Epilog

56 5 1
                                    

"Ay? Lagi ngapain?"

Kepalaku sontak menoleh ke arah pintu. Tempat berdirinya A Rahman. Kini, kembali ke masa sekarang.

A Rahman mendekatiku yang tengah duduk di meja belajar dengan sebuah laptop di hadapanku.

"Lagi ngapain?"

"Biasa A, nulis cerita lagi."

"Tentang?"

"Kepo!" ucapku yang membuat A Rahman mendecak.

"Kamu bukannya siap-siap. Siang nanti kan mau launching buku kamu. Gimana sih?" A Rahman mengacak puncak kepalaku. Menyebalkan sekali.

"Santai sajalah, launching-nya kan nanti jam 1. Sekarang masih jam setengah 12," ucapku yang mulai men-shutdown laptop. Lalu menutupnya.

"Ya kan kamu belum mandi Ayesh, ayo cepet mandi! Mau Aa umumin nih ke para pembaca kamu, bahwa author favorite-nya jarang mandi! Ihh joroookkk!" A Rahman memang menyebalkan.

Aku menepuk keningku. "Iya-iya!" Aku beranjak dari kursiku lalu mengambil handuk sebelum melenggang pergi ke kamar mandi.

Aku mendengar A Rahman tertawa cekikikan seperti kunti.

💗💗💗

Sedaritadi tubuhku tidak berhenti gemetaran. Badanku panas-dingin seperti dispenser. Senyum canggung tak luntur dari wajahku. Ini pertama kalinya aku launching buku.

Aku bukan tipe manusia yang pandai bicara di depan banyak orang. Dan hari ini aku melakukannya, apalagi di depan para penggemar karyaku. Rasanya seperti uji nyali.

"Selanjutnya yaitu sesi tanya jawab, yang ingin bertanya angkat tangannya ke atas terlebih dahulu, jika sudah kami perbolehkan, silahkan bertanya. Paham?"

"Paham!"

Aku tetap berusaha ramah, walaupun aku ingin sekali acara ini cepat-cepat selesai. Aku tidak terlalu suka menjadi sorotan orang banyak.

Ya, padahal aku mempunyai grup khusus untuk para pembacaku. Di sana aku gabung dang aktif, enjoy bareng. Tetapi sudah ketemu seperti ini, aku merasa deg-degan.

"Oke siapa yang ingin bertanya?!" ucap MC dengan lantang.

Ternyata banyak juga yang angkat tangan.

"Oke yang pakai baju hitam kerudung cokelat susu, silahkan bertanya!"

"Perkenalkan nama saya Zahra. Saya ingin bertanya Kak. Kakak kenapa memilih tema pesantren untuk cerita kakak yang pertama ini? Sebelum dan sesudahnya terimakasih."

"Oke Kak Ale silahkan jawab!"

Di dunia literasi, aku lebih dikenal dengan nama Ale.

"Oke terima kasih pertanyaannya. Jadi, aku memilih tema pesantren. Karena sebenarnya aku ingin sekali merasakan mondok. Tetapi, karena ada suatu alasan yang tidak dapat ditinggalkan
Jadi, aku tidak bisa mondok. Oleh karena itu, aku membuat cerita dengan bertemakan pesantren. Supaya aku merasa ada di dalamnya, supaya aku bisa masuk ke dalam dunia pesantren melalui tulisanku itu. Terima kasih." Aku tersenyum.

"Oh ya aku ingin memberi saran. Jika di antara kalian ada yang sedang pesantren. Aku mohon untuk pesantren yang benar, jangan kabur. Karena banyak di luar sana yang ingin berada di posisi kalian. Lagipula kasihan orang tua kalian yang sudah membiayai kalian pesantren." Aku tersenyum lagi.

"Nah dengar ya apa kata Kak Ale! Jangan kabur hehehe!" ucap MC agar keadaan mencair.

Selanjutnya banyak pertanyaan yang menghampiriku. Alhamdulillah sekali Allah mempermudah semuanya.

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang