Dasi

23 6 2
                                    

Mungkin memang benar, waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin aku berada di kelas ini. Tetapi ternyata, sekarang sudah mulai memasuki waktu Penilaian Tengah Semester saja.

Sengaja ku percepat cerita ini. Karena, aku tidak bisa memasukkan semuanya dalam kisah yang ku tulis ini. Aku hanya ingin membagikan bagian-bagian pentingnya saja. Karena jika semuanya, akan sangat banyak bab pada cerita ini.

Aku akan jujur, bahwa aku sudah mulai menyukai Rafidan. Entahlah ternyata jatuh cinta secepat itu.

Rafidan selalu mempunyai banyak cara untuk membuat aku tertawa dan tersenyum. Itulah alasan kenapa akhirnya aku bisa mencintainya.

Tetapi aku yakin saat itu, aku belum mencintainya. Rasa cintaku tertutup dengan rasa gengsiku. Bukan gengsi sebenarnya, hanya saja aku tidak mau patah hati. Oleh sebab itu, aku selalu berusaha bersikap biasa saja. Walau sebenarnya setiap melihat senyumannya membuat hatiku berdebar.

Aku selalu bersikap biasa saja karena aku tidak mau, aku jatuh cinta sedalam-dalamnya. Karena sakitnya pasti sedalam-dalamnya juga. Lagipula aku tahu dia cowok playboy, dia pasti tidak serius. Dia hanya bercanda.

Menahan diri untuk tidak pacaran di era gempuran teman pada pacaran bukan suatu hal yang mudah. Tetapi, bukan juga berarti tidak bisa. Hanya saja perlu effort yang lebih.

Aku dengan teliti membaca soal pada lembar soal PTS. Bukan berarti karena cinta, aku lemah. Pelajaran tetap nomor satu. Aku tidak mau nilaiku turun hanya karena jatuh cinta.

"Al." Terdengar suara Izza memanggilku dari belakang.

Aku sontak menoleh. "Apa?"

"Dari Rafidan," ucapnya sembari memberikan bungkus permen.

Iya hanya bungkusnya!

Aku pun mengambilnya. Daripada berlama-lama mengobrol ketika ujian. Bisa-bisa aku nanti disuruh mengerjakan di luar.

Aku tidak mau.

You can do it

Aku menoleh ke arah Rafidan yang sudah mengembangkan senyumannya.

"Itu artinya apa?" tanya Rafidan dengan suara selirih mungkin.

Herrrrrrrr

Dia yang ngasih, tetapi dia juga yang tidak tahu artinya. Manusia macam apa dia ini?

Akhirnya aku hanya diam malas menanggapi. Aku kembali fokus mengerjakan soal PTS.

"Al."

"Apa lagi?" ucapku seraya membalikkan badan menghadap Izza.

"Dari Rafidan."

Ternyata sepotong kertas yang lecek. Aku malas membacanya, aku diamkan saja di ujung meja.

"Al." Kali ini Farrel yang memanggilku.

"Kenapa?"

"Kata Rafidan baca kertasnya. Ciieee," ujar Farrel dengan tersenyum. Dasar dua manusia aneh. Farrel menjodoh-jodohkan aku dengan Rafidan, sedang Rafidan menjodoh-jodohkan aku dengan Farrel. Sebenarnya dua manusia ini maunya apa sih?

"Baca Ay," ucap Rafidan dengan senyuman handalnya. Senyuman yang membuat aku empet.

Daripada berisik lalu kena marah oleh pengawas, aku memilih menuruti saja kemauan dua manusia aneh itu. Perlahan aku membuka kertas tersebut.

Ternyata isinya adalah....

I love you

Deg

Deg

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang