Lupa

28 6 5
                                    

Aku berusaha menjauh dari sosok Rafidan. Aku tidak mau masuk ke dalam jurang sedalam-dalamnya. Aku tahu aku salah. Aku telah jatuh cinta pada orang yang salah. Tetapi, hatiku masih mengelak bahwa ini bukan cinta. Ini hanya rasa biasa. Rasa yang mungkin perlahan akan menghilang.

Bahkan ketika aku berusaha menjauh, Rafidan malah semakin mendekat. Akhirnya yang ada aku malah kembali luluh kembali, aku malah lupa rasa sakit ketika melihat room chat dia dengan Salsa. Rafidan selalu mempunyai banyak cara membuat aku bahagia. Hal itulah yang membuat aku gagal berusaha untuk menjauhinya.

Dari luar aku memang seperti terlihat biasa saja, tetapi lain lagi jika di hati. Hatiku sudah jatuh ke dalam lubang yang bernama cinta. Hatiku enggan menjauh dari Rafidan.

Hidupku seperti rollercoaster ketika Rafidan dengan lancang datang ke kehidupanku selama beberapa bulan ini.

"Ay!" panggil Rafidan kepadaku ketika aku baru saja memasukkan mukena ke dalam tas, karena sehabis pulang dari sholat dzuhur berjama'ah.

"Hm?"

"Coba senyum!"

"Males."

"Senyum!"

Aku melebarkan senyumanku selebar-lebarnya.

"Nah gitu dong," ucapnya dengan nyengir kuda.

"Ayesh tadi doain Idan gak?"

"Dih? Ngapain juga!"

"Yaah, padahal tadi Idan doain Ayesh," lirihnya dengan mengerucutkan bibirnya. Sangat tidak lucu.

"Doain apaan?"

"Doain supaya Ayesh menang olimpiade-nya."

Ya memang selesai PAS nanti aku diikut sertakan mengikuti olimpiade Biologi lagi. Sebenarnya kelas 12 sudah tidak boleh mengikuti perlombaan apapun. Tetapi, kata guruku ini terakhiran untukku. Akhirnya aku pun menyetujuinya. Aku juga ingin membuat kenangan dan kebanggaan di masa terakhiran putih abuku.

"Oh, aamiin terimakasih."

"Sama-sama Ayesh!"

"Hmm, Ayesh hari ini puasa gak?"

"Gak."

"Kamis depan puasa ya!"

"Insya Allah."

💗💗💗

PAS---Penilaian Akhir Semester telah tiba. Aku yang sedang menarik tali ujung ranselku melangkah dengan santai ke ruang 5. Aku sedikit penasaran siapakah yang akan duduk bersamaku.

Setelah sampai di sana, aku mengecek nomor pesertaku di jendela ruangan tersebut. Lalu, aku cari di setiap meja. Dan akhirnya ketemu, yakni di barisan ke dua bangku ke dua. Tanpa ba bi bu aku langsung mendaratkan bokongku di sana.

Alhamdulillah-nya aku duduk bersama perempuan. Dia adik kelas. Aku bukan tipe orang yang sulit akrab. Sehingga aku dan dia malah seperti yang sudah kenal lama.

Aku lihat Rafidan datang dengan tangan kosong. Ia duduk di kursi paling belakang, dan ia duduk bersama sesama jenisnya. Yakni, laki-laki.

Bel tanda waktu masuk telah berdering, murid yang membawa tas dengan heboh menaruh tas di depan. Termasuk aku,  tetapi aku langsung duduk kembali di kursi.

"WOY AYESH MANA AYESH!" teriak Rafidan membuat ruangan ini berisik.

"BERISIK RAFIDAN!" Itu suara Hanna yang duduk bersebrangan dengan Rafidan.

"AYESH MANA AYESH! GUE GAK LIAT AYESH!"

"NOH DI DEPAN!"

"MANA!"

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang