Pak Ruslan berjalan menyusuri setiap meja yang sudah berdasarkan kelompok. Aku deg-degan. Pasalnya, kelompokku belum selesai semua soal.
Arkan, cowok itu terlalu santai. Hingga pada akhirnya ia belum menyelesaikan 5 nomor lagi. Padahal hanya tinggal menyalin saja, bukan mengerjakan. Sarah juga, ia tinggal 3 nomor lagi. Izza juga, ia tinggal 4 nomor lagi. Jadi, yang sudah hanya aku dan Rafidan.
Padahal aku yang sudah susah-sudah mengerjakan soal-soal tersebut sampai jam 12 malam. Mereka hanya tinggal menyalin saja. Tetapi belum beres juga. Membuat aku kesal
"Kelompok ini sudah beres belum?" tanya Pak Ruslan kepada kelompokku.
"Dua orang Pak yang beres."
Pak Ruslan mengangguk. Lalu ia duduk ke kursinya. "Saya sudah kasih waktu satu pekan. Selama satu pekan itu kalian ngapain aja?" tanya Pak Ruslan dengan nada dingin.
Suasana kelas mencekam.
"Kelompok 4 jawab!" gertak Pak Ruslan sembari menggebrak meja.
"Kelompok kalian yang sama sekali belum ada yang beres! Kenapa? Gak bisa?"
"Jawab!" gertak Pak Ruslan lagi.
"Bapak sudah bilang, kalau gak bisa nanya ke Bapak! Nanya ke Alesha! Atau nanya ke google!"
Seram sekali. Keadaan kelas seperti tak berpenghuni.
"Ya sudah Bapak akan menilai yang sudah lengkap saja. Silahkan maju yang sudah lengkap!"
Satu persatu kelompok maju ke depan. Giliran kelompokku, aku maju bersama Rafidan.
Sesampainya di meja Pak Ruslan. Tak sengaja kertasku jatuh di hadapan beliau. Dengan gerak cepat aku mengambilnya. Aku mendongak, ketika melihat tangan lain yang hendak mengambil kertasku.
Dia...Rafidan. Ia tersenyum ke arahku! Setelah menyakiti hatiku, bisa-bisanya manusia ini tersenyum tanpa rasa bersalah?
Please, ini bukan drama korea!
Aku segera memberikan kertas tersebut kepada Pak Ruslan.
Aku sudah berusaha untuk tidak baper kepada Rafidan. Tetapi tetap saja, aku baper. Dasar manusia bodoh!
Padahal sudah berkali-kali aku sakit hati karena Rafidan. Tetapi aku selalu saja lupa jika Rafidan sudah membuat aku tersenyum lagi. Jatuh cinta memang membuatku menjadi manusia bodoh.
Padahal aku ingin sekali melupakannya, bahkan aku sudah mencoba menjauhinya dan tidak menanggapi ucapan dan perlakuannya yang selalu membuatku baper. Tetapi ternyata tidak bisa, aku selalu tenggelam dalam rayuannya. Hingga akhirnya aku lupa bahwa dia telah menyakitiku.
Memang sukar melakukan move on kalau sering ketemu.
Aneh sekali, rasa sakit itu seperti cepat sekali menghilang. Ini memang aku yang terlalu cinta atau terlalu bodoh?
💗💗💗
Aku mengipas-ngipaskan tubuhku menggunakan buku yang menjadi pengganti kipas. Aku merasa sangat panas dan gerah. Bagaimana tidak? Aku dikerumuni teman-teman sekelasku. Membuat aku merasa pengap.
Pak Ruslan memberi waktu untuk yang belum selesai, boleh mengerjakan soal sampai pulang sekolah.
"Al yang ini gimana caranya Al?" tanya Mamat.
"Oh yang ini tuh cari nilai x-nya dulu."
"Al kalau yang ini gimana Al?"
"Ini tuh dikali aja ke sini," ucapku sembari menunjuk soal di sodorkan oleh Sarah.
"Al kalau yang ini gimana?"
"Al yang ini gimana sih?"
"Al ajarin gue dong nomor 36!"
"Al yang ini dikali atau diapain sih?"
"Yang nomor 22 isinya apa Al?"
"Al itu kok bisa gitu hasilnya?"
"Al ini digimanain?"
Arghhgggg!
Mumet palaku!
Pak Ruslan sedang keluar karena ada urusan. Dan Pak Ruslan mempercayaiku untuk membantu teman-temanku. Aku senang bisa membantu, hanya saja aku pengap jika dikerumuni oleh banyak orang. Apalagi anak lakinya juga ikutan. Membuat aku susah menjaga jarak.
"WOY! JANGAN ADA YANG BERANI NYENTUH ALESHA!" teriak Rafidan lantang.
Ini kali pertama seorangpun Rafidan menyebut namaku dengan baik dan benar.
"CIEEEEEEEEEEE!" Seisi kelas sontak heboh. Lagi-lagi jantungku berdetak lebih cepat, dan tak terasa bibirku tersenyum mendengarkan ucapan Rafidan tersebut.
Mengapa aku sulit sekali untuk tidak menanggapi perkataan dan perlakuan Rafidan?
Rafidan, sebenarnya hatimu untuk siapa sih?
Kalau kamu cape sama sikapku bilang!
.
.
.
.
.
.
.
.
.BAPERIN AJA TERUS DAAAN!!!! Kalau jadi Ayesh kalian kaya gimana? Baper juga gak sih kalau dibaperin terus kaya Rafidan? Atau kalian akan B aja?
Jangan lupa VOTE DAN COMMENT SEBANYAK-BANYAKNYAAAAAAA!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Cinta Alesha [END]✔️
HumorKisah dua anak remaja yang memiliki karakter berlawanan. Alesha---cewek cuek, jutek, mageran, dan kebanggaan guru. Dengan Rafidan---cowok petakilan, bawel, biang onar, tukang modus, sering bermasalah dengan guru dan yang pasti selalu banyak cara mem...