Hari ini free class. Alias tidak ada guru. Namun, tetap saja ada tugas yang diberikan oleh bagian kurikulum.
Aku sedang mengisi tinta spidol karena habis. Yang nulis di depan saat ini adalah Amanda---bukan aku. Walaupun aku sekretaris. Tidak sepenuhnya aku menulis di depan. Tugas intiku hanya mengisi daftar hadir, agenda untuk guru, dan juga mengisi tinta spidol.
"Sini Idan aja yang isi," ucap Rafidan yang duduk di sebrangku.
"Hah?" Nah kan, kata itu sering kali keluar dari bibirku.
"Idan aja yang isi, kasian nanti Ayesh ketinggalan nulisnya."
Whuttt?
Ingin sekali berteriak seperti ini...
GAK USAH MODUS LO! GUE TAU LO PLAYBOY!
"Gak usah!"
"Sini!"
"Gak!"
Rafidan malah ngambil tinta juga dengan spidolnya.
"Gimana caranya?" tanyanya bingung.
"Tetesin aja pelan-pelan."
Setelah diberi tahu caranya, dia anteng netesin tinta. Sedangkan aku lanjut nulis.
Beberapa menit kemudian. "Nih udah." Dia menyodorkan spidol itu kepadaku.
"Terima kasih."
"Sama-sama," ucap dia dengan tersenyum lebar.
Setelah itu aku kembali fokus menulis, dan dia juga kembali nulis. Tiba-tiba saja dia menggeser kursinya lebih dekat ke arahku. Tetapi tidak terlalu dekat.
"Ay."
"Hm." Aku hanya menjawabnya dengan dehaman dan masih fokus menulis, malas menanggapi.
"Dengerin Idan."
"Hm."
"Ayesshhh."
"Hm."
"Idan mau ngomong sesuatu sama Ayesh."
"Ngomong apaan?" Refleks alisku mengkerut.
"Tapi Idan malu."
"Ngomong tinggal ngomong."
Aku diam, dan Rafidan juga diam.
Satu detik
Dua detik
30 detik
"Gak jadi deh."
Pengen banget ngutuk Rafidan jadi kabel USB! Tapi apalah daya, aku bukan orang tuanya.
Ini nih yang paling menjengkelkan, ketika ada orang yang mau bilang sesuatu tetapi malah tidak jadi.
Aku hanya diam ketika melihat Rafidan kembali menggeser kursinya ke tempat semula. Dia mau ngomong apa sih sebenarnya? Yaudahlah gak penting pasti.
Amanda mendekatiku. Kukira mau apa taunya....
"Al gantian dong nulisnya, gue cape." Amanda menyodorkan buku paket dan juga spidol kepadaku.
"Yang mana?"
"Tinggal dari sini sampai sini." Amanda menunjukkan bagian mana yang harus aku tulis.
Tanpa berkata lagi aku langsung nulis ke depan. Menulis di depan itu tidak semudah yang dibayangkan. Pegal dan gerah mungkin dua kata itu yang bisa menggambarkannya.
Setelah semuanya sudah aku tulis. Aku kembali dukuk ke kursiku untuk melanjutkan catatanku. Walaupun aku menulis di depan, di buku juga tetap harus menulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Cinta Alesha [END]✔️
فكاهةKisah dua anak remaja yang memiliki karakter berlawanan. Alesha---cewek cuek, jutek, mageran, dan kebanggaan guru. Dengan Rafidan---cowok petakilan, bawel, biang onar, tukang modus, sering bermasalah dengan guru dan yang pasti selalu banyak cara mem...