Ketika UNBK berlangsung aku menjauhi Rafidan. Aku mencoba melupakannya, mencoba untuk tidak berbicara dengannya. Dan anehnya, dia pun begitu. Tidak menjahiliku, tidak menyuruhku untuk tersenyum, dia juga sama sepertiku. Sehingga kami seperti orang yang tidak saling kenal. Jika bertemu pun kami hanya saling diam.
Seperti ketika hari pertama UNBK. Ketika pulang sekolah, aku keluar dari pintu lab 1 dia keluar dari lab 2. Pintu lab 2 berada di dalam ruangan lab 1.
Kami berpapasan, mata kami bertemu hingga beberapa detik. Tetapi anehnya dia tidak berkata apa-apa, ia langsung melenggang pergi begitu saja.
Ini karena dia yang lelah berjuang, atau aku yang memang hanya pengisi waktu luang?
Aku tahu dia playboy dari awal. Oleh karena itu, aku tidak mau baper padanya. Aku sengaja tidak respon dia, karena aku mau memberikan pelajaran ke dia. Bahwa tidak semua wanita gampang diluluhkan, bahwa tidak semua wanita itu sama. Tetapi nyatanya aku luluh.
Aku yang jatuh.
Pertahananku yang runtuh.
Kukira kisah cintaku akan sama dengan cerita wattpad. Dimana si cowok playboy insaf gara-gara satu cewek cuek yang tidak terpikat dengannya. Lalu si cowok taubat dari playboy-nya. Setelah itu berjuang mati-matian mendapatkan hati si cewek. Nyatanya tidak.
Hidup tak seindah itu.
Aku yang ingin memberikan pelajaran kepadanya, tetapi ternyata malah aku yang terjebak dalam permainannya.
Kring.... Kring.... Kring....
Bel tanda habisnya waktu pengerjaan soal telah berdering dengan nyaring. Semuanya bersorak ria, karena hari itu adalah hari terakhir UNBK.
Beberapa orang langsung keluar dari pintu lab dengan berdesak-desakan. Aku tidak. Aku memilih menunggu sampai sedikit sepi.
"EHHH! SIAPA SIH?!" pekikku terkejut, karena tiba-tiba saja ada yang menarik tasku.
Kulihat Rafidan di belakangku. Dia langsung melenggang pergi melewatiku tanpa berkata sepatah katapun.
Ekspresinya datar.
Aku yakin ia yang menarik tasku, hanya saja ketika aku menengok ke belakang, dia langsung pura-pura tidak tahu.
Kenapa sih di saat aku ingin menjauhinya, dia malah mendekatiku?!
Aku lelah. Aku cape dipermainkan terus seperti ini. Aku juga punya hati!
Please Alesha untuk kali ini kamu harus berhasil untuk tidak baper!
💗💗💗
Hidupku seperti kehilangan separuh jiwaku. Tidak nafsu makan, dan lebih sering tidur. Karena dengan tidur aku bisa lupa, walaupun ketika bangun keingat lagi.
Patah hati membuatku seperti orang yang kehilangan semangat untuk hidup.
Pernah sakit.... Tapi tak pernah sesakit ini... Karena pernah cinta... Tapi tak pernah sedalam ini....
Lantunan lagu galau terus saja keluar dari earphone-ku. Membuat suasana patah hatiku semakin bertambah.
Semenjak hari itu. Hari dimana Kikan memberikan kabar itu. Aku selalu mengurung diri di kamar. Tidur terus, bangun hanya sholat dan makan. Setelah itu tidur lagi.
"Ay?"
Aku terkejut bukan main. Tiba-tiba saja A Rahman datang. Aku yang sedang tidur membelakangi pintu segera menghapus air mataku.
"Kenapa gak ketok pintu sih?" Aku bertanya kepada A Rahman dalam posisi masih membelakangi.
"Aa sudah ketok dan salam kamu gak jawab."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh."
"Kamu kenapa? Cerita sama Aa. Kata Umi, sudah beberapa hari kamu di kamar terus. Keluar kamar cuma buat ke kemar mandi. Makan saja sehari sekali." Perlahan aku merasakan A Rahman duduk di pinggiran tempat tidurku.
Aku terdiam. Cerita? Yang bener saja!
Aku merubah posisi tidurku menjadi duduk menghadap A Rahman.
"Astaghfirullahaladzim Ay? Kamu kenapa?" A Rahman terkejut karena kondisiku sekarang mata bengep, dan dengan jilbab instan yang sudah miring.
Aku menangis.
Menangis sejadi-jadinya.
"Maafin Ayesh A."
"Kenapa?"
"Benteng pertahanan Ayesh runtuh."
Dulu beberapa tahun silam, A Rahman pernah memberikan pesan nasihat kepadaku untuk membangun benteng pertahanan.
"Ayesh, kamu itu perempuan. Kamu harus membangun benteng pertahanan yang kuat. Tidak boleh ada sembarang orang yang masuk, dan tidak boleh sembarang orang yang meruntuhkannya."
"Tahu hal apa yang meruntuhkannya?"
Aku menggeleng.
"Jatuh cinta."
"Kenapa gitu A?"
"Jatuh cinta sebelum kamu siap menikah adalah ujian. Kamu harus menahan diri untuk tidak berpacaran padahal kamu ingin. Kamu harus menahan diri untuk tidak menatapnya padahal kamu ingin. Kamu harus menahan diri untuk tidak chat padahal kamu ingin. Kamu harus bersikap cuek, padahal kamu tidak ingin melakukannya. Cara terbaik adalah dengan menebang perasaan tersebut agar tidak terus tumbuh. Jangan sampai kamu berpacaran ya Ay!"
Rahman tersenyum, ia paham yang dimaksud Alesha. Rahman mengusap air mata adik perempuannya itu dengan lembut.
"Benteng yang runtuh bukan berarti tidak bisa dibangun kembali bukan? Ya walaupun butuh waktu yang tidak sebentar. Bukan berarti tidak bisa diusahakan kan?"
Aku mengangguk.
"Maafin Aa karena sudah lalai menjaga kamu. Aa terlalu sibuk dengan kerjaan sampai-sampai Aa gak tahu kalau benteng pertahanan kamu di ambang kehancuran bahkan sekarang sampai di titik hancur."
"Aa gak salah, pondasi benteng Ayesh aja yang gak kuat."
"Kamu sudah sampai tahap berpacaran?"
Aku menggeleng.
"Allah masih melindungi kamu Ay. Kamu harus bersyukur."
Aku menyesal. Menyesal telah jatuh cinta sedalam-dalamnya. Menyesal karena tidak bisa mengontrol hati. Menyesal karena telah bodoh karena cinta. Menyesal karena telah mengenal dan mencintai Rafidan.
Aku sungguh menyesal.
Selain mendengarkan musik, aku juga jadi sering follow quotes galau. Lalu aku post di status WA atau di snapgram.
Patah hati membuatku seperti kehilangan diriku sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Untuk kalian yang sedang patah hati semoga cepat pulih kembali. Ingat pesan Rahman!
Jangan lupa Vote dan Comment 💗🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Cinta Alesha [END]✔️
HumorKisah dua anak remaja yang memiliki karakter berlawanan. Alesha---cewek cuek, jutek, mageran, dan kebanggaan guru. Dengan Rafidan---cowok petakilan, bawel, biang onar, tukang modus, sering bermasalah dengan guru dan yang pasti selalu banyak cara mem...