Senyummu

40 8 3
                                    

Hari ke-1

Hari pertama di kelas XII.IPA-2 ini sungguh membuat aku nyaman. 'Kondusif' satu kata yang dapat menggambarkan kondisi kelas ini. Kondusif dalam artian tidak terlalu berisik---seperti kelasku yang lama. Memang aku hanya baru mengenal teman sebangku-ku ia bernama Nur. Ia pendiam. Dan karena Amanda berada di depanku, aku sedikit mengenal Amanda.

Amanda duduk seorang diri, karena Izza malah pindah ke belakangku. Katanya, ia tidak mau duduk di depan. Takut ditanya. Jadi, Izza memindahkan tas Hanna di samping Amanda.

Sejujurnya di kelas ini yang aku kenal hanya Hanna. Tetapi, selama satu pekam ke depan ia tidak akan masuk kelas, karena ia menjadi panitia MPLS---Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

"Hm Al? Maju ke depan!" kata Amanda kepadaku yang seketika membuyarkan lamunanku.

Awalnya aku ragu. Aku tidak mau duduk dekat Amanda. Karena sedaritadi kulihat banyak murid laki-laki yang menggodanya. Kalau aku ikut duduk bersamanya, aku pasti merasa risih. Ya walaupun bukan aku yang digoda, tetap saja risih.

"Please...Duduk di depan." Amanda menampilkan puppy eyes-nya. Ia. Sangat. Cantik. Aku yakin para murid laki-laki yang berada di kelas ini merasa beruntung sekelas dengan cewek secantik Amanda.

Karena tak tega, akhirnya aku duduk di bangku Hanna. Ia terlihat senang. Gak apa-apalah kali-kali membuat orang senang.

"Assalamu'alaikum." Guru mata pelajaran PKN datang. Sontak semua murid duduk siap dan rapih.

"Wa'alaikumussalam," jawab beberapa murid. Karena tidak semuanya mendengar ucapan salam dari Bu Susi.

"Ayo siapkan!" perintah guru PKN tersebut ketika ia sudah duduk di kursi.

Keadaan kelas menjadi ricuh, saling menunjuk satu sama lain untuk menyiapkan do'a. Karena kelas ini belum ada struktur pengurus kelas, jadi ya seperti itu. Membuat keadaan kelas menjadi ramai.

"Rafidan! Siapkan!" perintah guru PKN tersebut kepada Rafidan. Lelaki yang ketika baru saja masuk kelas joget-joget tidak jelas.

Ia berdiri. Membenarkan kerahnya. Lalu menyisir rambutnya menggunakan jemari tangannya.

'Hilih! Gaya!' cibirku dalam hati. Aku tidak suka laki-laki banyak gaya. Norak!

"GAYAAAAA!" teriak semua murid dalam kelas tersebut dengan nada bicara kompak. Terkecuali aku dan guru PKN.

"OKE BU!" teriak Rafidan. Ia duduk kembali.

"ISTA'IDU WAKROU SUUROTAL FAATIHAH!" ucapnya dengan suara lantang.

Semuanya berdo'a masing-masing.

"INTAHHA TASLIIMAN!"

"ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH!" teriak semuanya kompak.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab guru PKN.

"Alesha kamu di kelas ini?" tanya guru PKN, namanya Bu Susi.

"Iya Bu hehe," jawabku dengan disusul kekehan malu.

"Kamu sekelas sama siapa dari kelas XI.IPA-1?"

"Sama Hanna Bu."

"Hanna-nya kemana?"

"Jadi panitia MPLS Bu."

"Oh gitu. Kenalkan ini Alesha. Dia itu siswi berprestasi di sekolah ini." Bu Susi berdiri dari kursinya, ia menghampiriku lalu memperkenalkanku pada semua murid yang berada di kelas.

Dalam hati aku berkata. 'Ah Ibu bikin malu aja.' Dan aku hanya tersenyum, diperlakukan seperti itu oleh Bu Susi. Di sisi lain aku malu, di sisi lainnya aku senang. Tetapi di sisi lain aku merasa tak enak hati. Perasaan itu yang paling mendominasi.

"Oke kalian sudah kenal Ibu 'kan? Jadi, gak usah perkenalan lagi. Materi PKN kelas sepuluh, sebelas tentu beda dengan materi kelas dua belas...."

Bu Susi menjelaskan materi apa saja yang akan dipelajari selama satu tahun ke depan. Aku memerhatikannya dengan seksama.

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Bu susi telah pergi meninggalkan kelas setelah bel pergantian pelajaran telah berbunyi. Aku membalikkan badanku untuk menaruh bukuku di tas navy-ku yang berada di belakang tubuhku. Lalu aku mengambil buku pelajaran selanjutnya.

Sebelum tubuhku berbalik ke depan. Mataku tak sengaja melihat ke belakang. Tempat dimana duduknya makhluk freak berada.

Dia...

Laki-laki yang katanya bernama Rafidan...

Menatapku lalu tersenyum dengan sangat lebar!

"Astaghfirullahaladzim!" Sontak aku langsung membalikan badan ke depan. Lalu aku mengipas-ngipaskan tubuhku menggunakan buku yang sedang aku pegang.

Mungkin Amanda yang berada di sampingku merasa aneh dengan sikapku yang seperti melihat setan. Ia bertanya, "Kenapa Al?"

"Hah? Eng-enggak i-tu!"

Di situ. Momen itu. Kali pertama pipiku merasa panas hanya karena mendapat sebuah senyuman. Senyuman yang menurutku sangat manis dan menyebalkan.

.
.
.
.
.
.
.
.

Cerita ini berbeda dari cerita yang lain. Aku buat dengan sudut pandang orang pertama. Dan cerita ini khusus tentang 'KISAH CINTA REMAJA' . Baca dulu sampai akhir baru boleh kalian menyimpulkan. Dan setiap partnya tidak akan sepanjang cerita yang lain. Terima kasih.

Dan satu lagi, cerita ini memang terinspirasi dari kisah nyata tetapi tidak sepenuhnya:" Hanya terinspirasi saja tidak benar-benar kisah nyata. Paham kan pembacaku tercintah hehe?

Jangan lupa VOTE DAN COMENNT SEBANYAK-BANYAKNYAAAAAAA 💞

LAPAK INI WAJIB RAMEEE PLISSS AKAKWKWK

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang