Anjani

23 7 0
                                    

Mungkin ini yang namanya cinta. Harus aku akui bahwa aku telah jatuh cinta kepada manusia bernama Rafidan. Aku tidak peduli dia sedang punya pacar atau tidak, punya gebetan atau tidak, sedang dekat dengan siapa atau tidak, aku tidak peduli. Intinya aku selalu merasa senang dengan dirinya.

Bukan ke-pd-an atau ke-gr-an. Aku bisa merasakan kalau Rafidan bertingkah laku spesial itu hanya ke aku saja. Di kelas saja dia tidak pernah dekat dengan cewek lain. Mungkin. Gak tau kalau di luar.

Aku sering tertawa sendiri ketika melihat Rafidan muncul di notifikasi Facebook, comment yang tidak jelas pada status-ku. Maklum, dia gak punya WA jadi aku pun lebih sering buka Facebook daripada WA.

"Ayesh!" teriak A Rahman yang kini berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata tajam.

"Kenapa A?" tanyaku yang mengubah posisi tiduran menjadi duduk. Sedang asik Facebook-an eh A Rahman malah datang.

"Aa panggilin daritadi gak nyaut-nyaut! Itu bantuin Umi cuci piring! Kasihan Umi nanti kecapean!" hardik A Rahman murka. Kalau seperti ini wajah A Rahman menyeramkan. Aku sedikit takut kalau A Rahman sudah menunjuk wajah seperti itu.

"Kenapa gak Aa aja?"

"Aa banyak tugas, kamu aja yang lagi nganggur."

"Hm."

"Cepetan!"

"Iya A sabar elah!"

Aku mengantongi handphone-ku di saku celana panjangku.

"Kenapa sih sekarang gak lepas dari hp? Kamu punya pacar?" tanya A Rahman ketika aku baru saja melewati ambang pintu, tempat berdirinya A Rahman.

"Hah? Eng-enggak kok."

"Awas aja kalau punya pacar. Jangan jatuh cinta, nanti sakit hati! Pokoknya Aa dari dulu sampai kapanpun dengan tegas melarang kamu pacaran! Ingat itu! Kecuali kalau kamu sudah nikah!"

"Beneran, Ayesh gak punya pacar! Suer deh!" Aku membentuk huruv V jari telunjuk dan jari tengahku.

"A Rahman peringatkan ya, Ayesh. Jangan terlalu berharap atau terlalu cinta sama orang. Nanti kamu sakit hati, Aa gak mau liat Adik Aa satu-satunya disakitin."

Padahal ingin sekali bilang, 'Emang udah sakit hati A! Ya gimana lagi kalau udah cinta mah!'

Yap, dari awal jatuh cinta sama Rafidan memang sudah banyak makan hati.

"Kaya yang pernah sakit hati aja ahahha ups!" Aku langsung menutup bibirku.

"Tuhkan mulai nyebelinnya! Udah sana ke dapur! Keburu beres deh Bunda nyuci piringnya!"

Aku langsung bergegas ke dapur. Dan benar saja ternyata Umi telah selesai mencuci piringnya. Sekarang
Umi sedang duduk di meja makan.

"Maaf Umi, Ayesh gak bantuin," ucapku mendekat ke arah Umi.

"Gak apa-apa, emang Umi yang mau kok."

"Ya udah Umi, Ayesh nyapu aja ya?!"

"Sudah kok."

"Umii! Kenapa gak suruh Ayesh aja? Nanti Umi kecapean lagi!"

"Gak apa-apa badan Umi lagi enakan."

"Beneran?"

"Iya Ayesh."

Aku mengecup pipi Umi. "Lain kali suruh Ayesh kalau perlu apa-apa."

Umi terkekeh, ia menyentuh hidungku gemas. "Iya Ayesh."

💗💗💗

Tak terasa waktu berjalan cepat sekali. Aku sudah berada di semester dua. Semester dimana penuh dengan ujian-ujian.

