Mantan

27 5 5
                                    

Waktu bergulir begitu cepat, dalam waktu dua pekan saja sudah cukup untuk aku mengetahui pribadi Arkan yang sebenarnya. Ketika sudah banyak yang aku tahu, rasaku untuk dia perlahan menghilang. Tidak kecewa, dan tidak terkejut entah kenapa.

Arkan tidak se-alim yang aku bayangkan. Kukira dia itu tipe cowok sholeh nan kalem. Ternyata tidak, bahkan di akun Facebook-nya ia meng-upload foto pacarnya. Ingat! FOTO PACARNYA!

Arkan si tukang tidur, Arkan si biang onar, Arkan yang selalu datang terlambat, Arkan yang jarang mencatat dan mengerjakan tugas, Arkan yang sering izin ke toilet, Arkan yang sering kena marah guru. Itulah Arkan yang aku kenal selama ini. Dan dia tidak sendiri melakukan itu, tetapi juga bersama Rafidan.

Kalau Rafidan aku sudah tahu sifat dia dari awal. Tetapi Arkan? Hah, sejak saat aku sudah mengetahui seperti apa Arkan sebenarnya. Tak ada lagi rasa suka sama dia.

Tetapi setelah mengetahui itu semua, aku biasa saja. Ini aneh, sebenarnya aku itu jatuh cinta apa tidak sih sama dia? Kok aku tidak patah hati?

Cuma ada satu hal yang membuat aku terkejut. Yakni....

"Man mantan kamu ada berapa?" tanya Hanna kepada Amanda saat itu.

Hanna sudah duduk bersama Amanda, dan mereka menjadi sangat akrab. Seperti aku dan Nur. Ya, bahkan aku lebih akrab dengan Nur ketimbang dengan Hanna yang notaben-nya pernah menjadi temen sekelasku selama dua tahun.

Amanda yang ditanya hanya tersenyum, senyuman yang menampakkan gingsulnya. Terkadang aku aneh pada diriku sendiri, setiap melihat orang cantik aku merasa kagum. Tetapi aku itu tetap manusia normal. Cewek tulen.

"Dua," jawab Amanda pada akhirnya. Itu pun setelah dipaksa oleh Hanna.

"Siapa aja?"

Mereka memang sedaritadi asik mengobrol perihal mantan. Aku yang tidak punya mantan hanya menyimak saja. Bodoamat deh.

"Ihh Hanna kepo!" jawab Amanda sambil tertawa salting. Sepertinya dia belum move on. Atau bisa juga dia tidak mau mengakui mantannya karena malu.

"Jawab gak! Cepetaaan!" Hanna memang manusia tipe-tipe pemaksaan. Dia selalu saja memaksa seseorang untuk memberi tahu sesuatu yang ingin dia tahu. Dan dia selalu berhasil mendapatkannya.

"Jawab Amandaaaa!" Hanna mencoret tangan Amanda.

"Hannaaaa!" Amanda balas mencoret tangan Hanna.

Dan akhirnya mereka terus saja seperti itu. Aku yang duduk di posisi tepat di belakangnya, hanya menonton mereka berdua.

"Jawab gak!" paksa Hanna sembari memegang kedua tangan Amanda agar tidak berontak.

"Iya-iya!"

"Siapa?"

Amanda menghela nafas gusar. "Jangan ngetawain tapi!"

"Siapa emang?" tanya Hanna semakin penasaran.

"Tuh." Amanda menunjuk ke arah meja Arkan dan Rafidan yang berada di paling belakang.

"HAH? SERIUS? HAHAHAHAHHA!" Hanna tertawa puas. Bahkan sangat puas, sampai-sampai ia memukul-mukul meja.

"Serius mereka? Hahahahha!" Tawa Hanna semakin pecah.

"Ish! Dibilang jangan ketawa!"

"Arkan sama Rafidan mantan lo? Serius? Hahahahha!"

"Iya!" decak Amanda ekspresinya seperti nahan malu.

"Jangan bilang siapa-siapa kalau gue pernah pacaran sama mereka!" ucap Amanda dengan tatapan mata tajam. Sedangkan Hanna malah kembali tertawa ngakak.

Sepertinya Hanna kesuripan.

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang