Pertengkaran yang terjadi antara Steve dengan Jay dan Jake sore tadi benar-benar membuatnya hilang akal. Untuk kali pertama, Steve merasakan pengkhianatan dari kedua sahabatnya itu padahal selama ini dirinya selalu percaya pada mereka.
Langkah kaki membawanya menuju ke panti asuhan tempat tinggal masa kecilnya. Sang ibu panti menyambutnya dengan hangat. Sudah lama ia tidak mendapat pelukan kasih sayang dari seorang Ibu. Bagi Steve Ibu panti sudah seperti Ibu kandungnya.
"Aa mau makan apa? Udah mau jam makan malem ini biar bunda buatin," tawar sang Ibu panti bernama Risa yang memang lebih sering dipanggil dengan sebutan Bunda.
"Bunda masih masak sendiri?" Tanya Steve. Anak panti disini memang memanggil Risa dengan sebutan Bunda.
"Ya iya atuh, kalo pake jasa orang mah biayanya masih kurang," jawab Risa dengan hangat.
Steve tersenyum kecut. Dirinya pikir panti asuhannya ini telah mendapat dana bantuan dari pemerintah. "Bunda kenapa ngga mengajukan dana bantuan aja sih? Mau sampe kapan semuanya bunda yang nanggung sendiri?" Entah mengapa Steve menjadi emosi.
Risa mengusap hangat punggung Steve, dengan suara hangat ia kembali berkata, membuat Steve tertegun. "Aa lagi ada masalah?"
Mendengar pertanyaan itu, air mata Steve meluncur bebas di kedua pipinya. Beban yang selama ini ia tanggung, segala emosi yang telah ditahan runtuh dengan sebuah pertanyaan dari Risa. Melihat Steve yang merupakan salah satu angkatan pertama di panti asuhan tersebut membuat emosi antar keduanya lebih terikat. Risa memeluk Steve hangat, membiarkan anak itu meluapkan emosi dan perasaannya. Walaupun Steve tidak mengeluarkan sepatah katapun, tapi Risa tahu jika anak ini telah melewati cobaan yang sangat berat, terlebih lagi terkait dengan kasus yang menimpa grupnya 11 tahun silam.
Cukup lama Steve menangis, sampai akhirnya ia kembali berbicara. "Bun, maafin Steve karena udah buat bunda kecewa dan malu," ucapnya penuh penyesalan. Risa menggelengkan kepala, menghapus air mata sang anak dengan kedua ibu jarinya. "Ngga nak.. bunda selalu percaya anak-anak bunda ngga akan melakukan kejahatan seperti itu. Bunda selalu berdoa untuk kalian, buat Steve, Ghea, Haruka, Jean, Putra, dan semuanya. Bunda percaya sama kalian,"
"Bunda masih ketemu sama mereka semua?" Tanya Steve. Risa menganggukkan kepalanya, "Haruka baru tiga hari yang lalu telfon bunda dan bilang dia keterima di beasiswa di Jepang. Jean sekarang kerja di perusahaan bagus, bahkan udah menikah dan punya anak. Putra sesekali juga masih dateng kesini, dia juga jadi apa tuh yang kerjanya rekam-rekam pake kamera,"
"Youtuber bun.."
"Nah itu! Youtuber! Banyak loh yang nonton, bahkan dia sering ketemu artis-artis juga diajakin ngobrol. Kalo Ghea..." Saat membicarakan Ghea, raut wajah Risa berubah menjadi muram.
"Kalo Ghea kenapa bun?"
"Ghea udah meninggal A," jawab Risa.
Steve sangat terkejut dengan pernyataan Risa. "B-bunda jangan bercanda! Aku baru ketemu sama Ghea tadi bun! Kita bahkan main ke kota tua bareng!" Dengan tangan gemetar Steve merogoh saku celananya untuk menunjukkan foto-foto yang telah mereka ambil. Namun, saat membuka galeri gawainya, Steve tidak menemukan satupun foto dirinya dengan Ghea. Seakan semua menghilang bagaikan asap yang tertiup oleh angin.
Risa mengusap lengan Steve. Ia sangat tahu kedua anaknya ini sangatlah dekat sejak kecil dan Risa dapat memahami jika diri Steve masih menyangkalnya.
"Maafin bunda ngga cerita sama Aa.. kemarin bunda mau ceritain semuanya, tapi Aa keburu pergi. Maaf bunda ngga berusaha keras untuk cari tahu keberadaan kamu untuk melihat saat-saat terakhir Ghea,"
Steve mendorong tubuh Risa. Tubuhnya bergetar hebat, kepalanya sangat berat untuk menerima segala informasi ini. "BUNDA BOHONG!" Teriaknya. Risa hanya bisa menangis melihat Steve yang saat ini tak terkendali.
"A.. maafin bunda.." ujar Risa mencoba untuk menenangkan putra asuhnya itu.
Steve bergerak mundur setiap kali Risa mendekat kearahnya. Ia bahkan tak ragu untuk menghancurkan segala barang yang ada di dekatnya.
Selama ini.. perempuan yang bernama Ghea bukanlah Ghea? Apa-apaan ini semua? Ghea bukanlah Ghea yang ia kenal? Kenapa? Kenapa disaat Steve bertemu rumahnya, semua orang menghancurkannya dan mengatakan bahwa semua itu palsu?
"Steve.. putra bunda Risa.. tenang nak.." ujar Risa dengan tangis yang tak kuasa ditahannya. Seharusnya Risa tidak mengatakannya disaat Steve sedang dalam kondisi tidak stabil. Risa sangat merasa bersalah, baru saja ia melihat putranya menangis dan kini ia harus melihat putra kesayangannya yang telah lama tak bertemu merasakan kehilangan yang sangat mendalam.
Steve berteriak menyalahkan Risa dengan apa yang terjadi pada Ghea, hingga akhirnya pertengkaran mereka dilerai oleh warga sekitar dengan Steve yang meninggalkan panti.
Kini ia tak memiliki rumah. Semuanya hancur, tidak ada tempat untuknya di dunia ini. Steve sangat hancur, namun ia masih mencoba meyakini bahwa Ghea yang selama ini ditemuinya adalah cinta pertamanya. Ia menuju butik yang sering ia datangi dan berkali-kali mencoba menelfon perempuan yang selama ini ia yakini adalah Ghea.
Tak ada jawaban dari panggilan telfon yang ia lakukan, bahkan butiknya pun telah berubah menjadi sebuah ruko kosong.
"BANGSAT!!!!!!" Teriakan Steve menggelegar pada malam dengan hujan deras disertai oleh kilatan petir, seakan semesta memahami perasaan Steve saat ini.
•••••
"Fuck!" Seru Jay sambil memukul meja. Ia kemudian menghadapkan laptop kearah Jake.
Jake membaca sebuah berita yang ada dilayar laptop Jay.
Sebuah artikel tiga tahun yang lalu. Dalam berita tersebut dikatakan bahwa telah ditemukan mayat seorang wanita pada pukul 03.00 dini hari disebuah terowongan. Di duga wanita itu merupakan korban tabrak lari, berusia 20-an bernama Ghea Anastasia.
Setelah membaca artikel tersebut, Jake menatap Jay. "Jay.. we have to find Steve right now!" Ujar Jake merasa ada yang tidak beres dengan semua kejadian yang telah mereka alami.
Baru saja Jake dan Jay pergi, berita dari televisi membuat mereka menghentikan langkah.
"Sekelompok pejalan kaki menemukan seorang laki-laki sekitar umur 20 di sebuah gang yang berlumuran darah. Saat ini korban telah dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sebelum korban ditemukan, beberapa warga setempat menyatakan bahwa seperti terdengar suara tembakan di Jalan C dekat Halte D pada pukul 9 yang mereka kira itu hanyalah anak-anak yang sedang bermain petasan...."
"Change the plan! Jay, lacak dimana keberadaan Steve. Gue yang cari sendiri, kalo kita berdua terlalu mencolok," ujar Jake.
Jay mengangguk setuju. Ia segera menuju kamar dan mulai melakukan tugasnya, sedangkan Jake langsung pergi mencari Steve menggunakan motor hitam kesayangan Steve.
"Test, test, denger suara gue ngga?" Tanya Jay melalui in-ear.
"Ya. Udah ketemu dimana Steve?" Sahut Jake sambil melajukan motor membelah jalanan dengan kecepatan yang cukup tinggi.
"Wait- Rumah Sakit Harapan,"
"Being my navigator Attle,"
"Alright,"
"By the way.." ujar Jay menggantungkan ucapannya.
"Apa?! Lo nemu sesuatu lagi?!" Tanya Jake panik.
"No, no. Kalo Eve tahu lo pake si Ben abis sih lo," ujar Jay cukup cemas. Ia tahu betapa Steve sangat overprotektif terhadap Ben, motor kesayangan Steve.
"Bodo! Siapa suruh kayak anak ABG tolol! Liatkan akhirnya jadi begini?! Kalo sampe tu bocah mati gua suruh bangun lagi! Bahkan kalo sampe harus pake dukun, gua pake tuh dukun!" Omel Jake.
"Setuju! Kita buat arwahnya ngga tenang!" Sahut Jay.
•••••

KAMU SEDANG MEMBACA
B-SIDE
Mystery / Thriller"Kebahagiaan gue salah satunya berasal dari kalian." -Steve- "Kalian adalah keputusan terbaik dalam hidup gue." -Jay- "Gue rela melakukan apapun untuk kalian." -Jake- Ketika dalam semalam tiga sahabat mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun dala...