Sepekan ini ada kompetisi futsal antar kelas. Dan tepat hari ini giliran kelasku melawan kelas XII.IPS 3. Kelas yang paling ditakuti oleh semua kelas. Karena di kelas tersebut rata-rata memang para pamain futsal unggul.

Walau begitu kami tidak boleh berkecil hati. Kita tidak tahu kedepannya seperti apa. Yang harus kami lakukan hanya optimis dan berusaha.

Para pemain mulai memasuki lapangan, tadinya riuh tepukan tangan tetapi akhirnya malah terdengar gelak tawa dari para penonton, termasuk aku.

Bagaimana tidak? Rafidan si manusia aneh itu berpenampilan sangat abstrak. Di saat orang lain memakai baju futsal, juga celana futsal. Sedangkan dia malah hanya memakai baju futsal, sedangkan celananya celana boxer dengan motif polkadot.

Tetapi anehnya dia percaya diri sekali. Dia malah tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya ke arah penonton.

Setelah sesi foto. Kini pertandingan dimulai. Tadinya pertandingan berjalan santai. Tetapi makin kesini malah semakin panas.

"AL SEMANGATIN RAFIDAN AAL!" teriak Izza heboh sekali.

"IYA AAALLL SEMANGATIN SI IDAN TUHH! BIAR SEMANGAT!"

"AYOO AAALL SEMANGATIN IDAN NOH!"

"CIEEE ALEEEESHAA!"

"Apaan sih?!" decakku kesal. Ingin sekali aku menyumpal mulut mereka satu-satu. Aku malu sekaligus takut, karena para santri putri yang sedang menjadi supporter menengok ke arahku.

Aku tidak mau trending topic di kalangan santriwati.

Walaupun wajah Rafidan tidak tampan-tampan amat. Tapi, jangan salah. Dia terkenal di sekolah. Terkenal karena biang onar dan playboy.

Aku lihat Rafidan yang sedang asik bermain bola malah menengok ke arahku sejenak dan senyuman handalnya yang pasti. Aku malah langsung membalikkan badanku karena malu. Bisa-bisanya ketika keadaan seperti ini masih saja bertingkah aneh.

Sampai ketika teman-teman sekelasku tidak mengejekku lagi. Aku kembali membalikkan badan.

Tentunya cara main laki-laki, berbeda dengan perempuan. Perempuan kalau main bola, pasti berkumpul seperti ikan yang dikasih umpan.

Sesekali aku meringis ketika ada pemain yang jatuh. Aku tipe penonton yang santuy. Aku tidak berteriak-teriak seperti orang lain, malas sekali.

BUGH

Rafidan jatuh.

Tetapi dia tidak bangun lagi. Para supporter dari kelasku panik. Termasuk aku, walaupun aku tidak terlihat paniknya. Aku tidak mau Rafidan kepedean.

Tim PMR segera membawa Rafidan ke pinggir lapangan. Aku lihat Anjani---salah satu anggota PMR. Dengan lihay menarik kaki Rafidan.

Anjani itu orang penting di sekolah ini. Selain anggota PMR dia juga menjabat sebagai sekretaris OSIS. Anjani itu cantik, jauh kalau dibandingkan aku. Walaupun cantik, dia galak.

'Kenapa tidak anggota PMR laki-laki saja sih?' Tiba-tiba batinku berkata seperti itu.

"AWS SAKIT GILAAK!" teriak Rafidan meringis kesakitan.

"GAK USAH ALAY!"

"GALAK BANGET WOY CANTIK-CANTIK!"

"GAK USAH GOMBAL GUE TONJOK NANTI!"

Rafidan tersenyum idiot sembari menatap Anjani. Senyuman yang biasa ia tunjukkan kepadaku.

Entahlah mereka berbicara apa. Aku tidak mau mendengarnya.

Anehnya, 'Kenapa Rafidan sebahagia itu dengan Anjani?' batinku berkata.

.
.
.
.
.
.
.
.

Ini sampe gak ada yang comment aku males lanjut wkwkk:"

Rayu aku di kolom komentar untuk melanjutkan cerita ini!!! Wkk

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang