10. Steve

144 6 0
                                    

Sudah lebih dari seminggu ayah tidak menghubungi kami. Rasanya aneh karena pria tua itu tidak menyuruh kami melakukan apapun. Memang sih selama tujuh bulan ini, misi yang kami dapatkan tidak setiap hari, namun tiap minggu pasti ada saja yang harus kami lakukan, terkadang kami bahkan dipanggil secara terpisah hanya sebagai pelengkap untuk kerjaannya yang lain dan yang paling banyak dipanggil secara terpisah adalah Jay, mungkin karena dia yang paling ahli melacak keberadaan seseorang. Jay seperti anjing pelacak, hahaha.

Aku adalah orang yang paling jarang dipanggil secara terpisah oleh ayah. Bahkan panggilan individuku bisa di hitung pakai jari selama tujuh bulan ini, sangat berbanding terbalik dengan Jay. Sedangkan Jake cukup sering, tapi tidak lebih sering dari Jay.

Hari senin biasanya jalanan pagi akan ramai dengan para pekerja ataupun anak-anak sekolah, maka dari itu aku biasanya aku akan berkelana menggunakan kereta, untuk sekedar merasakan kehidupan normal yang tidak pernah ku rasakan. Terkadang aku mendapat banyak pemandangan baru, seperti seorang Ibu yang mengantar anaknya, para pekerja yang terlihat terpaksa berhenti libur karena urusan mendapat panggilan dari sang bos, dan masih banyak lagi. Aku menikmati semua pemandangan itu, layaknya seseorang menonton bioskop yang menayangkan film terkenal.

Terkadang jika Ghea tidak sibuk aku akan mendatanginya di butik hanya untuk mengganggunya. Aku sangat kagum karena sahabat kecilku itu menjalani hidup dengan sangat baik, berbanding terbalik denganku.

Berbicara tentang Ghea, aku sama dia tidak memiliki hubungan apapun hingga saat ini, namun perasaanku terhadapnya tidak berubah. Hanya saja untuk mengungkapkan bahwa aku mencintainya, itu salah. Aku tidak ingin merusak hidup Ghea, aku sudah bahagia melihatnya dapat menjalankan hidup sebaik ini.

"Masnya sendiri aja," bisikan sebuah suara ditelinga kananku sukses membuatku terjungkal ke tanah.

Wanita itu tertawa puas melihatku yang terjatuh seperti orang bodoh. Siapa lagi yang berani seiseng ini padaku kalau bukan Ghea?

"Hadu... ringkih banget sih badannya, gitu doang udah jatoh. Lebay," oloknya.

"Ngga ada sih sahabat yang selaknat lo," balasku dongkol. Orang mah bantuin kek, ini malah di olok-olok. Sahabat macam apa dia?

"Badan doang gede, tapi di bisikin dikit kagetnya kayak denger suara bom meledak," ia mengulurkan tangannya dan membantuku berdiri.

Belom tahu aje ini cewek satu kalo gua dulu hampir kena bom pas latihan sama Uncle Han dan Uncle Shua. Buat sekedar informasi, dulu aku, Jay, dan Jake sempet latihan di pangkalan militer selama tiga bulan.

"Hari ini temenin ke kota tua yuk," pintanya.

"Naik kereta? Ngga apa-apa? Penuh banget tuh liat," padahal Ghea punya mobil dan biasanya paling ogah menggunakan kendaraan umum karena ya itu desek-desekannya dia ngga kuat. Ghea juga punya asma yang cukup akut dulu, tapi ngga tahu sih sekarang masih sering kambuh atau ngga. Kalo di liat dari kita ketemu beberapa bulan lalu sampe sekarang sih ngga pernah liat asmanya kambuh.

"Ngga apa-apa. Sekali-sekali mah ngga masalah atau kita bisa tunggu sampe agak luang dikit," jawabnya dengan santai.

"Lo gabut banget apa gimana? Butik lo gimana?"

"Kan gua ada karyawan Steve.. hari ini juga gua ngga ada jadwal apapun. Lagian kalo direncanain pasti ngga bakal jadi dan lo pasti akan nolak, makannya gua langsung kesini aja,"

"Tahu dari mana lo gua disini?"

"Oh, tadi gua kerumah lo, tapi cuman ada Jake doang, terus dia bilang katanya di jam segini biasanya lo lagi ada di stasiun kereta buat mangkal,"

B-SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang