My Love

32 6 1
                                    

Jadi seperti ini rasanya jatuh cinta? Senang rasanya. Baru kali ini aku merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Dulu ketika aku jatuh cinta pada teman SMP ku, aku tidak terlalu sebahagia ini. Dan juga, ketika aku jatuh cinta pada Arkan. Tidak pernah juga sangat merasa seperti ini.

Entah aku lupa atau sudah terlalu terbawa perasaan, atau mungkin sudah terlalu dibutakan oleh cinta saat itu. Walau begitu, aku masih saja bersikap biasa saja. Aku masih bersikeras tidak mau baper. Aku tidak mau sakit hati. Tetapi semakin hari, Rafidan malah semakin gencar mendekatiku.

Dan aku masih belum paham maksud Rafidan memberikan kertas lecek itu, sebenarnya dia bercanda atau tidak?

Rafidan berjalan melewatiku seperti biasa, dengan senyuman handalnya.

"Senyum dong Ay," ucap Rafidan kepadaku.

Aku melebarkan senyumanku selebar-lebarnya. Lalu, dia malah tertawa.

"Ay artinya Dear Nathan apa sih?" Ya memang saat itu sedang ramai sekali film Dear Nathan.

"Untuk Nathan."

"Kalau Dear Ayesh?"

"Untuk Ayesh."

"Kalau My love?"

INGIN SEKALI KU MENJAWAB MEREK SEPRAI!

Tetapi yang terjadi aku malah diam. Dan dia malah tertawa lagi. Dia pikir lucu? Hahaha tentu iya.

"Kalau I love you?" Dia bertanya lagi.

"Tauah!"

Dia melemparkan bolpoinnya ke lantai. Mau ngapain coba?

"Ambilin Ay," ucap Rafidan kepadaku.

"Ambil aja sendiri."

"Nolongin orang dapet pahala loh."

Malas berlama-lama, akhirnya aku menurut. Aku mengambil bolpoin tersebut, tetapi yang membuat aneh dia malah ikut mengambil bolpoinnya juga.

"Eh bareng cie," ucapnya dengan senyuman handalnya.

'Modus!' batinku kesal.

"Dih!"

"CIEEEE!" sorak teman-temannya sangat ramai membuat aku merasa malu.

"Sana duduk ih!" kesalku padanya, karena sedaritadi dia malah anteng berdiri di hadapanku.

💗💗💗

Pelajaran terakhir di hari itu adalah pelajaran Pak Ruslan. Seperti biasanya, ketika pelajaran beliau kelas mendadak hening.

"Alesha!" panggil Pak Ruslan.

"Iya Pak?"

"Sini!"

Aku langsung beranjak dari tempat duduk, lalu menghampiri meja Pak Ruslan.

"Ada apa Pak?"

"Ini dari Bu Fira," ucap beliau sembari memberikan sebuah kotak kado berwarna kuning padaku.

Bu Fira itu guru mata pelajaran IPS yang sudah pindah dari sekolah ini. Entah apa alasannya aku tak tahu. Padahal seingatku, aku tidak terlalu dekat dengan Bu Fira, karena Bu Fira itu orangnya netral.

"Katanya karena kamu murid teladan, jadi di kasih ini, gak seberapa sih," lanjut Pak Ruslan.

"Oh iya Pak, terima kasih Pak," ucapku sembari mengambil kotak kado tersebut.

"Iya, silakan duduk."

Aku kembali duduk di tempat dudukku. Beberapa menit kemudian, Pak Ruslan mulai nulis di papan tulis. Namun, keadaan kelas masih saja hening.

"Sepi banget ya kelas ini? Bapak nyetel musik ah," ucap Pak Ruslan yang tadinya sedang menulis malah langsung memutar lagu dari benda pipihnya.

Pak Ruslan memutar lagu Bukti dari Virgoun. Lagu yang sedang booming pada saat itu. Pak Ruslan mah walaupun killer juga gaul.

Memenangkan hatiku bukanlah satu hal yang mudah
Kau berhasil membuatku tak bisa hidup tanpamu

Menjaga cinta itu bukanlah satu hal yang mudah....
Namun sedetik pun tak pernah kau berpaling dariku....

Beruntungnya aku, dimiliki kamu....

Kamu adalah bukti....
Dari cantiknya paras dan hati....
Kau jadi harmoni saat kubernyanyi....
Tentang terang dan gelapnya hidup ini....

Kaulah bentuk terindah....
Dari baiknya Tuhan padaku....
Waktu tak mengusaikan cantikmu....
Kau wanita terhebat bagiku....
Tolong kamu camkan itu....

"Ay!" panggil Rafidan yang dapat didengar olehku. Karena setiap pelajaran Pak Ruslan aku dipindahkan ke kursi paling belakang. Entah alasannya kenapa. Jadi, setiap pelajaran Pak Ruslan aku selalu duduk bersebrangan dengan Rafidan.

"Hm?" Aku hanya berdeham sembari menengok ke arahnya.

Dia berkata hanya dengan gerakan bibir saja. Membuat aku tidak mengerti.

"Hah?"

Dia berkata lagi dengan gerakan bibirnya.

"Paan sih?"

"Itu lagu dari Idan buat Ayesh!"

Blush

Pipiku memanas. Benar-benar manusia yang satu ini. Selalu punya banyak cara membuat aku salah tingkah seperti ini. Aku seperti biasa, memasang wajah tetap datar seperti tidak merasakan apa-apa, walau dalam hati ingin menjerit.

Waktu berjalan begitu cepat, ketika bel pulang sekolah berbunyi. Aku kerepotan membawa kotak kado dari Bu Fira juga membawa absensi kelas. Mau aku taruh di tas, tetapi tasku penuh karena ada baju olahraga. Akhirnya aku malah keribetan sendiri di depan pintu kelas.

"Ay!"

"Apaan sih?" tanyaku yang sedang ribet memakai tas kepada Rafidan yang tengah berada di belakangku bersama Arkan.

"Itu kadonya jangan dibawa gitu, masukin ke tas. Takutnya orang lain ngiranya apa-apa lagi," ujar Rafidan menasihatiku.

'Benar juga,' jawab batinku membenarkan ucapan Rafidan. Tumben.

"Ya udah tolong masukin, aku susah nih!" ucapku sembari memberikan kotak kado tersebut kepada Rafidan.

Rafidan mengambilnya, lalu memasukkan kotak kado berwarna kuning tersebut ke dalam tasku.

"Terima kasih."

"Sama-sama. Nah kan kalau gitu, gak bakal ada yang mikir aneh-aneh," ujarnya seraya tersenyum.

'Ternyata di balik kelakukan childish-nya, dia dewasa juga,' kata batinku sembari melihat punggung badan Rafidan yang perlahan mengecil dari koridor sekolah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

⚠️WARNING!
Jangan dulu menyimpulkan apa-apa ya kalau belum sampai akhir....

Gaesss menurut kalian Rafidan ini bercanda atau beneran suka sama Alesha?

Jangan lupa VOTE dan COMMENT SEBANYAK-BANYAKNYAAAAAAA ❤️

Diary Cinta Alesha [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang