"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Kulihat Rafidan dan Arkan baru saja nongol di balik benda persegi panjang tepat jam 8. Ya, mereka kesiangan. Anehnya mereka tidak merasa bersalah.
"Dari mana?" tanya Bu Nia kepada keduanya, yakni Rafidan dan Arkan.
"Masjid Bu," jawab Rafidan.
"Habis ngapain?"
"Sholat dhuha Bu."
"Kok lama banget? Pasti tidur dulu 'kan?"
"Gak Bu," jawab Arkan.
"Ya udah sana duduk."
"Terima kasih Bu," ucap Rafidan dan Arkan kompak.
Sholat dhuha? Aku tercengang. Bahkan aku saja jarang sekali sholat duha. Dan Rafidan? Dia melakukannya. Lagi-lagi aku dibuat takjub.
💗💗💗
"Ay senyum dong."
Sedaritadi Rafidan menyuruhku untuk senyum. Memangnya ada apasih dengan senyumku?
"Kenapa sih nyuruh aku senyum terus?" tanyaku yang sudah lama sekali ingin tanyakan kepada Rafidan.
"Senyum kan ibadah."
Oh gitu.
"Kenapa? Ayesh lagi sakit ya?"
Aku hanya menggeleng.
"Ayesh lagi sakit ya?"
"Gak!"
Waktu itu sedang pergantian pelajaran. Sehingga sedang tidak ada guru. Namun, setelah itu Pak Yoga datang untuk mengecek atribut para murid di kelas XII.IPA-2.
Rafidan berteriak. "PAK ALESHA SAKIT PAK!"
Aku menggeram. Aku tidak mau ada yang tahu. Toh, hanya sakit biasa.
"Kamu sakit Alesha?" tanya Pak Yoga kepadaku.
"Eng-"
"Iya Pak! Rafidan minta obat Pak! Kasian tuh Alesha sakit!" Rafidan terlihat heboh sekali kepada Pak Yoga.
"Enggak Pak gak usah," ucapku ya karena aku memang tidak mau minum obat. Pahit.
"Alesha mau Bapak ambilkan obat?"
"Gak Pak gak usah, terima kasih Pak."
"Ya sudah."
Rafidan mendekatiku.
"Lagi sakit juga! Bukan minum obat!" decak Rafidan kepadaku.
'Lah terus kenapa gitu?' batinku bingung dengan sikap Rafidan.
Rafidan kembali ke kursinya.
Kenapa dari banyaknya manusia di kelas ini hanya Rafidan yang sadar kalau aku sedang sakit?
"Pengumuman! Nanti kalian setelah UAMBN, dan USBN kalian libur satu minggu setelah itu UNBK! Jadi alangkah baiknya jaga kesehatan dari sekarang! Jangan banyak main! Belajar!"
"IYAAAA PAAAAK!"
"Ya sudah hanya itu pengumuman dari Bapak. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!" ucap Pak Yoga seraya keluar kelas.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!"
"Ay!" panggil Rafidan.
Aku menoleh dengan malas. "Apa?"
"Nanti pas libur kita bisa chat-an dong! Eh tapi Idan males ah chat-an sama Ayesh, dibalesnya titik doang kalau enggak oh doang, atau tanda tanya doang," katanya sembari mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil. Sifatnya memang childish sekali.
Aku tertawa.
Kenapa dia selalu punya banyak cara membuat aku tersenyum dan tertawa sih? Sampai aku lupa bahwa ia sering kali membuatku kecewa dan sakit hati. Dan anehnya rasa sakit itu cepat sekali menghilang.
Apa ini yang dinamakan buta karena cinta?
Bukan buta tapi oon.
.
.
.
.
.
.
.
.Jangan lupa VOTE DAN COMMENT SEBANYAK-BANYAKNYAAAAAAA
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Cinta Alesha [END]✔️
HumorKisah dua anak remaja yang memiliki karakter berlawanan. Alesha---cewek cuek, jutek, mageran, dan kebanggaan guru. Dengan Rafidan---cowok petakilan, bawel, biang onar, tukang modus, sering bermasalah dengan guru dan yang pasti selalu banyak cara mem...