Razia

23 7 2
                                    

Saat itu ada razia dadakan seperti tahu bulat. Anak kelas panik, aku tidak. Toh, aku tidak bawa handphone, tidak bawa make-up, tidak pakai aksesoris, dan segala macam barang yang menjadi bahan sitaan.

Dan di kelas ini sedang tidak ada gurunya.

Anjani berdiri tegap di depan kelasku. "TARUH TASNYA DI DEPAN!" teriak Anjani dengan suaranya yang lantang.

Anjani, cewek cantik nan galak itu. Selain petugas PMR ia juga merupakan pengurus OSIS. Dia terkenal, tidak sepertiku yang mungkin hanya orang-orang sekelas saja yang kenal.

"Sudah saya bilang, tidak usah galak-galak Bu Ketu nanti cantiknya hilang," lirih Rafidan seraya menaruh tasnya di depan kelas.

'Kok aku panas?' batinku seraya mengipas-ngipaskan tubuhku seperti pertama kali mendapatkan senyuman dari Rafidan.

Kenapa pula aku harus panas? Toh dia siapa?

"Kenapa Al?" tanya Nur yang menyadari perubahan tingkah lakuku.

Aku hanya tersenyum tidak mau menjawab.

"Udah gue bilang lo mau gue tonjok?!" ucap Anjani dengan pelototan tajam.

"Peace! Hehe!" Rafidan membentuk dua jarinya sehingga menyerupai huruf 'V'.

"RAFIDAN DUDUK KE! KAYA GAK PUNYA BOTTOM AJA!" teriak Hanna kesal. Pasalnya Rafidan malah anteng menggoda Anjani. Kalau seperti itu terus kapan razianya dimulai?

Gelak tawa keluar dari para penghuni kelas XII.IPA 2.

"Iya-iya!" decak Rafidan, kemudian ia duduk di kursinya.

Razia pun dimulai. Semua tas diperiksa oleh Anjani juga dua rekannya yang lain. Barang yang ditemukan yakni kaca, bedak, dan korek.

Setelah memeriksa tas, para pengurus OSIS memeriksa kerapihan dan kelengkapan seragam. Satu per satu di cek oleh para pengurus tersebut.

"Al untuk pekan depan, dilarang pakai kerudung langsung ya," ujar Anjani yang membuat aku melotot seketika.

"Hah? Kenapa?"

"Perintah dari Pak Yoga. Supaya kompak."

Aku menghela nafas kasar. Apa coba alasannya?

"Oh, yaudah terima kasih infonya."

"Sama-sama, eh tapi boleh kok pakai kerudung langsung di hari jum'at. Di hari jum'at pokoknya bebas."

"Oke, sekali lagi terima kasih."

"Sama-sama."

Ketika sampai di meja Rafidan. Anjani dan Rafidan tampak seperti suami istri yang sedang berantem. Anak kelas langsung berisik.

"Lo bau rokok!"

Aku membalikkan badan ke belakang. Tepatnya ke arah Anjani dan Rafidan berada.

"Lo ngerokok ya?!" gertak Anjani.

Rafidan tidak menjawab, dia malah tersenyum jahil sembari menatap Anjani yang sudah emosi menggebu-gebu.

"Kenapa senyum-senyum? Jawab!"

"Benar apa kata saya, kamu cantiknya nambah kalau marah-marah."

PANAAAAAAAAAASSSSSSS

Anjani salah tingkah, pipinya langsung bersemu merah. Ia memasang wajah tetap jutek, walau aku tahu pasti dia sedang salah tingkah. Terlihat dari senyumannya yang merekah tak bisa dihentikan dari bibirnya.

"Bodoamat!"

Anjani langsung pergi. Mungkin dia malas menghadapi manusia menyebalkan macam Rafidan.

'Kenapa perasaanku aneh?' Tiba-tiba saja aku merasa suhu badanku berubah.

.
.
.
.
.
.
.
.

SIAPA ORANG PALING DENIAAALL? YAAA ALESHAAA!!! Wkk

Jangan lupa VOTE DAN COMENNT❤️

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang