Chapter 27

6 2 0
                                    

⭑♪⊹ ࣪ ˖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭑♪⊹ ࣪ ˖

Lembayung senja menghiasi angkasa yang bersemu malu bertemu rembulan, bangau terbang beriringan menuju rumahnya, namun ia masih di sana larut dalam pikiran.

"Kalian baik-baik saja?!" Keliott dengan kepala pening akhirnya bangkit dengan guntai, memusatkan pandangan pada ketiga adiknya.

Mereka serempak mengangguk mengiyakan, membantu sang kakak bangkit dari posisinya, Forest menatap sekeliling, sepi, sunyi, hanya gemuruh kicauan burung yang mengalun.

Entah mengapa, rasanya begitu hampa, seakan baru saja menghampiri salah satu dari ruangan nan suram yang terlarang.

"Kita kehilangan kertas.." Raisin tertegun sejenak menyesali kelengahan mereka yang membuat perjalanan panjang itu sia-sia.

"Tidak.." seorang pemuda yang termenung dalam bayangan pikirannya kini mulai berucap.

Ia mengeluarkan secarik kertas yang sedari tadi disembunyikan, perlahan memperlihatkan senyum yang mampu membuat seluruh jiwa membelalak sempurna.

"Bagaimana?!-"

"Aku sudah tahu.." pangkas Forest kala mendengar suara sang kakak sulung.

Sembari memusatkan netra hangatnya pada harta Karun tersebut, ia terkekeh geli, sebagaimana dirinya telah mengecoh lawan yang begitu sengit.

"Yang itu, aku mendadak menulis semuanya dengan acak di dalam sana.." kepalanya yang tertunduk kembali terangkat, menatap sekitar yang entah mengapa begitu sepi.

"Aku membakar ujungnya lalu menggores kertas itu ke tembok agar kusut.." lagi, ia tak bisa membendung tawanya, mengingat bahwa dirinya baru saja mengerjai sosok paling berbahaya di muka bumi.

Katara yang sedari tadi hanya diam sebab tak percaya mulai mengeluarkan suara, kekehan yang semakin lama semakin menguak, hingga akhirnya seluruhnya pun ikut tertawa, seakan mencoba mengenang peristiwa yang mungkin tak akan lagi terjadi di masa mendatang.

"Rupanya kau cukup cerdik.. kukira bodoh.." dengan tiba-tiba Keliott menerjang tubuh sang adik kemudian mengacak surai cokelatnya.

"Boleh kulihat..?" Tanya Kye yang langsung diangguki dengan begitu mantap.

"Aku akan membelikan sekarung buku untukmu" Tawa kemenangan mengguncang gentar dalam benak Keliott begitu saja.

"Jangan lupa Lamborghini.." canda Forest kala melihat sang kakak pergi dari hadapannya.

Seluruhnya pergi menghampiri Kye yang menggenggam kertas berharga tersebut, hanya dia seorang diri di tengah ruangan, setidaknya, ia tak benar-benar sendirian.

"Kukira otakmu yang penuh sarang laba-laba itu tidak akan bergerak seinci pun.." suara yang begitu merdu mengalun di belakangnya, maka ia dengan tubuh yang merinding menoleh perlahan pada objek tersebut.

𝙵𝙾𝚁𝙴𝚂𝚃 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang