Chapter 29

7 1 0
                                    

𓍢ִ໋•ৎ˚*ੈ♡⸝⸝🦢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𓍢ִ໋•ৎ˚*ੈ♡⸝⸝🦢

Apakah sungguh mereka berada pada jalur yang tepat? Kabut semakin tebal memenuhi daratan, rerumputan basah terhampar luas tanpa ujung.

Bahkan cahaya matahari pun tak bisa menembus, setelah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan mereka mengarungi jalanan, mereka tak pernah tahu dimana mereka berada.

Tak perlu khawatir akan pelacak, bahkan tempat ini tak bisa terbaca di peta gawai, semakin mereka melaju semakin asing pula daratan.

"Forest.. katakan padaku mana yang sakit..!" Sergah sang kakak ketika tanda misterius itu semakin menjalar hingga menutupi dagu serta dahinya.

"Semua..!" Dan ia hanya bisa mengatakan satu hal, nafasnya yang tersengal akhirnya terhembus kala tanda tersebut berhenti merambat.

"Keliott..! Kau sungguh bisa membaca peta kan?!" Kemudian kedua kakak beradik kembar itu saling beradu satu sama lain.

"Aku bisa..! Ini arah yang benar..!" Sebab lelah menguasai pemuda itu tak dapat berpikir jernih.

Hingga keributan semakin menggebu seakan hampir menusuk telinga, sepercik cahaya muncul dari balik kabut, pada akhirnya mobil pun berhenti bergerak, masih termenung memperhatikan berkas sinar yang menguak di kekaburan.

"Keluar.. kita harus kesana dengan kaki kita sendiri" namun seluruhnya malah terdiam tak mampu berkutik, satupun dari mereka tak berani keluar untuk menghampiri harapan yang tersisa.

"Ayo.." tanpa disangka justru sosok bocah yang mengawali aksinya, melenyapkan es yang begitu membeku dalam atmosfir.

Diikuti dengan Tororo yang mengekori langkah tuan kecilnya, bocah itu melangkah tanpa hambatan menembus kabut, seluruhnya pun keluar, mengejar Raisin yang entah bagaimana diliputi oleh keberanian yang menggebu.

Maka Forest pun ikut serta menghampiri mereka, tak peduli akan rasa sakitnya, angin dingin berhembus kencang, dan ia tak lagi bisa melihat semua orang.

Apa yang ada di balik sana? Gerbang? Berbagai macam bayangan menghantui pikirannya, mengkhayalkan sebuah gerbang megah dengan lapisan emas nan perak, ia tak pernah percaya akan membuka pintu itu dengan tangannya sendiri.

Namun yang ia lihat justru begitu jauh dari apa yang ia bayangkan, tidak ada gerbang sama sekali, hanya hamparan luas yang membuatnya sedikit terpana, burung kondor berterbangan kemudian berteriak padanya, seakan mengolok ekspektasi yang begitu tinggi.

"Mana gerbangnya..?" Monolog Keliott ketika melihat apa yang ia saksikan.

"Gerbangnya tidak ada?" Dan Irriega pun ikut merasakan hal yang janggal.

Tiba-tiba seluruhnya semakin dibuat bungkam kala sebuah tombak melayang bebas kemudian tertancap di tanah, seseorang, tidak! Beberapa orang, rupanya telah mengikuti mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙵𝙾𝚁𝙴𝚂𝚃 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang