Ambrose dengan pedang tersebut hingga kini darah mengalir deras dari bawah dagunya.
"Mata putih.." gumamnya seraya menatap tajam kearah sosok yang berada di hadapannya.
"Mohon maaf jika saya lancang, yang mulia.." salah seorang langsung berlutut di hadapan pemimpinnya.
"Namun bocah itu terlahir cacat, ia buta sejak lahir.."
Disaat yang bersamaan, seorang gadis berpakaian zirah menghampiri sang kaisar bersama kedua pendampingnya.
"Ayah.. hamba telah memenuhi perintah ayahanda, para budak lancang tersebut telah hamba eksekusi.." ungkapnya seraya berlutut bersama pedangnya yang bersimbah darah.
"Dorothea de Vonstein, putriku.. kau melakukan hal yang begitu bagus.. aku memiliki tugas lain untuk kau kerjakan.." kini sang ayah mulai mendekat ke arah putrinya.
"Apapun itu, ayah.. akan ku penuhi."
Seraya menghela napasnya sang kaisar mulai mengembangkan senyumnya dan mengangguk-angguk.
"Bawa dia ke ruang bawah tanah..!"
Tepat sekali, setelah kata itu terucap. Kini gadis bernama Dorothea itu langsung mengangguk paham, ia tak pernah menolak perintah sang kaisar, tak ingin mati di tangan ayahnya.
"Baik, ayah.."
౨ৎ⋆˚。⋆˚
Di antara lorong yang gelap dan tersinari oleh cahaya api, Ambrose mengambil kesempatan emas itu untuk menjebak para penjaga yang menuntun rantainya.