『𝑹𝒆𝒗𝒊𝒔𝒊』
. ₊ 🍃⊹ ⸙ ⊹ ☀️₊
𝓓unia tak lagi memiliki keluguannya, syair tak dapat terucap, dan ia terkurung dalam ratapan yang menyiksa.
𝓢eberapa kuat ia berusaha, ia hanya akan menjadi seekor kelinci y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
౨ৎ⋆˚。⋆˚
"Apa..! Kita akan pindah..!" Sergah gadis itu seraya menggebrak meja.
"Ya, orang-orang Lorath itu akan kembali lagi ke sini.. bukankah lebih baik jika berjaga-jaga?" Perjelas Hugo.
Forest hanya bisa terdiam di tengah pembicaraan itu, dirinya merasa sedikit bersalah karena ialah yang pada awalnya memulai konflik ini.
"Kita akan mulai berkemas siang nanti, dan besok kita akan mulai berangkat.."
"Tapi.." potong Keliott ragu. "Kemana..?"
Itu benar, kemana mereka akan pergi? Hugo pun kembali berpikir dua kali, dirinya dibuat pusing dengan permasalahan yang terjadi saat ini. Jika mereka pergi sekarang pasti akan sulit menemukan tempat tinggal baru.
"Yang itu.. biar kupikirkan, kalian pergilah mengucapkan selamat tinggal pada tempat ini.." ungkap pria itu dengan raut pasrah.
"Kalau begitu, ayo! Kita berjalan-jalan ke hutan!" Ujar Athanasia seraya berlari ke arah pintu depan.
Kini Forest kembali menatap sang ayah, ia sedikit merasa iba ketika melihat wajahnya yang seolah dipenuhi dengan beban. Ini pertama kalinya ia begitu merasa tak tega pada Hugo, walau begitu tidak ada yang bisa ia lakukan.
"Forest! Ayo cepat..!" Titah Athanasia lalu menarik tangan kakaknya dengan sedikit kasar.
Hugo masih saja termenung di tempat yang hening itu, kini ia hanya bisa menyembunyikan wajahnya. Menutupinya dengan kedua tangannya seolah enggan seseorang melihat beban pikirannya.
Sekarang apa lagi? Ia tidak memiliki cukup dana untuk membeli rumah baru. Namun setelah gadis berambut putih itu datang dan mengancam mereka pergi, kini ia semakin merasa bahwa tidak aman terus berada di sini.
Lagipula.. di desa ini reputasi mereka telah hancur, kabar bahwa Forest dilecehkan oleh seseorang telah menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut.
Keluarga mereka di kucilkan hanya karena dianggap aib dan terkutuk, namun itu semua tak sebanding dengan apa yang Forest alami.
Tidak, ia tak ingin lagi menyalahkan bocah itu. Forest telah mengalami hidup yang begitu berat, ia bertekad untuk mengubah jalan hidup putranya agar menjadi lebih baik.
Karenanya, mereka harus meninggalkan tempat ini.
Putus asa karena tak mendapat jawaban yang memungkinkan, Hugo pun mulai melangkah menuju pintu kamarnya mencoba untuk membujuk Anne keluar.
Ia sebenarnya juga tidak ingin membebani wanita itu, namun jika tidak apa lagi yang harus ia lakukan.
"U..Uh? Anne..?" Kejutnya kala melihat Anne yang tengah bersandar di sudut ruangan.